Cerita Tim UwU Gaming: Dari Andai-Andai Menjadi Nyata

UwU Gaming merupakan tim fighting game Tekken yang sedang lincah bergeliat. Simak cerita sang co-founder, Handi Kurniadi, soal proses menciptakan UwU Gaming.

Fighting game bisa dibilang sebagai salah satu esports tertua dalam ekosistem esports, selain dari Counter-Strike yang tak pernah mati sejak tahun 1999. Jika berpatok pada turnamen Evolution Championship Series saja, artinya komunitas fighting game sudah ada sejak dari tahun 1996. Kalau ditarik lebih jauh lagi, bibit skena ini malah mungkin sudah hadir sejak Street Fighter 2 versi arcade rilis pada tahun 1991.

Banyak yang bilang bahwa ciri khas ekosistem ini adalah hubungan emosional komunitas yang begitu erat. Itu juga yang mungkin membuat pecinta fighting game, walau berbeda permainan, tetap bersatu di bawah bendera fighting game community atau FGC.

Skena Indonesia punya ceritanya sendiri. Advanced Guard bisa dibilang adalah salah satu sosok besar dalam perkembangan FGC Indonesia. Seiring waktu, FGC Indonesia terus berkembang. Berawal dari satu komunitas, kini FGC Indonesia jadi punya ragam komunitas dengan tujuannya masing-masing.

Beberapa waktu lalu kita sudah sempat menyorot DRivals, komunitas Tekken yang berkembang pesat secara prestasi di skena kompetitif Jabodetabek dan sekitarnya. Tetapi selain dari mereka, ada juga komunitas lain yang juga bergeliat lincah di skena Tekken Jabodetabek, yaitu UwU Gaming.

Siapa mereka? Apa yang ingin mereka capai? Saya berbincang dengan Simeon Handi Kurniadi, Co-Founder UwU Gaming mencoba mengetahui cerita di balik komunitas ini, dan perjalanannya menjadi tim esports. Simak hasil perbincangan saya berikut

Terbentuk dari Kelakar Pertemanan

Anda penggemar pop culture Jepang mungkin akan memandang kata 'UwU' dengan cara berbeda. Ini karena ‘UwU’ kerap kali digunakan di dalam lingkungan pergaulan, terutama pop culutre Jepang, sebagai emoticon. Pertama kali muncul di forum, UwU biasanya digunakan untuk mengekspresikan perasaan senang atau kebanggaan dengan wajah gemas ala anime.

Simeon Handi Kurniadi, Co-Founder UwU Gaming juga mengatakan bahwa emoticon tersebut menjadi inspirasi dari nama komunitas ini. Tetapi selain itu, nama UwU Gaming sebenarnya juga berasal dari plesetan organisasi esports yang bergeliat di FGC internasional yaitu UYU.

“Dulu alasan memberi nama UwU karena teringat emoticon yang lucu, terus juga karena ada tim profesional bernama UYU. Akhirnya nama UwU dipilih karena niat awal bikin tim ini sebetulnya hanya untuk iseng dan tidak berniat menjadi serius.” Ucap sosok yang kerap dipanggil Handikurr di dalam komunitas.

Menariknya, meski UwU punya konotasi yang imut, tim mereka menggunakan Serigala yang garang sebagai logo tim. Handikurr lalu menceritakan selayang pandang asal usul logo tersebut.

“Kalau ditanya kenapa logonya serigala, awalnya juga karena kelakar teman-teman saja. Pertama, emoticon wajah UwU kadang ditempatkan pada wajah serigala. Kedua, karena ‘uwu’ terdengar seperti suara auman serigala. Dari situ kami lalu membahas lebih jauh lagi alasan kenapa logonya harus serigala. Saya dan kawan-kawan terpikir bahwa Serigala adalah simbol keberanian bagi orang romawi dan mesir kuno. Jadi serigala dipilih jadi simbol komunitas kami sebagai doa, agar komunitas kami memiliki jiwa keberanian.” Tuturnya.

Sumber: UwU Gaming

Orang tua kita kerap berkata bahwa nama adalah doa. Doa UwU Gaming menjadi komunitas yang berani pada akhirnya benar terpancar kepada mental anggota komunitas UwU Gaming. Mereka selalu dengan berani menantang siapapun di skena Tekken 7 Jabodetabek dan sekitarnya.

Bahkan, waktu itu tiga orang anggota mereka juga dengan berani mengadu nasib di Last Chance Qualifier Tekken World Tour Finals 2019, walau mungkin hasilnya hanya pengalaman berharga saja.

Dengan umurnya yang masih muda belia, UwU Gaming bergeliat begitu lincah di tengah komunitas FGC Jabodetabek. Namun, itu mungkin tidak tercapai jika Handikurr tidak pernah mengenal Tekken ataupun komunitas fighting game sebelumnya.

