Dark
Light

Rambah Bisnis Big Data, Ovo Resmikan Smart Vending Machine

2 mins read
October 15, 2019
Ovo meresmikan layanan smart vending machine SmartCube menargetkan ada 100 mesin terpasang sampai akhir tahun ini di kota-kota besar
Chief Data Officer Ovo Vira Shanty saat peresmian Ovo SmartCube / DailySocial

Ovo meresmikan layanan smart vending machine SmartCube setelah peluncuran tahap pertama di Juli 2019 di sejumlah lokasi terbatas di Jakarta. Rencananya sampai akhir tahun depan ditargetkan ada 500 mesin tersebar di kota-kota besar.

Chief Data Officer Ovo Vira Shanty mengklaim ini adalah smart vending machine pertama di Indonesia yang memiliki kemampuan analsisis data secara real-time. Mesin ini mampu merekam tingkah laku dan demografi pelanggan yang bertransaksi di mesin, seperti halnya usia, jenis kelamin, lokasi, daya belanja, dan perangkat yang digunakan.

“Brand dapat mengakses dashboard untuk melihat insight yang dirangkum dengan sederhana, seperti apa profil pelanggan, tren produk yang diminati, dan hasil pengumpulan survei. Insight ini dapat dimanfaatkan brand mitra untuk memberikan penawaran yang sesuai target,” terangnya, Selasa (15/10).

Pada peresmian ini, Ovo telah mendistribusikan 30 mesin tersebar di mal, sekolah, dan perkantoran di Jakarta. Ditargetkan sampai akhir tahun dapat tembus di 100 mesin, jumlah berangsur bertambah 500 mesin di 2020, dan 1.000 mesin di 2021. Kota yang dipilih seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar

“Kami sangat hati-hati dalam menaruh mesin, lokasinya harus indoor sebab butuh maintenance khusus, punya presence Ovo yang kuat, dan menempatkan produk brand paling appealing dengan target konsumennya.”

Untuk belanja di mesin vending, tidak jauh berbeda dengan mesin vending pada umumnya. Konsumen diharuskan memiliki akun Ovo, lalu memindai kode QR. Sayangnya, kode QR ini belum bisa terhubung dengan QRIS, alias masih eksklusif untuk Ovo.

Rambah bisnis big data

Ovo SmartCube ini sekaligus menandakan dimulainya bisnis monetisasi Ovo dari eksternal, dengan berjualan bisnis big data. Selama ini Ovo merekam jutaan data transaksi yang sebenarnya dibutuhkan oleh marketer.

Yang mana, marketer saat ini berlomba-lomba untuk melakukan pendekatan pemasaran yang berpusat pada konsumen, menuntut interaksi yang bermakna antara brand dengan konsumennya.

Vira menjelaskan SmartCube adalah produk data analitik yang memiliki banyak engine big data di dalamnya. Penggunaan big data itu bisa buat kebutuhan internal dan eksternal saat menentukan strategi monetisasi.

Selama ini Ovo memanfaatkan big data untuk mendapat insight yang membantu manajemen bisa lebih cepat mengambil keputusan. Hal yang sama juga berlaku buat kebutuhan eksternal.

Ovo memanfaatkan teknologi yang disediakan oleh mitra data analitik untuk melancarkan seluruh strateginya tersebut. Ada tiga mitra yang digaet, yakni Kinetica, Informatica, dan Cloudera. Ketiganya berasal dari Amerika Serikat.

Teknologi Informatica dimanfaatkan saat pengumpulan data tahap awal, sementara untuk penyimpanan segala datanya di cloud memanfaatkan Cloudera. Sedangkan speed layer-nya memanfaatkan Kinetica, untuk pengiriman data secara real time ke dashboard brand.

“Ada tiga teknologi yang kita gunakan untuk big data Ovo, salah satunya untuk dukung SmartCube.”

Ketika brand dapat mengakses seluruh insight di dashboard, ada perhitungan komersial yang diberlakukan Ovo. Informasi yang dikumpulkan mesin dan bisa diakses oleh brand, berbentuk insight, bukan bersifat data pribadi. Bentuknya ringkasan perbandingan yang disusun dengan bahasa sederhana sehingga mudah dipahami brand untuk mengambil keputusan berikutnya.

Buat bantu brand memahami konsumen, Ovo SmartCube dilengkapi dengan fitur produk sampling, penjualan, survei, dan pemasangan iklan. Ke depannya, bakal ditambah fitur isi ulang saldo Ovo dan redeem program deals/voucher.

Dia menargetkan sampai akhir tahun ini, SmartCube dapat menggaet enam brand prinsipal untuk berjualan lewat mesin vending.

Sejak uji coba perdana di Juli 2019, ada sejumlah insight yang berhasil dikumpulkan SmartCube. Misalnya, waktu belanja di mal yang paling banyak terjadi dari sore menuju malam hari. Konsumen yang paling sering belanja di mal adalah perempuan (52%).

Sementara di sekolah, waktu belanja yang paling banyak adalah siang menuju malam. Konsumennya ada kalangan milenial muda dan perempuan mendominasi. Terakhir, di perkantoran, waktu paling sibuk adalah pagi menuju siang. Konsumen didominasi milenial dengan usia yang lebih tua dan lebih didominasi laki-laki (61%).

Application Information Will Show Up Here
Internet 1O1 menyediakan akses internet dan kurikulum dan pelatihan penggunaan internet untuk masyarakat
Previous Story

Menyasar Kawasan Pedesaan, Indosat Ooredoo dan Facebook Luncurkan Kampanye “Internet 1O1”

Next Story

AXE Jadi Sponsor League of Legends, Kerja Sama SAP dan Team Liquid Diperluas

Latest from Blog

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah