Dark
Light

Upaya Cekpremi Agar Tetap Relevan sebagai Insurtech

2 mins read
December 13, 2021
Cekpremi bisa dikatakan sebagai salah satu pelopor insurtech di Indonesia / Cekpremi
Cekpremi bisa dikatakan sebagai salah satu pelopor insurtech di Indonesia / Cekpremi

Cekpremi bisa dikatakan sebagai salah satu pelopor insurtech di Indonesia. Mereka mengawali bisnisnya sebagai portal perbandingan produk asuransi online sejak 2014, dan kini menjadi bagian Fuse, untuk menjalankan strategi B2C dalam melengkapi rangkaian bisnis yang komprehensif. Layanan tersebut masih menjadi solusi utama di Cekpremi.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Direktur Cekpremi Ziko Goi menjelaskan secara umum masih luas potensi yang bisa dikembangkan oleh perusahaan fintech dalam meningkatkan penetrasi produk asuransi. Mengacu pada data OJK, sekitar 97% masyarakat Indonesia belum terproteksi asuransi karena kurang percaya dengan sistem yang ada.

Terlebih itu, sejumlah perusahaan asuransi juga belum mengaplikasikan teknologi, sehingga kesulitan untuk mengembangkan produk asuransi dan menyediakan akses yang mudah.

“Ekosistem digital yang dibangun asuransi bisa menjadi jawaban bagi tantangan ini dan menawarkan kanal distribusi beragam untuk memasarkan produk asuransi,” terang dia.

Menanggapi hal tersebut, Cekpremi terus membenahi dirinya agar tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat. Ziko menuturkan awalnya Cekpremi mempelopori penjualan asuransi kendaraan di Indonesia. Seiring berjalannya perkembangan digital, Cekpremi menyambut kesempatan tersebut dengan melakukan ekspansi ke produk asuransi lainnya, seperti properti, perjalanan, asuransi kesehatan dan jiwa, alat berat, barang bergerak, liabilitas, perkapalan, dan lainnya.

Perluasan ini berdampak pada peningkatan jumlah pengguna. Meski tidak dirinci lebih detail, disebutkan pengguna baru Cekpremi bertambah lebih dari puluhan ribu orang tiap tahunnya. Pelanggan ini datang dari kalangan individu dengan range usia generasi muda dan generasi X usia 30-45 tahun, juga nasabah korporat. “Saat ini juga mulai banyak generasi muda yang mulai mencari asuransi karena dampak Covid-19 yang membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya asuransi.”

Bermitra dengan Fuse

Sebagai catatan, pada 2018 Fuse bergabung dengan Cekpremi dan Ivan Sunandar (Founder Cekpremi) menjadi Co-Founder & COO Fuse. Sejak saat itu, Cekpremi yang fokus pada B2C comparison turut melengkapi dan memperkuat model bisnis di Fuse yang juga bermain di ranah B2A (business to agent/broker) dan B2B2C (asuransi mikro dan institusi finansial). “Cekpremi bermitra dengan Fuse, sebagai insurtech terbesar di Indonesia, Fuse memiliki sejumlah model bisnis dan menjadi insurtech dengan layanan paling komprehensif.”

Tak hanya bermitra dengan Fuse, Cekpremi sendiri juga melakukan langkah lainnya dengan sejumlah perusahaan asuransi untuk mengembangkan produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Mulai dari asuransi kendaraan bermotor, asuransi kesehatan, jiwa, properti, asuransi perjalanan dan lain-lain.

Perusahaan asuransi yang bekerja sama dengan Cekpremi antara lain Simas Insurtech, Etiqa, Artarindo, Staco Mandiri, Tokio Marine Insurance Group dan Zurich Insurance.

“Cekpremi akan terus berupaya untuk menyediakan akses asuransi secara mudah melalui teknologi, menghadirkan produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan memberikan layanan terbaik bagi nasabah.”

DailySocial.id turut mendapat informasi bahwa Cekpremi dikabarkan akan melakukan rebrand agar memiliki posisi yang jelas dibandingkan Fuse. Namun sayangnya, Ziko enggan merinci lebih lanjut terkait rumor tersebut.

Perjalanan startup insurtech, umumnya dimulai dari portal perbandingan produk asuransi, bahkan produk keuangan pada umumnya seperti yang diawali oleh CekAja, sebelum merambah ke berbagai produk lainnya. Dalam perjalanannya, Cekpremi, bersama pemain lainnya seperti Lifepal, Asuransiku, Futuready, hingga Cermati, menghubungkan perusahaan asuransi konvensional ke platform digital.

Kemudian pengalaman berasuransi semakin lama makin menyeluruh, tidak hanya pada saat pembelian saja, namun juga saat proses klaim. Juga, semakin mudah ditemukan di berbagai aplikasi konsumer populer agar penetrasinya dapat meningkat secara perlahan.

Seperti yang disebutkan dalam laporan yang disusun DSInnovate bertajuk “Insurtech Ecosystem in Indonesia Report 2021”, disampaikan bahwa memberikan pengalaman pelanggan digital yang sederhana adalah kunci di era di mana pelanggan terbiasa dengan saluran digital.

“Pendekatan yang paling efisien adalah memberikan pengalaman nyata kepada pengguna. Produk asuransi mikro dapat menjadi pilihan untuk memperkenalkan cara kerja asuransi dan manfaat yang diberikannya,” tulis laporan tersebut.

Akan tetapi, diperlukan akses yang dibutuhkan dalam siklus hidup produk asuransi. Hal tersebut meliputi, informasi dan perbandingan produk, proses pembelian dan klaim, proses pembayaran dan pencairan. “Tantangannya adalah membuat aspek-aspek ini dapat dicapai secara instan dan real-time.”

 

Previous Story

Fuse Closes Series B+ Round, Expanding to the Regional Market

Next Story

GRID Legends Meluncur 25 Februari 2022, Janjikan Opsi Gameplay yang Variatif dan Multiplayer Lintas Platform

Latest from Blog

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah