First-Person Shooter adalah sebuah genre game tembak menembak dari sudut pandang orang pertama. Genre ini menawarkan pengalaman yang imersif, karena Anda seperti dibawa masuk ke dalam dunia game tersebut
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, genre ini mengalami pergeseran. Berawal sebagai game single-player, kini kebanyakan FPS seperti Counter-Strike jadi game multiplayer yang fokus pada aspek kompetitif. Dalam ranah single-player, game FPS masih bisa dimainkan secara santai. Lawannya hanya AI, yang kemampuannya ditentukan oleh tingkat difficulty.
Dalam ranah multiplayer? Jangan harap kata ada ampun. Lawan Anda adalah pemain lain yang tidak peduli siapapun lawannya, akan tetap bermain semaksimal kemampuan mereka. Jika lawan sangat jago, bisa jadi Anda sudah wafat sebelum sempat melihat bentuk karakter musuh.
Perasaan menghadapi lawan seperti itu tentu mengintimidasi. Ini mungkin juga menjadi alasan, kenapa beberapa orang patah arang saat main FPS kompetitif. Tapi hal ini juga jadi alasan kenapa beberapa orang ketagihan, karena adrenalin saat bertanding dan kepuasan ketika berhasil menjadi lebih baik dari pemain lain. Apalagi ditambah dengan perkembangan esports dari waktu ke waktu, membuat mengejar skill bermain juga kian kompetitif dari sebelumnya — bahkan buat yang tidak berencana terjun ke skena profesional.
Jika Anda sudah terjerumus, dan merasa tidak ada perkembangan dari segi kemampuan aim, jangan khawatir, banyak orang mungkin merasakan perasaan serupa. Kesalahannya mungkin bukan dari Anda, bukan juga dari hardware yang Anda miliki. Bisa jadi kesalahannya adalah dari cara Anda melatih diri.
Sebelum menuju ke pembahasan, mungkin ada baiknya saya menjelaskan lebih dulu bagaimana proses saya jadi menyukai game FPS kompetitif. Jujur saya mengakui, saya bukan yang terbaik di dalam game FPS. Seringkali saya luput dalam adu bidik, yang juga membuat saya kesal dan frustasi. Saya justru baru menekuni FPS beberapa saat setelah Playerunknown’s Battleground hadir di Steam (sekitar tahun 2017-an).
Namun sejak saat itu saya ketagihan belajar untuk menjadi lebih baik dalam game FPS kompetitif, karena ada rasa kepuasan tersendiri ketika menang adu bidik, dan supaya tidak diledeki potato aim oleh sesama gamers… Hehe. Ditambah lagi, belakangan saya juga sedang keranjingan game FPS di PC (Ya benar, VALORANT), yang membuat saya jadi kembali kepada proses ketagihan belajar menjadi lebih baik.
Jadi dalam artikel ini, saya mencoba membagikan beberapa pengetahuan seputar cara menjadi lebih baik dalam bermain game FPS. Informasi ini saya rangkum dari berbagai sumber, dikombinasikan dengan pengalaman saya sendiri. Agar memudahkan Anda, saya juga mengurutkan hal-hal yang perlu Anda ketahui dari yang paling mendasar hingga tingkat lanjutan. Tanpa bermaksud menggurui, mari kita sama sama belajar, dan semoga artikel ini dapat menjadi lahan sama belajar bersama.
Pilih Cara Ternyaman Untuk Pegang dan Gerakkan Mouse
Satu salah kaprah yang sering terjadi saat main game FPS kompetitif adalah, menyalahkan aim yang buruk kepada pengaturan sensitivitas, pemilihan mouse, mousepad, dan segala tetek bengek hardware lainnya. Padahal aim yang buruk adalah salah diri Anda sendiri, ya betul, ANDA SENDIRI.
