Tren Co-Streaming di Industri Esports

Melakukan co-streaming dengan streamers bisa jadi cara bagi penyelenggara turnamen untuk meningkatkan viewership

Beberapa tahun belakangan, popularitas esports memang meningkat pesat. Jumlah fans esports pun terus bertambah. Meskipun begitu, fans esports cenderung terpecah belah. Orang-orang yang menonton kompetisi dari Mobile Legends belum tentu juga senang mengamati skena esports dari Dota 2. Padahal, dua game itu sama-sama punya genre MOBA.

Terpecahbelahnya fans esports inilah yang mengharuskan publisher dan penyelenggara turnamen untuk bisa kreatif serta inovatif dalam menyajikan konten esports. Sehingga, para fans tidak merasa bosan dan terus setia untuk menonton.

Salah satu strategi yang sering publisher gunakan untuk menarik gamers menonton kompetisi esports adalah sistem in-game loot drops.

Jadi, Anda akan mendapatkan reward berupa item dalam game setelah menonton siaran esports selama rentang waktu yang telah ditentukan. Model ini merupakan solusi win-win, baik bagi gamers maupun publisher. Gamers akan mendapatkan item gratis, sementara publisher bisa mendorong viewership dari konten mereka.

Metode in-game loot drops bisa dorong viewership. | Sumber: Ars Technica

Sayangnya, walau strategi in-game loot drops bisa meningkatkan viewership, hal ini bukan jaminan tingkat engagement dari fans juga akan naik. Pasalnya, fans bisa saja memutar siaran publisher di satu tab dan menonton streamer di tab lain. Tidak jarang, fans justru lebih tertarik untuk menonton konten esports yang disiarkan oleh streamer favorit mereka. Karena, mereka juga bisa mendengar komentar dari sang streamer.

Kabar baiknya, publisher bisa memanfaatkan kebiasaan fans esports menonton bersama streamer favorit mereka. Untuk mendorong view dan engagement dari penonton, publisher bisa saja mengajak streamers untuk melakukan co-streaming. Walau, model ini juga bisa menimbulkan masalah tersendiri.

Manfaat Co-Streaming di Esports

Dengan mengajak streamer untuk melakukan co-streaming, publisher atau penyelenggara turnamen akan memberikan izin pada streamer untuk menyiarkan kompetisi esports di channel mereka sendiri.

Sejak dirilis di Twitch, fitur co-streaming punya kontribusi besar dalam meningkatkan viewership dari platform milik Amazon tersebut. Twitch mendefinisikan fitur co-streaming sebagai fitur yang memungkinkan Anda untuk menyiarkan konten streamer lain sambil memberikan komentar. Dengan kata lain, co-streaming layaknya nonton bareng alias nobar virtual.

Mengajak streamer untuk melakukan co-streaming terbukti sukses bagi sejumlah turnamen esports. Streamer asal Brasil, Alexandre Borba Chiqueta alias "Gaules" sering melakukan co-streaming dari turnamen Counter-Strike: Global Offensive untuk para fans lokal. Dan menurut Stream Hatchet, siaran Gaules sering menjadi siaran yang paling banyak ditonton sepanjang kompetisi CS:GO, PGL Antwerp Major 2022.

Alexandre Borba Chiqueta alias Gaules. | Sumber: The Elder Geek

Selain itu, Gaules juga bekerja sama dengan Formula 1 dan Twitch untuk melakukan co-streaming dari 2021 São Paulo Grand Prix, seperti yang dilaporkan oleh Esports Insider. Siaran itu menarik lebih dari 100 ribu penonton, berdasarkan data dari TwitchTracker.

Terkadang, jumlah penonton yang didapat oleh rekan streamer justru lebih banyak dari channel resmi. Sebagai contoh, pada pertandingan yang mempertemukan Imperial -- organisasi esports asal Brasil -- dengan Cloud9, channel resmi hanya mendapatkan 114 ribu peak viewers. Sebagai perbandingan, Gaules berhasil mendapatkan 684 ribu peak viewers.

Masalah yang Mungkin Muncul karena Co-Streaming

Tak bisa dipungkiri, co-streaming memang punya dampak positif pada viewership. Namun, bagi penyelenggara turnamen esports, melakukan co-streaming juga punya bahaya sendiri. Salah satunya, penyelenggara turnamen akan kehilangan kendali akan bagaimana streamer menyajikan turnamen serta pihak yang menjadi sponsor dalam siarannya.

Setiap streamer punya gaya masing-masing. Pada saat yang sama, turnamen esports beserta para sponsornya juga punya reputasi yang harus dijaga. Tapi, ketika melakukan co-streaming dengan streamer, penyelenggara turnamen esports tidak punya cara untuk memastikan bahwa streamer akan tetap menjaga reputasi dari turnamen dan para sponsor.

Mantan wartawan esports, Adam Fitch mengungkap, jika streamers yang menjadi rekan co-streaming melakukan hal-hal yang bisa merusak reputasi sponsor, hal ini bisa membuat penyelenggara kehilangan potensi pemasukan di masa depan.

Contoh co-streaming yang dilakukan oleh Riot Games. | Sumber: Esports Observer

Selain itu, ketika penyelenggara turnamen mengajak streamer untuk melakukan co-streaming, mereka tidak lagi bisa mengatur narasi yang disampaikan ke penonton. Padahal, narasi punya peran penting dalam membuat kompetisi esports menjadi lebih menarik.

Sebagai contoh, di Mobile Legends, pertandingan antara EVOS Esports dan RRQ sering disebut sebagai "El Clasico". Pasalnya, kedua organisasi esports itu merupakan dua organisasi besar di Indonesia. Tak hanya itu, persaingan antara keduanya juga sudah berlangsung sejak lama.

Dengan co-streaming, fokus narasi siaran berubah, dari turnamen serta tim yang bertanding di dalamnya, ke streamer itu sendiri. Dan memang, hal ini bisa membuat penonton lebih tertarik untuk menonton kompetisi yang berlangsung. Tapi, dalam jangka panjang, hal tersebut justru bisa merusak reputasi dari kompetisi esports.

Di 2021, Riot Games melakukan eksperimen dan memberikan tawaran co-streaming untuk North American VALORANT Championship Tour (NA VCT) pada semua streamer yang berumur di atas 18 tahun. Tawaran ini tidak hanya diberikan untuk streamer dari Twitch, tapi juga streamer di YouTube Gaming, Facebook Gaming, dan Caffeine. Selain itu, Riot juga tidak menetapkan jumlah followers minimal yang harus dimiliki oleh para streamers.

Riot hanya memberikan beberapa aturan dasar yang harus diikuti. Salah satunya, tampilan para sponsor VCT tidak boleh ditutupi. Begitu juga dengan segmen khusus sponsor serta iklan. Menariknya, Riot mengizinkan streamer untuk menampilkan sponsor pribadi. Dengan syarat, sponsor tersebut tidak berlawanan dengan sponsor dari VCT. Sayangnya, tetap tidak diketahui bagaimana Riot melakukan moderasi dari streaming yang dilakukan oleh rekan streamer mereka.

Sumber header: AFK Gaming