Handikurr lalu menceritakan awal ia mengenal Tekken dan FGC saat masih tinggal di Yogyakarta.

“Dulu saya pertama kali kenal FGC di Jogja, karena suka berkumpul dengan komunitas pop culture Jepang, yang kebetulan banyak pemain Tekken. Saya akhirnya ikut main dan buat komunitas fighting game di sana. Dulu komunitasnya bernama FAIJO (Fighting Games Jogja). Dari situ mulai kenal teman-teman yang sudah berkecimpung di FGC.” Cerita Handikur.

“Lalu setelah itu saya pindah ke BSD karena pekerjaan. Semenjak di sana, akses turnamen lebih dekat, jadi saya lebih sering berusaha untuk kumpul dengan teman-teman FGC yang ada di Jakarta. Sampai suatu hari saya ikut turnamen tag team DRivals di suatu kafe di Jakarta Barat pada tahun 2018. Pada saat itulah saya bertemu dengan Zul (V4NZER), Faris (JUST_FRS) dan Roku (Mitsuky). Mereka bisa dibilang pencetus lebih awal dari saya, karena ikut turnamen dengan nama tim uwu.” Handikurr menjelaskan awal alasan ia membentuk UwU.

Nama UwU sebenarnya sudah terlebih dahulu digunakan oleh tiga pemain tersebut. Tetapi Handikurr bisa dibilang menjadi sosok yang membuat UwU Gaming menjadi lebih serius, bukan hanya tim untuk kelakar, tapi menjadi komunitas dan rumah bagi para pemain Tekken 7 ataupun FGC secara keseluruhan.

“Waktu itu gara-gara saya lawan mereka di turnamen tersebut. Saat melawan mereka, saya tidak merasakan tekanan, malah enjoy dan merasa fun. Dari sana saya muncul ide, dan ajak mereka obrol-obrol. Dari obrolan tersebut, muncul angan-angan membuat tim esports, bikin jersey, konten-konten menarik, dan lain sebagainya. Lucunya adalah ternyata semua andai-andai saya dan kawan-kawan yang dipikirkan saat itu ternyata sudah hampir tercapai semua.. Hahaha.” Ucap Handikurr menceritakan pengalamannya membentuk UwU.

Sumber: UwU Gaming

Mulai serius di tahun 2019, perkembangan UwU Gaming sebagai komunitas terbilang cukup cepat. Konten menjadi sarana mereka memperkenalkan FGC ke khalayak umum. Walau belum belum punya ribuan follower, tapi saya akui kanal media sosial UwU Gaming yang aktif dan punya desain grafis mumpuni jadi nilai jual tersendiri bagi komunitas mereka.

Selain media sosial, modal berikutnya UwU Gaming adalah markas yang jadi pusat aktivitas mereka. Markas ini juga tercipta secara tidak sengaja, karena salah satu anggota mereka dengan baik hati menawarkan menggunakan rumahnya yang sudah lama tidak dihuni, sebagai gaming house UwU Gaming.

“Markas atau gaming house kami sebenarnya adalah rumah kosong milik salah satu anggota kami, Hanifrexxx, yang berlokasi di Gaharu, Cipete, Jakarta Selatan. Kebetulan dia bersedia meminjamkan tempat tersebut untuk jadi tempat kumpul-kumpul. Akhirnya tempat itu kami resmikan menjadi markas komunitas UwU Gaming. Sebelumnya GH kami gunakan untuk main bareng dan membuat konten. Namun saat ini segala aktivitas kami hentikan lebih dulu, karena mengikuti anjuran pemerintah untuk mengisolasi diri selagi wabah COVID-19 sedang menyeruak.”

Handikurr mengaku merasa tidak sangka dengan semua pencapaian yang mereka capai lewat komunitas ini dalam waktu yang singkat. “Karena ini semua berawal sebagai bercandaan dan ide iseng saja, jadi saya dan teman-teman kadang kaget kenapa UwU Gaming tiba-tiba sudah sampai di titik ini.” Ucapnya.

Perjalanan UwU Gaming Sampai Saat Ini

Walau masih seumur jagung, UwU Gaming terbilang aktif secara kompetitif dan giat berjibaku dalam berbagai ajang adu jotos Tekken 7 di Jabodetabek. Pengalaman bertanding para anggota UwU Gaming mungkin tidak gahar seperti para anggota DRivals, yang salah satunya sempat bertanding di Rev Major. Juga tidak galak seperti Muhammad Adriansyah Jusuf (MEAT), yang sudah dipercaya mewakili Indonesia untuk cabang esports Tekken 7 di SEA Games 2019.

