Seleksi alam pasar video on demand di Asia Tenggara sudah terjadi. iFlix dan Hooq kehabisan bahan bakar. iFlix diakuisisi Tencent, sementara sisa-sisa Hooq yang dilikuidasi diakuisisi Coupang. Di Indonesia, persaingan industri video on demand cukup menarik. Vidio sebagai pemain lokal berhasil bersaing dengan Viu dan Netflix. Vidio membuktikan strategi yang mereka jalankan untuk mengambil hati pengguna Indonesia mulai membuahkan hasil.
Kepada DailySocial, tim Vidio mengklaim aplikasi mereka berhasil mendapatkan 5 juta unduhan di bulan April 2020 saja. Jumlah kunjungan pada waktu itu menyentuh angka 60 juta kali dalam sebulan. Peningkatan juga terjadi pada unduhan melalui Smart TV yang mencapai 1 juta unduhan hingga Juli 2020.
“Peningkatan ini menunjukkan besarnya antusiasme masyarakat terhadap fitur dan layanan yang Vidio sajikan. Menariknya peningkatan ini terjadi di masa pandemi Covid-19. Hal ini menunjukkan adanya perubahan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menikmati konten hiburan secara online,” terang VP Marketing Vidio Rezki Yanuar.
Transformasi platform dan kekuatan konten
Sejak pertama kali diluncurkan, Vidio telah mengalami sejumlah penyesuaian. Di awal kemunculannya, Vidio mengusung konsep User Generated Content (UGC). Lambat laun Vidio bertransformasi menjadi platform video on demand yang tak hanya menyediakan film tetapi juga cuplikan berita olahraga, serial, dan konten-konten original lainnya.
Chief Product Vidio Hadikusuma Wahab (Dhiku) menjelaskan, hal tersebut tidak terlepas dari permintaan pasar Indonesia yang membutuhkan konten-konten yang lebih panjang dan lebih berkualitas.
“[…] Meningkatnya ketertarikan terhadap konten lokal original yang sekarang menjadi salah satu ujung tombak Vidio. Bagi kami, kebutuhan konsumen adalah hal yang terpenting. Maka dari itu, sejak tahun 2019, kami bergerak ke arah aplikasi OTT (over the top) demi menyajikan konten dan layanan terbaik untuk masyarakat Indonesia. Terbukti strategi ini menghasilkan loyal customer Vidio yang terus meningkat dan diakui sebagai OTT lokal yang bisa dibanggakan,” imbuh Dhiku.
Menurut penuturan Chief Content Vidio Tina Arwin, sejak tahun 2019 pihaknya sudah meluncurkan beberapa konten original series dengan berbagai genre, baik itu romansa, thriller, komedi, maupun aksi. Judul-judul Seperti Girls in The City, Heart Series, I Love You Baby, Get Married the Series, Jawara, On The Weekend, dan Omen berhasil diproduksi Vidio untuk memenuhi permintaan masyarakat Indonesia akan kebutuhan konten.
“Penonton dan Partner Vidio-lah yang menjadi kekuatan utama Vidio terus bertumbuh. Kami sangat percaya konten yang menarik disajikan oleh platform yang bagus, dengan marketing dan distribusi yang kuat, tidak akan berhasil tanpa penonton yang terus mencintai konten dan produk dalam negeri. Kami ingin berterima kasih bagi penonton Indonesia dan partner kami yang telah menjadikan Vidio seperti sekarang ini,” ujar COO Vidio Hermawan Sutanto.
Kompetitif melawan platform asing
Dikutip dari sebuah laporan, Vidio menempati posisi kedua sebagai platform terpopuler di Indonesia setelah Viu. Ia menjadi satu-satunya pemain video on demand lokal yang berjaya di negaranya. Di Indonesia pun, kendati sempat diblokir grup operator raksasa, Netflix masih bersaing berada di tiga besar.
Menghadapi persaingan ketat ini, Hermawan menjelaskan tiga poin penting strategi mereka untuk bersaing.