Ini mungkin kenyataan pahit, namun jadi kenyataan yang harus Anda diterima untuk menjadi lebih baik. Karena menurut saya, faktor terbesar dalam kemampuan aiming game FPS datang dari kemampuan motorik tangan dalam memegang dan menggerakan mouse serta koordinasinya dengan mata Anda. Baru sebagian kecil lainnya datang dari pemilihan mouse, monitor, mousepad, pengaturan DPI, sensitivitas in-game, crosshair, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, untuk pertama-tama latih dan biasakan motorik otot tangan Anda dalam memegang dan mengendalikan mouse komputer terlebih dahulu. Seperti saat ingin memegang tangan gebetan, Anda harus kenalan terlebih dulu… Eh, maksudnya kenali cara memegang mouse. Teknik memegang dan mengendalikan mouse disebut juga sebagai Grip Style dan Aiming Style.
Grip Style dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Palm Grip, Fingertip Grip, dan Claw Grip. Palm Grip artinya memegang mouse dengan seluruh telapak tangan Anda. Fingtertip Grip artinya memegang mouse hanya dengan ujung jari saja. Sementara Claw Grip gabungan antar keduanya, telapak Anda tetap menempel pada mouse, namun jari Anda menekuk dan hanya menyisakan ujung jari di tombol klik kiri dan kanan.
Selanjutnya, Aiming Style adalah cara Anda mengendalikan mouse untuk menarget musuh. Secara umum, ada dua gaya membidik, yaitu Arm Style dan Wrist Style. Arm Style artinya menggerakan mouse dengan seluruh bagian lengan Anda. Sementara Wrist Style artinya menggerakan mouse hanya dengan pergelangan tangan.
Masing-masing Grip dan Aiming Style punya fungsinya masing-masing. Mengutip dari pembahasan Cnet, Palm Grip bisa dikatakan menjadi cara memegang mouse yang paling umum dan tidak hanya digunakan untuk bermain game saja. Cara memegang ini biasanya dikombinasikan dengan Arm Aiming Style. Dengan kombinasi ini, Anda mengibaratkan mouse sebagai perpanjangan tangan Anda. Kombinasi Palm Grip dengan Arm Aiming cenderung membuat pergerakan Anda lebih lambat, namun memberikan Anda presisi bidikan yang lebih tajam dalam menggerakan mouse.
Lalu selanjutnya ada Claw dan Fingertip Grip yang keduanya bisa dibilang mirip-mirip. Dua Grip Style tersebut biasanya dikombinasikan dengan Wrist Aiming Style, karena gaya yang satu ini lebih mengutamakan kecepatan daripada akurasi. Claw Grip dan Wrist Aiming Style memungkinkan Anda untuk mengarahkan kursor dari satu titik ke titik lain dengan sangat cepat, namun kelemahannya adalah gaya ini terbatas kepada sudut gerak pergelangan tangan manusia.
Setelah memahami jenis-jenis Grip dan Aiming Style, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mencari yang ternyaman. Jadikan apa yang saya jelaskan sebagai panduan saja. Jika Anda punya Grip dan Aiming Style sendiri yang lebih nyaman bagi tangan Anda, gunakan saja gaya tersebut, lalu biasakan sampai menjadi Muscle Memory (ini akan saya bahas pada sub-bagian selanjutnya). Tapi, jika tangan Anda menjadi sakit, dan kemampuan membidik Anda tidak berkembang, tidak ada salahnya untuk mencoba contoh gerakan yang ada di atas.
Sebagai tambahan informasi, selain dari segi karakteristiknya, Wrist dan Arm Aiming Style juga punya dampak tersendiri terhadap otot tangan Anda. Keduanya sama-sama punya risiko cedera, karena gerakan yang dilakukan pemain FPS cenderung repetitif, dalam durasi yang lama.
Namun Wrist Aiming, terbilang punya risiko cedera yang lebih besar. Wrist Aiming dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit Carpal Tunnel Syndrome. Penyakit yang umum terjadi di kalangan para gamers ini dapat menyebabkan telapak tangan Anda mati rasa, dan sangat sakit ketika digerakkan. Maka dari itu, melakukan peregangan pada pergelangan tangan, menggerakkan pergelangan tangan setiap satu sesi permainan, jadi hal-hal yang tak kalah penting untuk Anda lakukan, untuk mengurangi risiko cedera.
