Startup payment gateway Xendit mengungkapkan sepanjang tahun ini (periode 30 November 2020-30 November 2021) telah memproses nilai volume transaksi (TPV) lebih dari $12 miliar (lebih dari 171 triliun Rupiah) dengan total transaksi lebih dari 150 juta transaksi per tahunnya, baik di Indonesia dan Filipina. Angka ini tumbuh 250% secara YOY dan 12% secara MOM.
Dari data internal perusahaan, diungkapkan saat ini Xendit memiliki lebih dari 3 ribu merchant aktif, yang terdiri dari 90% UMKM dan 10% korporasi. Pertumbuhan transaksi terbesar datang dari tiga industri, yakni produk digital yang naik 400%, meliputi layanan edtech, SaaS, healthtech, dan lainnya; sektor jasa tumbuh 300%, meliputi sekolah, logistik, wedding, dan lainnya; dan, jasa keuangan naik 150%, meliputi software akuntansi, investasi, asuransi, dan lainnya.
“Hal yang menarik dari sektor jasa untuk wedding karena selama pandemi banyak event organizer yang menyediakan QRIS untuk memberikan angpao buat mempelai secara online,” ucap SME Sales Lead Xendit Patricia Muljadi dalam konferensi pers virtual, Selasa (14/12).
Pencapaian Xendit
Lebih lanjut dipaparkan bahwa metode pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah e-wallet (43%), virtual account (42%), QR Code (7%), retail outlet (6%), dan kartu kredit menempati posisi terbawah.
Bila ditelaah lebih dalam, hampir separuh seller online di Xendit sudah menerima pembayaran via e-wallet. Oleh karenanya, pemakaian e-wallet tumbuh signifikan dari tahun ke tahun, terutama sejak pandemi, dengan total pertumbuhan mencapai 300% dari awal tahun ini.
“Jumlah pengguna e-wallet juga meningkat 2,4x lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di bulan November 2021, hampir separuh merchant Xendit sudah memiliki kanal e-wallet khusus untuk menerima pembayaran pembeli.”
Selanjutnya, transfer virtual account tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen di Indonesia dengan peningkatan sebanyak dua kali lipat. Adapun untuk retail outlet menjadi pilihan kedua terbesar memperlihatkan bahwa pembayaran over the counter masih relevan di Indonesia, khususnya di kota lapis dua dan tiga.
Akan tetapi, bila dibandingkan di tahun sebelumnya, baik kartu kredit maupun retail outlet menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Untuk retail outlet misalnya, sebelumnya porsinya 12%.
Berikutnya, pembayaran via QR Code meningkat hingga tujuh kali lipat secara YOY. Akselerasi ini didorong oleh regulasi pemerintah yang menetapkan QRIS, sehingga semua pembayaran digital dapat difasilitasi hanya dengan satu kode yang sama. Di bulan November kemarin, Xendit mencatat bahwa 1 dari 5 merchant telah menggunakan QR code untuk menerima pembayaran dari pembeli.
Terakhir, rata-rata nilai transaksi untuk setiap metode pembayaran, virtual account menjadi yang tertinggi dibandingkan metode pembayaran lainnya. Sementara, e-wallet menjadi yang terendah. Patricia menuturkan, berdasarkan data internal mereka, rata-rata nilai transaksi untuk setiap metode pembayaran sangat bervariasi –dengan virtual account menempati angka tertinggi (rata-rata Rp2,3 juta) dan e-wallet terkecil (rata-rata Rp70ribu).
Menurutnya, hal ini mengindikasikan bahwa e-wallet banyak digunakan untuk pembayaran bernilai kecil, serupa dengan QR Code yang mencatatkan nominal transaksi rata-rata Rp250 ribu. “Sementara itu, untuk pembelian bernominal besar, pembeli Indonesia lebih banyak mengandalkan virtual account, outlet ritel (rata-rata Rp1,2 juta) dan kartu kredit (rata-rata Rp800 ribu).”
Pencapaian lainnya turut disampaikan oleh Xendit, yakni Aplikasi Xendit Bisnis yang sudah diluncurkan sejak bulan lalu. Disampaikan bahwa aplikasi ini telah memiliki lebih dari 250 pengguna baru. Mereka datang terbanyak dari industri ritel, produk digital, dan jasa. Adapun pilihan metode pembayaran yang mereka sediakan adalah e-wallet (62,2%), virtual account (26,8%), dan kartu kredit (11%).
Sebagai catatan, aplikasi Xendit Bisnis ini memungkinkan pebisnis yang mayoritas menggunakan smartphone untuk mengoperasikan bisnisnya, untuk mengatur dan menerima pembayaran online dari pembeli, serta Order Management yang memungkinkan pebisnis bisa memproses keseluruhan transaksi secara otomatis, mulai dari memasukkan pesanan dari pembeli, mengatur pengiriman, hingga merekap semua pembelian.
Dengan begitu, operasional bisnis online bisa berjalan dengan lancar dan efisien dalam hal penghematan waktu. Awal tahun depan, rencananya Xendit akan menambah fitur untuk aplikasi ini, di antaranya mengintegrasikan Xendit Online Store dengan aplikasi, mengelola inventori cek ongkos kirim, dan pemesanan layanan logistik.
“Kita sangat product-centris. Ke depannya kita akan lebih banyak mempersiapkan dan meningkatkan solusi kami dari sisi produk, agar produk dapat lebih simpel. Ini menjadi strategi yang akan tetap kami pegang,” tambah Head of Business Development Xendit Nor Meydia.
Meski tidak dirinci lebih detail, perusahaan akan mengembangkan produknya berdasarkan tiga pilar, yakni keamanan, produk UMKM-sentris, dan produk modal usaha. Untuk pilar yang terakhir, rencananya Xendit akan menyediakan fitur modal kerja untuk pengusaha dan kartu kredit korporat.