Indonesia masih berada di fase awal jika bicara implementasi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Namun, bukan berarti ekosistemnya saat ini masih nol.
Sudah banyak pelaku industri di bidang AI. Sejumlah perusahaan juga sudah mulai mengadopsi teknologi ini untuk peningkatan layanan. Menurut riset IDC, adopsi AI telah mencapai 14 persen di Indonesia, itupun untuk pebisnis.
Kemarin kolaborasi terjadi antara Tokopedia dan Universitas Indonesia (UI) untuk mengakselerasi adopsi AI di Tanah Air. Kolaborasi ini menghasilkan AI Center of Excellence yang diresmikan langsung, Kamis (28/3) di Fakultas Ilmu Komputer UI.
AI Center of Excellence menjadi pusat pengembangan AI yang menggunakan teknologi super-komputer deep learning dari NVIDIA, yakni NVIDIA® DGX-1. Pusat ini akan mempertemukan para peneliti dan akademisi dalam merancang solusi untuk menyelesaikan beragam masalah.
“Teknologi AI menjadi jalan untuk rujukan akademisi di internasional. Maka itu, kami bekerja sama dengan mitra industri, Tokopedia, supaya ke depan kami dapat menghasilkan solusi AI yang teoritas dan aplikatif,” tutur Rektor UI Muhammad Anis di acara peluncuran.
Pada kesempatan sama Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir mengatakan bahwa bentuk kerja sama semacam ini dapat direalisasikan secara masif untuk pengembangan riset di masa depan.
Tidak hanya UI, kerja sama dapat berlaku untuk semua perguruan tinggi. Sebelumnya sudah ada kerja sama untuk pusat pengembangan AI dan cloud computing di Indonesia, hasil kerja sama Bukalapak dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Dulu riset itu hasilnya hanya dicetak dan ditinggal di perpustakan. Saya pikir ini semua perlu diaplikasikan ke industri. Makanya, nanti riset seharusnya on-demand dan market driven,” ucapnya.
CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyebutkan bahwa kolaborasi ini bisa terjadi karena Indonesia sangat minim terhadap talenta di bidang teknologi dan teknologi lebih lanjut (advanced).
“Kolaborasi perlu dari akademisi, praktisi, sehingga bisa mencari jalan keluar. Kami pun mostly gunakan investasi untuk sumber daya manusia. Nantinya AI bakal jadi nadi perubahan teknologi di masa depan, tidak hanya untuk sektor tertentu, tetapi untuk semua.”
Pengembangan AI untuk mendorong pemerataan ekonomi
William menekankan pentingnya teknologi dalam memudahkan pengguna saat bertransaksi di platform jual-belinya. Hingga Januari 2019, transaksi di Tokopedia telah terjadi di 93 persen kecamatan di seluruh Indonesia.
Kehadiran teknologi AI diharapkan menjadi salah satu moda untuk mendorong pemerataan ekonomi yang selama ini menjadi mimpi besar Tokopedia. Saat ini, ungkap William, pihaknya tengah melakukan riset untuk pengembangan merchant on-demand.
“Kami terus lakukan riset AI untuk prediksi demand pada merchant dengan membangun smart warehouse. Nantinya, setiap pebisnis dapat melayani ke semua provinsi dengan mengikuti di mana pasarnya tanpa harus membangun warehouse. Makanya, ke depan tren urbanisasi tak perlu dilakukan,” jelas William dalam sambutannya.
Tokopedia juga mengembangkan AI yang dikemas dalam sebuah fitur yang sederhana di dalam platform-nya. Fitur ini diperagakan langsung saat Demo Session usai peluncuran resmi AI Center of Excellence.
Head of Research Scientist Tokopedia Irvan Bastian Arief mengungkapkan, fitur “Image Search” dirancang sedemikian rupa agar dapat langsung dipakai dengan mudah oleh seluruh penggunanya.
“Fitur ini sudah tersedia di aplikasi pada bagian kolom pencarian. Pengguna bisa langsung mencari produk yang diinginkannya tanpa perlu menuliskan teks, hanya dengan gambar,” ujar Irvan.
Fitur ini sendiri juga dengan dirancang dengan sejumlah variabel, salah satunya memperhitungkan lokasi penjual produk yang dicari pembeli dengan lokasi pembeli dari hasil pencarian.
Selain itu, Demo Session juga menampilkan Vehicle Recognition dan Emotion Recognition yang merupakan hasil pengembangan riset akademisi di UI.