Ada kabar mengejutkan dari industri telekomunikasi. Terjadi perubahan besar kepemilikan saham di tubuh operator telekomunikasi Hutchison CP Telecommunications (HCPT) atau yang dikenal dengan merk Tri. Adalah dua pengusaha besar Indonesia, yaitu raja batubara Garibaldi Thohir dan Patrick Waluyo dari Northstar Pacific Indonesia yang berminat membeli 35% saham yang sebelumnya dimiliki oleh perusahaan Thailand, Charoen Pokphand.
Seperti dilansir dari Jakarta Post, Bhuwan Kulshreshtha, Commercial Head PT Hutchison CP Telecommunications (HCPT), mengumumkan aksi korporasi tersebut di Jakarta pada Jumat yang lalu. Kulshreshtha, menjelaskan bahwa komposisi baru kepemilikan saham perusahaan sekarang terdiri 65 persen oleh Hutchison Whampoa Limited yang berbasis di Hong Kong dan 35 persen oleh kelompok yang dipimpin oleh Garibaldi. Belum ada rincian mengenai aksi korporasi ini, sumber dari Harian Kontan (yang mengangkat peristiwa ini menjadi headline) menyebutkan proses akusisi telah memasuki tahap final. Termasuk perubahan nama perusahaan dari Hutchison CP Telecommunications menjadi PT Hutchison 3 Indonesia.
Alasan dua konglomerat tersebut membeli saham Tri juga masih belum diungkapkan. Harian Kontan berpendapat bisa jadi demi mengambil untung dari adanya aturan daftar negatif investasi (DNI) di sektor telekomunikasi. Dalam beleid ini, perusahaan asing maksimal hanya bisa memiliki 65% saham perusahaan telekomunikasi nasional. Sisanya harus dilepas ke perusahaan lokal. Yang jelas, akusisi ini membuat bisnis Garibaldi Thohir semakin menggurita. Pria yang juga sering dipanggil Boy ini merupakan satu dari 28 orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes.
Boy Thohir membangun bisnis keluarga dengan induk usaha PT Trinugraha Thohir. Bisnisnya tersebar di berbagai lini, seperti perusahaan tambang batubara Adaro Energy, Trinugraha Food Industri (Restoran Hanamasa, Restoran Pronto, pabrik daging), perusahaan investasi Surya Eka Perkasa, dealer sepeda motor Wahana Makmur Sejati, dan Mahaka Media (Republika, Gen FM, Jak TV, Alif TV, Raja Karcis).
Sedangkan Patrick Waluyo, menantu salah satu orang terkaya di Indonesia, yaitu pemilik grup Triputra TP Rachmat, pada pertengahan tahun lalu mengambil sebagian besar saham Trimegah Securities lewat anak perusahaan Northstar yaitu Advance Wealth Finance Ltd. Selain itu juga memiliki saham di sejumlah perusahaan seperti perusahaan migas PT Samudera Energy, perusahaan tambang batubara PT Delta Dunia Makmur, PT Eqator Securities serta PT Adaro Energy.
Bagi Tri, aksi akuisisi ini tidak akan mengubah rencana bisnisnya di industri telekomunikasi. Bahkan, operator ini ambisius dengan memasang target ingin jadi penguasa 3G. Target yang tampaknya terlalu muluk, karena saat ini, mereka memegang pangsa 10 persen dari pasar operator seluler dengan jumlah pelanggan sekitar 21 juta.
Di atasnya, masih ada Telkomsel yang memiliki 120 juta pelanggan (50 juta pengguna data), Indosat dengan 55,5 juta pelanggan (11,1 juta pengguna data), dan XL Axiata dengan 42,3 juta pelanggan (pengguna data 25 juta). Dengan kata lain, tiga operator besar tersebut menguasai sekitar 70 persen market share. Belum lagi industri telekomunikasi di Indonesia yang telah mencapai titik jenuh dengan peredaran kartu SIM melebihi total penduduk yang sebesar 240 juta.
Setidaknya, suntikan dari Garibaldi Thohir dan Northstar memberikan darah baru yang membuat semakin terpacu. Ini juga bisa menjadi kebanggaan bagi kita karena meski porsinya tidak mayoritas, tetapi sebagian sahamnya dimiliki oleh orang Indonesia.