Pandemi yang masih berlangsung lambat laun berdampak pada seluruh tatanan kehidupan. Banyak usaha yang terpaksa gulung tikar, orang-orang mulai selektif dalam berbelanja karena terus diambangi risiko pemutusan kerja.
YouTap, startup yang menyediakan platform pemrosesan e-money dan point-of-sales (POS), dihadapkan langsung dengan pandemi yang sempat menyulitkan pemilik UKM untuk menjalankan bisnisnya. Startup ini baru resmi beroperasi pada Februari lalu alias sebulan sebelum pandemi masuk ke Indonesia.
Pandemi “berhasil” membuat YouTap membuat banyak penyesuaian bisnis yang tentunya menarik untuk dibahas lebih dalam. Untuk itu, #SelasaStartup mengundang CEO Youtap Herman Suharto untuk berbagi pengalamannya lebih jauh. Berikut rangkumannya:
Menjadi merchant-centric
Herman menjelaskan, pandemi banyak membuat perusahaan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan merchant, dari berbagai skala, untuk memulai transformasi digital. Pasalnya sedari awal YouTap mendedikasikan dirinya untuk kebutuhan merchant, bukan dari sisi konsumer.
“Semua produk kita itu selalu idenya berasal dari merchant karena kita ini merchant-centric. Banyak perusahaan yang sudah fokus ke sisi konsumer, tapi kita menempatkan diri untuk merchant,” terangnya.
Perusahaan membuat tim yang terbagi-bagi khusus untuk melayani merchant yang datang dari skala besar hingga mikro. Juga sangat melibatkan manfaat dari riset yang secara kontinu setiap memvalidasi produk baru, demi memastikan produk tersebut menjawab kebutuhan merchant.
YouTap memiliki tim riset in-house yang setiap hari melakukan tugasnya, bertanya kepada merchant untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka. Hasil dari riset ini perusahaan membuat identifikasi profil merchant. Uniknya tiap profil ini memperlihatkan aspirasi yang berbeda-beda terhadap solusi digital.
Keempat profil merchant ini, terdiri atas penjual harian, penjual yang hanya mengikuti arus pada saat itu, pencari peluang, dan pemimpi tangguh. Misalnya untuk jenis pemimpi tangguh ini mereka punya rencana yang matang untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan, penjual pengikut arus tidak memiliki rencana matang, sebab ia hanya akan berjualan produk yang saat itu laku saja.
“Kita ada komitmen bahwa solusi YouTap ini harus bisa dipakai oleh semua level merchant. Karena kami ini merchant centric, kita harus paling tahu kondisi merchant-nya. Itu hanya bisa terjadi kalau kita banyak riset setiap hari, selalu minta feedback kepada merchant.”
YouTap diklaim lebih dari platform kasir biasa, melalui aplikasi semua UKM bisa lebih mudah membuat laporan keuangan, pendataan barang, hingga fitur notifikasi yang dibuat secara personal.
Notifikasi bekerja seperti mengirim chat melalui WhatsApp. Setiap pagi, merchant akan diingatkan bagaimana kinerja penjualan bisnis mereka kemarin. Tujuannya agar mereka bisa lebih bersemangat berjualan. Tidak hanya itu, YouTap menyediakan fitur kalkulator untuk membantu transaksi tunai.
“Ternyata fitur simpel seperti ini bisa memacu mereka. Sebab pada dasarnya ada dua tipe pedagang, mereka yang selalu catat di buku dan yang tidak pernah mencatat hanya menghafal di kepala. Kalau yang biasa catat di buku sekarang sudah digital, nah biasanya yang enggak pernah catat ini kurang menyadari bahwa omzet mereka itu besar.”
Aplikasi YouTap bisa diakses secara gratis, namun bagi merchant yang ingin menikmati fasilitas tambahan dan alat khusus bisa memilih berlangganan.
Ambil pendekatan baru
YouTap ikut kesulitan dalam mengakuisisi merchant baru di saat pandemi, sehingga apabila menerapkan strategi dengan cara full digital kurang tepat. Pasalnya, pendekatan ke pengusaha mikro masih membutuhkan cara ketemu fisik untuk menjelaskan produk, mengingat tingkat literasi digital yang masih belum merata.
Herman mengaku, pihaknya memiliki tim lapangan yang bertugas untuk akuisisi merchant. Mereka tersebar di Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, Cirebon, Tasikmalaya, Garut, Yogyakarta, Semarang, Solo, Salatiga, Sukoharjo, hingga Banyuwangi, dan Medan.
“Kami menggunakan cara ekosistem dengan mendekati pemerintah daerah di sana untuk mendapatkan merchant. Jadi persebaran kita tidak sporadis karena kita sadar enggak akan bisa cater semuanya dan harus tetap efisien.”
Di dalam tim lapangan itu sendiri terbagi lagi menjadi tim yang khusus untuk akuisisi dan manajemen merchant buat menjaga retensi. Tim akuisisi kini melakukan cara baru untuk memperkenalkan produk YouTap dengan memanfaatkan akun media sosial yang tenar seperti Instagram dan TikTok.
“Banyak perubahan dari sisi produk dan market [karena pandemi], apalagi sekarang banyak limitasi [untuk ekspansi] di masa yang sedang sulit ini. Kita berharap bisa tumbuh masif di kuartal terakhir tahun ini,” tutupnya.