Setelah memahami bagaimana cara memegang dan mengendalikan mouse. Tahap berikutnya adalah melakukan pembiasaan.
Latih Kordinasi Mata-Tangan dan Bangun Kemampuan Muscle Memory
Setelah menemukan Grip dan Aiming Style ternyaman, selanjutnya adalah melatih koordinasi mata dan tangan agar sinkron. Secara teori, latihan ini mirip seperti latihan mengoper bola bagi pemain sepak bola. Hal ini perlu dilakukan setiap hari, karena mungkin seorang Cristiano Ronaldo sekalipun pernah mengalami masa, ketika tendangannya tidak tepat sasaran gara-gara koordinasi mata dengan otot motorik yang tidak sinkron.
Maka dari itu, pada fase ini, Anda harus betah melakukan tindakan-tindakan yang repetitif. Apa fungsi latihan ini? Kenapa saya harus mengulang-ulang gerakan untuk menjadi lebih baik? Jawabannya adalah untuk membangun Muscle Memory.
Apa itu Muscle Memory? Daripada terlalu njelimet menjelaskan soal Myelin dan istilah neuroscience lainnya, lebih baik saya jelaskan pakai menggunakan analogi saja. Analogi paling sederhana untuk memahami konsep Muscle Memory adalah seperti Anda belajar mengendarai sepeda.
Awal menaiki sepeda, badan Anda pasti terasa limbung. Jangankan jalan, menyeimbangkan sepeda saja sudah sulit. Anda akan sering jatuh awalnya, tapi semakin lama, dan sering bersepeda, kegiatan ini jadi semakin terasa natural, seperti berjalan kaki. Bahkan Anda mungkin bisa bisa melakukannya dengan mata tertutup (jangan dilakukan ya, bahaya), atau tanpa tangan.
Maka dari itu Ada beberapa aplikasi yang bisa membantu Anda membiasakan koordinasi mata-tangan. Salah satunya adalah rhythm game osu! Oke, Anda boleh mulai tertawakan saya karena menggunakan osu! Untuk latihan aiming. Tapi aplikasi ini menjadi satu-satunya lahan saya membiasakan koordinasi mata-tangan dalam mengendalikan mouse, ketika saya bermain PUBG (Steam) di tahun 2017; yang bukan cuma tidak punya training mode tapi juga laggy dan memiliki pengalaman bermain yang buruk ketika itu.
Penggunaan osu! sebagai sarana latihan aim memang menjadi perdebatan sendiri di komunitas game FPS. Alasannya sederhana, karena osu! adalah game 2 dimensi, sementara game FPS bersifat 3 dimensi. Hal ini bahkan menjadi pembahasan tersendiri di forum osu! karena ada seorang pemain yang menanyakan soal lagu osu! terbaik untuk melatih aim.
Saya sedikit setuju dengan pendapat tersebut. Namun menurut saya, tujuan bermain osu! Memang bukan untuk melatih aiming pada game FPS yang dimainkan (CS:GO, Overwatch, PUBG, VALORANT atau apapun), melainkan untuk membiasakan Grip dan Aiming Style yang Anda gunakan, juga untuk mengukur seberapa jauh gerakan tangan yang Anda butuhkan untuk klik satu target ke target lain.
Kembali pada analogi sepeda, memang benar adanya bermain sepeda di jalan landai tidak akan membantu Anda menjadi mahir melakukan trik sepeda BMX. Tapi pada awalnya, Anda tetap harus bisa mengendarai sepeda terlebih dahulu bukan? Maka dari itu, menurut saya latihan di osu! Jadi cara yang paling mendasar, untuk membangun skill mentah dalam aiming, seperti Anda belajar mengendarai sepeda sampai bisa jalan terlebih dahulu.
