Dibandingkan bisnis fintech lainnya, remitansi tidak seramai dengan saudaranya karena ketatnya regulasi yang menaunginya. Kendati demikian, bisnis ini punya potensi bisnis yang tak kalah menggiurkan karena potensinya yang selama ini masih dikuasai oleh perbankan.
Startup fintech remitansi Wallex menangkap kesempatan tersebut dengan meresmikan kehadirannya pada 2018. Proposisi yang ditawarkan Wallex adalah ingin permudah UKM yang selama ini kurang mendapat perhatian oleh perbankan saat ingin melakukan transaksi lintas negara.
“UKM di Indonesia perlu melakukan pembayaran internasional karena beberapa alasan. Dari membayar pemasok, pembayaran staf jarak jauh, hingga pembayaran antar perusahaan, seluruh kebutuhan ini harus dilakukan oleh UKM. Namun, mereka berjuang dengan pilihan penyedia layanan yang terbatas, biaya selangit, dan prosedur perbankan yang ketinggalan zaman,” terang COO Wallex Hiro Kiga saat dihubungi DailySocial.
Dia melanjutkan, sejauh ini layanan remitansi yang disediakan perbankan memiliki tarif yang disesuaikan untuk perusahaan besar yang telah menjadi menjalin relasi. Sedangkan Wallex, telah melayani lebih dari 20 ribu pelanggan yang datang dari UKM dan bisnis dari segala bentuk dan ukuran.
Di samping itu, bank kebanyakan menyediakan pilihan mata uang yang terbatas hanya sekitar 10 sampai 16 mata uang saja. Akibatnya, mengirim mata uang yang tidak didukung akan menjadi tantangan dengan uang yang dialihkan ke pusat, seperti Singapura, dan kemudian baru ke tujuan akhir.
Biaya transfer pun akhirnya membengkak dan tidak terjadi secara real time. Sementara, Wallex mampu mendukung pembayaran dalam 47 mata uang melalui jaringannya dan sebagian besar dikirimkan dalam sehari jika dana disetorkan sebelum batas waktu harian. “Kami memiliki pembayaran dari UKM ke mata uang eksotis seperti Baht, Peso, Dong, Won, Riyal, Rupee, dan lain-lain yang biasanya tidak didukung oleh bank di Indonesia.”
Belum lagi, karena sepinya kompetisi di ranah ini, membuat bank membebankan biaya yang besar di seluruh biaya dan margin valas. Sementara di sisi lain, dibantu dengan jaringan teknologi yang kuat, Wallex justru mampu membuat mitra bisnis dapat menghemat hingga Rp2,4 juta untuk satu transaksi sebesar $25 ribu.
Limitasi lainnya, sebagian besar bank hanya mengizinkan transaksi hingga $25 ribu melalui perbankan online, lebih dari itu harus melalui kantor cabang. “Wallex memberikan pengalaman full online, semua transaksi dapat dilakukan secara online dengan cara yang terjamin keamanannya dan batasan jumlah yang dikirim.”
Sisi kompetitif yang ditawarkan Wallex ini diharapkan dapat menarik lebih banyak UKM beralih dari layanan perbankan yang sebetulnya kurang ramah buat segmen ini.
Kiga pun mencontohkan, salah satu penggunanya adalah Investree. Berkat kemitraan ini, Investree dapat menghemat hingga 70% untuk segi biaya dan waktu untuk pembayaran internasionalnya. Lalu ada sebuah perusahaan fintech lokal yang memanfaatkan layanan Wallex untuk bertransaksi hingga $10 juta per bulannya.
Selain Wallex, saat ini juga ada beberapa platform remitansi lain yang telah beroperasi dan mengantongi lisensi dari otoritas.
Perkembangan bisnis Wallex
CEO Wallex Jody Ong menambahkan, dalam tiga tahun terakhir (hingga Juni 2021) Wallex telah memproses transaksi sebesar $2 miliar secara GTV (gross transaction value). Kinerja ini cukup menggembirakan di tengah kondisi pandemi yang mengakibatkan volume perdagangan turun secara global.
Bila dilihat secara industri, diklaim Wallex memproses sekitar 8%-10% dari volume pengiriman uang ke luar yang diproses oleh lembaga nonkeuangan dari catatan Bank Indonesia. “Kami adalah mitra terpercaya untuk BI dan bekerja sama dengan mereka untuk menghadirkan ekosistem pembayaran yang kuat di Indonesia,” kata Ong.
Dirinci lebih jauh oleh Ong, dari total volume yang diproses Wallex, negara tujuan yang paling populer adalah Singapura, Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok, Inggris, Hong Kong, dan Jepang. Berkaitan dengan itu pula, Wallex turut membuka kantor cabang di Hong Kong yang mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun ini.
Khusus di Indonesia, yang menjadi pasar utama Wallex, turut membuka kantor cabang lainnya selain di Jakarta. Kota yang dipilih adalah Surabaya. Ong menjelaskan, Surabaya adalah kota terbesar ke-2 di Indonesia dan merupakan kota pelabuhan. “Kami yakin ada banyak kegiatan ekspor impor di Surabaya. Surabaya juga dikenal sebagai pintu gerbang Indonesia Timur. Kami melihat banyak peluang pertumbuhan di sini.”
Pada tahun ini, Ong mengincar pertumbuhan agresif dengan target pertumbuhan 4 kali lipat dari total dana yang diproses melalui Wallex Indonesia.