Akan tetapi, passion mereka terhadap Tekken memunculkan sikap berani yang patut diacungi jempol. Seperti sempat saya sebut di awal artikel, ada tiga pemain UwU Gaming yang nekat adu nasib ikut Last Chance Qualifier TWT Finals 2019 di Bangkok, Thailand. Mereka adalah Clice.L, Nafilo, dan Ar’Fear. Hasilnya tentu bukan kemenangan karena yang dicari memang pengalaman saja.

Nafilo yang punya nama lengkap Olifan Okto Pradana sempat bercerita soal pertandingannya di LCQ TWT Finals 2019. Ia mengaku mendapat banyak sekali pengalaman selama bertanding di sana, terutama saat menghadapi pemain-pemain Pakistan yang tanggap merespon kesalahan gerakan yang ia lakukan.

Sumber: Instagram UWU Gaming

“Selama perjalanan di sana, gue belajar bahwa ada kesalahan dari metode permainan gue selama ini, seperti memilih gerakan yang berisiko ketimbang gerakan yang lebih pasti. Walau cuma bermain selama 6 menit, tetapi gue mendapat pengalaman berharga yang bisa mengubah cara pandang gue terhadap cara main Tekken.” Ucapnya.

Untuk saat ini UwU Gaming tercatat sudah memiliki 16 anggota, dengan 2 di antaranya berdomisili di Yogyakarta. Prestasi yang anggota mereka kumpulkan juga lumayan banyak. Eka Widarma (Lazt) misalnya, sudah memenangkan beberapa turnamen di skena lokal Yogyakarta. Salah satu yang paling bergengsi adalah ketika ia menjuarai kompetisi Tekken di acara KAI Esports Exhibition pada tahun 2019 lalu.

UwU Gaming juga sempat beberapa kali mengikuti gelaran Hybrid Cup. Saat Hybrid Cup hadir dengan format tim, UwU Gaming turut bertanding dan mengirimkan dua timnya. Ketika itu ada UwU Sunflower yang berisikan Ar’Fear, Nafilo, dan JUST_FRS, dan UwU Melancholy yang berisikan Davai, Astha, dan Dipicu_Ikan. Tapi UwU Gaming sayangnya mendapat hasil yang kurang memuaskan dalam turnamen yang dimenangkan oleh DRivals on Air tersebut.

UwU Gaming juga mengikuti Hybrid Cup Series - Tekken 7 Rookie. Diwakili oleh Dipicu_Ikan, UwU Gaming mendapat pencapaian yang cukup baik, berhasil mencapai peringkat top 8, walau akhirnya kalah oleh DRivals.Downfall.

Sumber: UwU Gaming

Tak hanya aktif berkompetisi, UwU Gaming juga kerap kali mengadakan beberapa kegiatan komunitas. Layaknya Hybrid IDN yang memiliki dojo, UwU Gaming juga sempat sempat mengadakan dojo mereka sendiri. Ketika itu mereka baru sempat mengadakan dua kali dojo yang ternyata disambut antusias oleh FGC Jakarta.

Handikur mengatakan bahwa open dojo pertama dihadiri oleh 25 orang, sementara yang kedua dihadiri oleh 32 orang. Tak hanya itu, open dojo yang dilakukan oleh UwU Gaming juga dihadiri oleh berbagai sosok, termasuk cosplayer yang cukup ternama dalam komunitas pop culture Jepang, yaitu MamaBear.

“Kejadian mengundang MamaBear itu karena dulu saya pernah ketemu dia di event pop culture Jepang. Ketika itu dia cosplay sambil turnamen Tekken. Terus setelah itu saya ajak obrol-obrol. Sudah gitu kebetulan PapaBear juga kenalan saya dan keduanya main Tekken. Akhirnya saya ajak untuk hadir, dan mereka pun setuju untuk ikut meramaikan gejolak perjalanan UwU Gaming... Hehe.” Handikurr menceritakan asal usul kehadiran sosok cosplayer pada open dojo yang mereka selenggarakan.

Angan-Angan UwU Gaming Menjadi Organisasi Esports

Walau Handikurr mengaku hampir membuat semua ide gila yang ia bayangkan jadi nyata, tetapi ia masih punya mimpi lebih besar untuk UwU Gaming. Untuk saat ini, UwU Gaming sebenarnya bisa dibilang sudah berstatus sebagai tim esports, walau belum sebesar para raksasa seperti EVOS ataupun RRQ.

"Bersamaan dengan peresmian GH beberapa waktu lalu kami juga membagikan perubahan UwU dari komunitas menjadi tim esport. Hal ini kami ambil supaya kami bisa fokus dengan target kami di dunia bisnis. Seperti beberapa bisnis startup lain, kami memulai dengan 'bakar duit' dulu. Walaupun belum bisa menggaji para anggota, namun kami mulai membuka peluang bisnis di bidang esport, seperti menjadi caster game atau tawaran kontrak livestreaming." Tukas Handikurr membeberkan status UwU Gaming saat ini.

