Alkisah tidak banyak orang Indonesia yang menjadi pengembang independen di luar negeri. Kebanyakan bekerja untuk perusahaan besar, meskipun ada juga yang akhirnya membuat perusahaan besar seperti keluarga Sutardja yang membuat Marvell. Makanya menarik juga jika ada barisan pengembang independen yang berdomisili di luar negeri dan didirikan oleh orang-orang Indonesia.
TheCrowdVoice adalah aplikasi untuk platform BlackBerry dengan sasaran pengguna di Indonesia yang setidaknya sampai sekarang masih banyak yang keranjingan dengan platform buatan Research in Motion ini. TheCrowdVoice dibuat oleh kakak beradik Jonni dan Hendrik Gani (Gani Software) yang berdomisili di Australia. Meskipun belum begitu dikenal di Indonesia, aplikasi ini sudah memperoleh pengakuan dengan memenangkan Mobile Monday Australia BlackBerry Messenger Developer Competition.
TheCrowdVoice adalah forum berbahasa Indonesia sebagai tempat orang-orang Indonesia berdiskusi dan berbagi cerita. Segmentasi khususnya adalah sepakbola, di mana terdapat subforum khusus untuk tiap-tiap klub sepakbola Eropa yang populer. Selain itu tentu saja banyak kanal lain yang memungkinkan pengguna bercengkerama tentang berbagai topik. Tampilannya sendiri mengingatkan saya akan social bookmarking seperti reddit. Secara umum, desainnya cukup menyenangkan untuk menarik orang berlama-lama di dalamnya.
Berbicara tentang forum di Indonesia tidak bisa lepas dari membicarakan Kaskus. Forum terbesar di Indonesia ini mungkin sudah identik dengan tempat berkumpulnya semua orang Indonesia di Internet. Meskipun demikian, Kaskus tentu tidak bisa membuat semua orang menyukai segala budaya di dalamnya, untuk itu alternatif macam TheCrowdVoice hadir.
Yang jadi permasalahan bagi TheCrowdVoice adalah dua hal. Hal pertama adalah bagaimana cara menjaga crowd supaya TheCrowdVoice tetap digunakan oleh banyak orang. Perlu diakui bahwa BlackBerry saat ini memang populer di Indonesia tapi belum tentu lima tahun lagi. Kabarnya Gani Software akan segera merealisasikan versi Android-nya dan ini adalah suatu langkah yang baik. Catatan dari saya adalah apakah para pengguna (dengan jumlah yang seharusnya semakin besar) akan terus menerus senang berkumpul di sini. mig33 adalah contoh model bisnis yang mampu mengumpulkan crowd niche dalam jumlah masif dan ini bisa jadi pelajaran berharga bagi TheCrowdVoice.
Permasalahan kedua adalah monetisasi. Kaskus yang memiliki model bisnis serupa nampaknya masih berharap pada iklan sebagai kue pendapatan utama. Itu dengan catatan Kaskus memiliki versi web. Bagaimana dengan TheCrowdVoice yang tampilannya full mobile? Ini masih merupakan sesuatu yang tricky. Facebook yang luar biasa banyak penggunanya pun masih kesulitan memonetisasi pangsa pasarnya di ranah mobile. Kecuali mereka berhasil menggiring pengguna untuk membeli berbagai gift atau emoticon dengan uang nyata, nampaknya TheCrowdVoice terpaksa mengeksplorasi kemungkinan pemasangan iklan.
Meskipun demikian, seperti disebutkan melalui wawancaranya dengan e27, nampaknya Gani Software akan mencoba mencari sumber dana dari investor untuk membesarkan tim dan usahanya terlebih dahulu sebelum memastikan langkah monetisasi yang paling efektif.
Sekedar informasi, walaupun TheCrowdVoice fokus utamanya adalah pengguna mobile, aplikasi ini juga bisa dipakai dari web: http://www.thecrowdvoice.com/