Selain osu!, ada juga alat untuk berlatih aim berbasis web yang bernama Aimbooster. Dalam Aimbooster, tugas Anda sederhana. Klik target yang muncul di layar satu per satu. Awalnya target muncul secara satu per satu dalam jeda waktu yang lambat. Lama-lama target akan muncul semakin cepat, yang memaksa Anda untuk menggerakan mouse dan merespon lebih cepat lagi. Tidak percaya akan keguanaan Aimbooster? Shroud menggunakan alat latihan ini juga lho.
Oke setelah OSU! dan Aimbooster lalu apa? Anda bisa mulai transfer kebiasaan Grip dan Aiming Style yang dilakukan ke dalam game yang Anda mainkan. Game FPS modern biasanya sudah menyediakan ruang latihan mereka tersendiri, Sementara pada CS:GO Anda bisa mengunduh map latihan buatan komunitas. Maka dari itu, mari kita berlanjut ke tahap latihan berikutnya.
Pelajari Mekanik Game FPS yang Anda Mainkan
Berlatih menggunakan in-game Training Mode sengaja saya masukkan ke dalam tahap ketiga. Kenapa? Karena menurut saya, pada tahap ini yang perlu Anda pelajari bukan cuma cara membidik, tetapi juga termasuk mekanik game yang Anda mainkan.
Apa maksudnya mekanik? Yang paling mendasar dari game FPS adalah Recoil Pattern. Seperti tembakan di dunia nyata, tembakan di game FPS juga patuh pada hukum fisika. Artinya senapan akan terpental ke atas pada saat Anda menembak secara berentet dengan senjata otomatis. Dalam game FPS kompetitif, pentalan atau recoil senapan biasanya memiliki pola.
Maka dari itu, guna dari latihan dengan menggunakan in-game Training Mode adalah untuk membiasakan Grip dan Aim Style anda dengan mekanik internal yang ada di dalam game. Dalam kasus VALORANT, yang saya lakukan adalah menembak secara otomatis, lalu membiarkan senapan tersebut terpental secara alamiah. Dari sana Anda bisa memahami, bagaimana pola recoil dari sebuah senapan, ke mana dia akan terpental, dan pada titik mana pantulannya akan berhenti.
Memahami Recoil Pattern akan membantu tembakan Anda tetap tepat sasaran, walau Anda menembak berentet dengan senapan otomatis. Sebagai contoh, recoil senjata Vandal di VALORANT. Recoil senjata tersebut akan melompat cukup signifikan pada peluru ketiga atau keempat. Jika Anda paham polanya, maka Anda jadi bisa siap-siap menarik mouse dari kepala ke kaki agar peluru dari senapan tetap mengenai badan atau kepala, dan menghasilkan damage yang maksimal.
Jujur saya sendiri sebenarnya tidak begitu rajin mencoba recoil semua senjata satu per satu di mode training. Malah awal main, saya langsung turun lapangan di matchmaking…Hehe. Tapi untuk Anda yang benar-benar serius, Anda harus lebih rajin mempelajari satu per satu elemen permainan, apalagi jika ingin terjun ke ranah esports FPS.
Setelah recoil, baru Anda mempelajari mekanik lanjutan game FPS yang Anda mainkan. Selain aiming, kemampuan spasial jadi kemampuan lain yang perlu Anda pelajari di dalam game FPS. Kemampuan ini sebenarnya di luar dari urusan aiming, tapi jadi hal yang perlu Anda kuasai juga.
Kalau pakai analogi sepak bola, aiming adalah kemampuan mengolah bola paling dasar, dribble, passing, dan shooting. Sementara itu kemampuan spasial adalah kemampuan sang pemain bola memahami setiap sentimeter lapangan, memahami tempat mana yang akan kosong jika ia bergerak ke suatu tempat, dan daerah mana yang cocok untuk diberi umpan terobos.