Untuk masa depan Handikurr bercita-cita untuk membuat UwU Gaming jadi lebih berkembang. Tak hanya jadi wadah berkegiatan saja, tapi juga menjadi wadah agar para gamers bisa bekerja profesional dari hobi yang mereka suka. “Lebih jauh, saya ingin UwU Gaming tidak hanya menjadi tim saja tapi juga manajemen esports. Tujuannya adalah untuk memberi peluang gamers bisa berkarir secara profesional.”

“Makanya, apa yang ada di bayangan saya, nantinya para gamers yang berada di UwU Gaming tidak hanya mendapat peluang untuk menjadi pemain kompetitif saja, tetapi juga memberi peluang untuk menjadi talenta seperti caster, content creator, streamer, ataupun bidang-bidang lain yang bisa menyokong ekosistem esports, sesuai dengan passion dari masing-masing.” Handikurr menceritakan mimpinya.

Ekosistem esports bukan hanya soal menjadi pro player saja. Ada ragam pekerjaan lain, termasuk menjadi game streamer. UwU Gaming bercita-cita untuk hadir dan memfasilitasi hal tersebut. Sumber: stuff.co.nz

Mimpi tersebut mungkin terdengar sederhana, tetapi terasa seperti bukan sesuatu yang mudah untuk dicapai. Apalagi mengingat persaingan ranah gaming dan esports Indonesia yang jadi semakin ketat belakangan ini. Jika bicara soal bisnis tim esports, sepanjang 2020 yang baru berjalan 4 bulan, kita sudah melihat 5 tim esports baru, hadir dan meramaikan persaingan dalam ekosistem.

Maka untuk memuluskan mimpinya, Handikurr berusaha memulai dari sesuatu yang dekat dengan dirinya, FGC dan konten. “Itu memang bukan hal mudah, tapi bukan tidak mungkin. Maka untuk tahun ini kamu mulai dengan langkah kecil berani dengan menghadirkan konten lebih dahulu. Topiknya juga dimulai dari sesuatu yang dekat dengan kami, yaitu fighting game dan komunitasnya.”

“Nanti kalau sudah ada modal, saya ingin investasi alat multimedia lebih dulu, supaya proses pembuatan konten bisa berjalan dengan baik dan menciptakan konten yang lebih bagus. Hal lain mungkin yang terpikir di kepala saya berikutnya mungkin adalah untuk aktivasi event online ataupun melakukan promosi, agar UwU Gaming bisa dikenal lebih banyak orang.” Tuturnya.

Sumber: UwU Gaming

Lalu, dengan mimpi yang besar, tentu UwU Gaming harus punya visi, agar komunitas ini bisa naik tingkat dan menjadi apa yang diimpikan Handikurr dan para anggotanya. Terkait ini, Pria asal Yogya tersebut memberikan pandangannya. “Untuk jangka pendek di tahun 2020, dengan fokus kepada konten, kami punya target mencapai 50 ribu follower terlebih dahulu di Instagram. Bagaimanapun, menurut saya, angka adalah sesuatu yang penting di dunia digital. Karena dunia digital tanpa digit (angka) hanya akan menjadi ‘al’ saja nantinya... Hehehe.” Ucapnya seraya berkelakar.

“Untuk jangka panjang, seperti yang tadi saya bilang, kami ingin UwU Gaming bisa menjadi manajemen talenta di bidang esports. Saya ingin UwU Gaming nantinya bisa memberi gaji dan kesempatan karir yang sesuai passion para gamers. Selain itu, karena saya memulai ini dari dunia fighting game, saya ingin UwU Gaming menjadi manajemen esportstop-of-mind di dalam skena. Realistisnya tentu terbaik di Indonesia, tapi kalau mau muluk saya juga ingin UwU Gaming bisa jadi yang terbaik di dunia.” Handikurr menjelaskan mimpi dan cita-citanya.

Bagaimanapun, skena game apapun mungkin bisa jadi mati suri tanpa kehadiran tim seperti UwU Gaming. Nyatanya gamers datang dengan berbagai latar belakang dan tujuan. Mungkin ada yang hanya main game untuk mengisi waktu sengan, atau mencari hiburan, atau mencari teman, atau berkompetisi, atau mungkin mencari karir.

Kehadiran entitas seperti UwU Gaming sedikit banyak bisa mewadahi kegiatan bagi para gamers, terutama pecinta fighting game, untuk mencapai tujuan mereka, apapun itu. Semoga cita-cita yang diinginkan sang founder terhadap UwU Gaming bisa tercapai sehingga FGC Indonesia bisa dikenal dunia!