Strategi yang pertama adalah konten. Hermawan menyebutkan konten adalah raja segalanya. Penonton laki-laki Indonesia misalnya, gemar menonton konten olahraga seperti Shopee Liga 1, UEFA Champions League, UEFA Europa League, NBA, dan One Championship. Tayangan-tayangan tadi merupakan konten ekslusif yang hanya bisa dinikmati di platform Vidio.
Untuk penggemar drama, selain memiliki konten original, Vidio juga memiliki tayangan FTV, Mini Series populer dari TV, film lokal, drama Korea, dan sinetron unggulan yang tayang di SCTV dan televisi lokal lainnya. Berada di bawah naungan grup yang sama dengan dua kanal TV populer di Indonesia menjadi salah satu keunggulan tersendiri.
Selain konten, inovasi produk menjadi salah satu fokus Vidio untuk bisa dicintai banyak pengguna di Indonesia. Hermawan menuturkan, platform-nya memiliki kemampuan kustomisasi produk tercepat mengingat semua dikembangkan oleh talenta muda lokal.
“Hal ini tercermin dengan pengembangan platform Vidio yang tersedia secara masif, tidak hanya di ponsel Android dan iOS, tapi juga tersedia di Smart TV Android, Tizen (Samsung), WebOS (LG), hingga Linux. Yang sangat membanggakan adalah platform Vidio ini selalu di-feature sebagai aplikasi rekomendasi untuk hiburan di semua platform, dari ponsel hingga TV,” terang Hermawan.
Vidio juga berinovasi dengan mengembangkan fitur interaktif, seperti kuis, game, dan juga polling.
Terakhir adalah dengan memaksimalkan kanal pemasaran yang ada. Selain memanfaatkan posisinya sebagai anggota grup media besar di Indonesia, Vidio juga percaya bahwa kerja sama dengan pihak-pihak terkait mampu memberikan dampak besar. Contohnya bekerja dengan pengembang Smart TV untuk menjadi aplikasi pre-installed, kerja sama dengan operator telekomunikasi untuk memudahkan pembayaran, dan lainnya.
“Kerja sama Vidio dengan [platform] e-commerce dan fintech pun membuahkan hasil yang membanggakan. Vidio saat ini menjadi [platform] OTT dengan penjualan [kode voucher] terbanyak di Shopee dan LinkAja dalam bulan Juni 2020. Pencapaian yang hanya bisa dicapai dengan kerja sama erat dengan para partner,” terang Hermawan.
Memahami penonton Indonesia
Beberapa penyedia platform video on demand sudah membuktikan sendiri bagaimana beratnya mengambil hati pengguna Indonesia. Pihak Vidio mengamati, pengguna Indonesia cukup beragam sehingga perlu upaya menghadirkan konten yang beragam di platform mereka dan edukasi untuk terus mencintai dan mendukung konten, produk, dan karya asli Indonesia.
“Kami juga selalu mengedepankan pengembangan produk untuk memastikan kenyamanan pengguna selama menggunakan aplikasi Vidio. Tidak hanya itu, kami akan lebih bergerilya untuk menjalin kerja sama dengan partner-partner distribusi untuk memperkenalkan Vidio lebih dekat dengan masyarakat Indonesia,” terang Rezki.
Salah satu tantangan banyak platform video on demand di Indonesia adalah pembajakan. Kendati sudah banyak platform legal yang hadir di Indonesia, platform ilegal seolah tak bisa dibendung keberadaannya.
Pihak Vidio hingga kini terus aktif mengedukasi masyarakat bahwa OTT merupakan opsi terbaik dengan harga terjangkau untuk bisa menikmati konten berkualitas sekaligus membantu industri kreatif nasional bertumbuh.
“Vidio juga bekerja sama dengan pemilik konten, rekan OTT dalam industri, dan menjadi bagian dari asosiasi terkait untuk bersama-sama bekerja sama dengan Google, Facebook, dan platform global lainnya untuk mengurangi pembajakan dengan edukasi yang lebih intensif,” tutup Hermawan.