Dalam game FPS, kemampuan spasial melibatkan pemahaman atas seluk beluk sebuah map dan medan tempat Anda bermain. Cara untuk melatih ini adalah dengan bermain dalam pertandingan sesungguhnya. Tapi satu hal yang perlu jadi catatan adalah, Anda harus fokus, jangan main hanya karena ingin tembak-tembakan saja.
Sebagai contoh saya kembali menggunakan VALORANT. Misal jika Anda ingin mempelajari map Ascent, coba ulang terus satu jalan yang ingin Anda pelajari, sambil melakukan analisis. Misal Anda ingin belajar menyerang B-site, ulang terus jalan Anda lewat B Lobby, sampai Anda hafal arah datangnya ancaman musuh. Memahami lewat permainan jadi cara latihan spasial Micro-Game (apa yang Anda lihat ketika menyerang area B Ascent).
Kemampuan spasial Anda akan semakin lengkap jika Anda bisa memahami Macro-Game (bentuk map secara keseluruhan). Bagian ini bisa Anda pelajari di luar game, entah dengan membaca artikel tips suatu map, menonton video pembahasan map, atau mempelajari map itu sendiri.
Sambil belajar seluk-beluk map dan membentuk kemampuan spasial, Anda juga bisa sambil berlatih Crosshair Placement. Teknik ini merupakan cara meletakkan bidikan agar selalu siap menghadapi musuh. Teknik ini penting untuk dikuasai karena dalam game FPS kompetitif, karena siapa yang menembak lebih dulu dan kena, maka dia adalah pemenangnya. Teknik Crosshair Placement melibatkan beberapa aspek, seperti selalu meletakkan crosshair di area perkiraan kepala musuh berada, selalu membidik ke arah tembok saat memeriksa pojokan, dan juga membidik ke arah di mana musuh biasanya ada.
Seperti melatih kemampuan spasial, teknik Crosshair Placement hanya bisa Anda latih dengan cara terjun langsung ke medan pertarungan. Namun seperti saya bilang sebelumnya, Anda harus main dengan lebih SADAR, bukan sekadar main dan ingin adu mulut saja.
Dalam konteks VALORANT, kemampuan aiming ini juga jadi alasan, kenapa Anda tidak perlu memikirkan siapa Agents yang terbaik. Pada dasarnya VALORANT adalah FPS taktikal, Anda tetap bisa menang walau cuma modal adu tembak saja. Kalau perlu, saat belajar, jangan beli skill saat main. Fokus saja mempelajari map, dan menembak yang benar, tanpa harus terlalu repot memikirkan harus menggunakan skill apa.
Jika Anda sudah melalui tiga tahap di atas, baru kita ke tahap selanjutnya.
Saatnya Khilaf! Pilih Mouse, Mouse pad, dan Monitor Paling Sesuai untuk Anda
Bagian ini sengaja saya letakkan di akhir artikel, karena memang tingkat urgensinya jauh lebih rendah dibanding melatih kemampuan motorik tangan Anda. Ibaratnya sepak bola, masa iya Anda pakai sepatu Nike Mercurial seharga jutaan Rupiah, padahal Anda hanya bermain sepak bola untuk kompetisi tingkat antar-kampung? Ya kalau memang hobi dan punya dana berlebih sih boleh saja, kalau tidak? Latih kemampuan dulu saja deh.
Kalau harus dijelaskan secara terperinci, memilih mouse sebenarnya bisa jadi artikel sendiri karena saya perlu menjelaskan juga soal DPI, Polling Rate, bentuk, dan berat mouse yang tepat bagi Anda. Maka dari itu, pada bagian ini saya hanya akan menjelaskan cara memilih mouse secara singkat saja, berdasarkan karakteristik umumnya.
Jika mengutip dari howtogeek.com, setidaknya ada tiga jenis mouse yang paling umum. Tiga jenis tersebut adalah Shooter Mouse, yang bentuknya mirip seperti mouse pada umumnya, “MOBA” Mouse yang punya banyak tombol di bagian sisi, dan Ambidextrous Mouse yang bentuknya simetris untuk gamers bertangan kidal.
