Dark
Light

[Music Monday] Tentang OpenEMI dan Membawanya ke Tahap Selanjutnya

2 mins read
May 1, 2012

Pada tanggal 22 – 24 April 2012 sebuah konferensi bernama Rethink Music diselenggarakan oleh Berklee College of Music di Boston. Mereka pada dasarnya membawa para profesional dari seluruh industri musik – dari media, dari label musik, manajemen artis, dan dari perusahaan teknologi seperti YouTube, Rhapsody dan Echo Nest (Anda bisa melihat semua daftar pembicara di sini). Tetapi salah satu topik yang bagi saya menarik yang diumumkan dan didiskusikan di acara tersebut adalah, OpenEMI.

Konsep dasar dari OpenEMI adalah untuk menyediakan akses bagi para startup yang ingin membuat aplikasi dan layanan musik berdasarkan koleksi musik EMI – dan jika aplikasi ini cukup menarik, EMI bisa saja bermitra dengan startup tersebut untuk mengembangkannya lebih jauh. Anda bisa meminta akses, apakah dari koleksi lagu mereka yang cukup luas atau meminta akses lebih dalam untuk konten audio, video atau konten lain dari artis tertentu. Sistem yang ramah bagi developer ini didukung oleh Echo Nest, perusahaan yang juga memiliki cakupan API yang cukup luas untuk aplikasi musik yang menjadi pendukung layanan seperti fitur Radio di Spotify.

Saya tidak akan mendedikasikan kolom ini untuk memberikan pujian pada OpenEMI, tetapi jelas saya terkesan olehnya. Sistem seperti ini akan memastikan EMI bisa mendukung lebih banyak ide kreatif untuk mengembangkan format industri musik dari industri penjualan produk rekaman menjadi industri penjualan pengalaman (lewat aplikasi dan layanan), tetapi juga memastikan para startup dan developer bermain di bawah peraturan mereka yang didefiniskan dalam syarat dan ketentuan (T&C). Saya belum melihat T&C secara mendalam, yang dibedakan per-sandbox, tetapi saya yakin hal ini akan memberikan fleksibilitas bagi para developer, jika tidak semua proyek ini tidak akan masuk akal. Namun kuncinya adalah seperti ini:

Applications or services that are created using EMI content should be commercial in that they should provide revenues for the partners involved; this includes you as a developer, along with The Echo Nest, EMI and other rights holders. This is the way you will be paid for your work. The business model is up to you, but make sure it is viable.

Sayangnya program ini hanya merupakan gerakan dari satu label saja, karena saat ini 3 label besar lain tidak memiliki hal seperti ini, dan saya tidak yakin apa yang akan terjadi setelah pembelian EMI oleh Universal Music terjadi. Tapi bayangkan jika sesuatu seperti ini terjadi diantara berbagai label musik dan penerbit musik, dan yang tidak bisa dilewatkan, mayoritas musisi dan artis?

Energi dari startup di bidang teknologi akhirnya bisa disalurkan ke bisnis rekaman musik yang sedang sakit, meluaskan pengalaman penawaran musik, dan bergerak di luar dominasi iTunes, yang bahkan dikeluhkan oleh label musik (atau di melihat pasar lokal, dominasi layanan yang bergantung pada perator telekomunikasi). Blog industri musik berargumentasi bahwa label musik telah membawa peran venture capital ke musisi, mengapa tidak pula dengan VC untuk startup?

Tentu saja, jika dipandang secara tradisional ini bisa jadi tidak menjadi hal yang mudah bagi label musik – tetapi hal ini sangat bisa dilakukan untuk generasi DIY masa kini serta artis independen. Sudah seharusnya ada titik kesamaan di mana para musisi dan para artis bisa bertemu dengan developer dan startup, dan mengembangkan sesuatu secara bersama-sama – dan memastikan akan ada koleksi musik yang signifikan yang tersedia.

Musik – dan internet – cukup luas bagi semua orang untuk membuat musik mereka sendiri dan membangun relasi dengan fans mereka, jadi kolaborasi secara luas dari industri untuk membuat inovasi platform musik di mana para developer bisa mengembangkan sesuatu adalah sebuah hal yang akan memberikan keuntungan bagi keseluruhan industri. Saya ingin menjadi jembatan bagi keduanya agar hal ini bisa terjadi – so, ada yang berani ambil resiko?

Ario bekerja di industri musik Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010, ia kini bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Anda bisa follow akunnya di Twitter – @barijoe atau membaca blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.

1 Comment

  1. Solusi cerdas untuk kondisi industri musik yang sedang panas.
    Kreativitas bebas seperti ini pasti mengalami keterbatasan dulu tidak mudah langsung diterima karena faktor ‘greedy’ sejumlah pihak, apalagi di Indonesia, dimana masih ‘DRM minded’. Tapi sebuah harapan harus tetap dijaga, semoga saja terwujud juga di Industri Musik Tanah Air secara meluas.
    *resiko? spt-nya saya sudah mengambilnya.. 😉

    Salam Musik Indonesia!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

GfK: Smartphone Boom Continues in Southeast Asia

Next Story

Monetasi Aplikasi dengan Google Custom Search

Latest from Blog

Don't Miss

The Beatles pakai AI untuk rilis lagu baru

Berkat AI, The Beatles Siap Rilis Lagu Baru dengan Vokal John Lennon

Haruskah penggunaan AI dilarang di industri musik? Jawabannya sudah pasti
Google MusicLM

Google Pamerkan MusicLM, AI yang Mampu Menyulap Teks Menjadi Musik

Kemunculan DALL-E, Midjourney, dan sederet artificial intelligence (AI) jago gambar