Saya sendiri cukup setuju dengan artikel tersebut, bahwa mouse dengan bentuk yang minimalis adalah Shooter Mouse. Ini karena, kenyamanan memegang mouse adalah segalanya dalam bermain game FPS. Maka dari itu, Anda tidak perlu gaming mouse yang banyak gimmick, seperti bentuk yang katanya “ergonomis”, atau tombol tambahan yang terlalu banyak. Meski begitu, salah satu yang tak kalah penting juga untuk dipertimbangkan adalah switch yang digunakan untuk klik kiri dan kanan (seperti yang optical switch digunakan Razer Basilisk V2) — karena biasanya mouse gaming cenderung rentan dengan penyakit double click. Kecuali Anda rela membeli mouse gaming baru setiap 3 bulan sekali.
Selanjutnya, kembali lagi kepada bagaimana tipe Grip dan Aiming Style Anda. Jika Anda menggunakan tipe Arm Aiming Style atau tipe Control, maka Anda akan butuh mouse yang sedikit lebih berat. Jika Anda adalah pemain Wrist Aiming Style atau tipe Speed, maka Anda butuh mouse yang ringan, agar tidak terlalu membebani pergelangan tangan Anda.
Pemilihan Mouse Pad juga jadi hal yang tak kalah penting. Jika Anda tipe Control biasanya bisa menggunakan mouse pad dengan permukaan kain. Sementara jika Anda adalah tipe Speed, maka Anda mungkin akan butuh mouse pad dengan permukaan keras atau tipe Hard-Surface. Hal yang juga perlu Anda ketahui adalah, mengganti mouse dan mouse pad berarti harus adaptasi. Jadi jangan khawatir jika setelah mengganti gaming gear, kemampuan Anda jadi sedikit menurun. Juga yang terpenting, kenyamanan tetap jadi hal yang utama.
Selain mouse, jika kemampuan motorik Grip dan Aiming Style sudah terlatih, hal selanjutnya yang perlu Anda pelajari adalah pengaturan sensitivitas di dalam game. Secara umum, pemain Arm Aiming Style biasanya membutuhkan sensitivitas rendah, agar gerakan mouse senada dengan gerakan lengan. Sementara pemain Wrist Aiming Style biasanya membutuhkan sensitivitas tinggi, agar menjadi kompensasi atas sudut gerak pergelangan tangan yang terbatas.
Monitor juga jadi elemen penting lain yang tak kalah penting dalam game FPS. Refresh rate tinggi, seperti yang dimiliki oleh BenQ Zowie XL2746s, sudah jadi elemen wajib. Selain itu yang mungkin juga tak kalah penting adalah kemampuan sang monitor untuk menghasilkan warna. Anda bisa menyimak pembahasan dari techguided.com yang membahas beda panel LCD monitor, mulai dari TN, IPS, dan VA untuk memahami apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing tipe panel. Namun berhubung monitor dengan kemampuan refresh rate 144Hz cenderung lebih mahal, ini mungkin bisa jadi hal paling belakangan untuk dipenuhi, terutama jika budget Anda terbatas.
Apalagi, frame rate suatu game juga ditentukan dari spesifikasi komputer Anda. Kalau spesifikasi komputer Anda masih pas-pasan, membeli monitor dengan kemampuan refresh rate 144Hz sih sebenarnya hanya buang-buang uang saja.
—
Semoga setelah membaca artikel ini Anda jadi kembali punya tujuan, karena jadi belajar cara latihan yang tepat untuk menjadi lebih jago main game FPS. Saya sendiri pun masih berlatih dan terus berlatih agar jadi lebih jagi main game FPS. Tentu bukan untuk jadi seorang pemain esports. Tapi kalau saya jadi lebih jago, minimal waktu yang saya habiskan untuk bermain VALORANT bisa menjadi konten yang menarik untuk dilihat pemain lainnya… Hahaha.