Bertujuan untuk menjembatani kepemilikan properti kalangan millennial di Indonesia, Gradana hadir dengan konsep peer-to-peer (p2p) lending yang mempertemukan peminjam dan pemberi pinjaman. Kepada DailySocial, Komisaris Gradana Freenyan Liwang, yang sebelumnya menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Sinarmas Tbk., mengungkapkan, platform ini merupakan online property fund yang mempertemukan antara pihak yang ingin membeli rumah dengan investor yang menyediakan dana segarnya, dengan skema pembiayaan cicilan uang muka hingga 36 bulan.
“Riset Karir.com menunjukkan bahwa sebanyak 83% generasi millennial yang berpenghasilan rata-rata Rp7,5 juta per bulan tidak akan mampu memiliki rumah di Jakarta. Sisanya 17% yang mampu pun hanya menyanggupi pembelian rumah bekas senilai Rp 300 juta. Hal ini dikarenakan harga properti makin melambung,” kata Freenyan.
Dilanjutkan Freenyan, diperkirakan peningkatan harga rumah dalam lima tahun ke depan mencapai 150%. Padahal, kenaikan pendapatan hanya 60% dalam periode yang sama. Khusus wilayah Jakarta saja, sebanyak 95% harga properti yang tersedia berada di atas Rp 480 juta, sedangkan lebih dari 90% generasi millenial berpenghasilan di bawah Rp 12 juta.
“Salah satu solusi agar generasi millenial ini bisa memiliki rumah, yaitu dengan mencicil alias mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR). Namun, perlu diingat, calon pembeli perlu menyiapkan uang muka atau down payment (DP) paling tidak 15%. Momok DP KPR inilah yang menjadi peluang bagi Gradana, perusahaan financial technology (fintech), yang fokus pada bisnis pembiayaan uang muka properti,” kata Freenyan.
Pertemukan pemberi dana dan peminjam secara online
Prinsip kerja Gradana serupa dengan lembaga keuangan pada umumnya, namun dengan konsep peer-to-peer (p2p) lending yang mempertemukan peminjam dan pemberi pinjaman. Gradana mengklaim keunggulan lainnya adalah memungkinkan pemberi pinjaman memilih sendiri kepada siapa dananya akan disalurkan.
“Tidak perlu khawatir mengenai keamanan dana yang telah dipinjamkan. Kami memberikan sistem pemantauan yang sistematis serta jaminan agunan properti. Bagi investor sendiri, menanam dana di platform ini lebih menguntungkan dibandingkan bunga deposito. Apalagi tingkat risikonya pun rendah,” kata Freenyan.
Gradana menawarkan skema yang hanya berlaku untuk pengembang (developer) yang sudah menjadi rekanan Gradana dengan pilihan cicilan DP mulai dari 24-36 bulan. Pemberi dana dapat berupa institusi maupun kalangan individu. Nantinya rumah yang dibeli akan dijadikan jaminan bagi pemberi dana, disertai guarantee letter (untuk refund bila terjadi default) dari pengembang rekanan.
“Untuk calon pembeli yang ingin mengajukan pinjaman bisa langsung ke Gradana atau melalui tim pengembang. Untuk memastikan kredibilitas calon pembeli, Gradana melakukan verifikasi dan credit scoring terhadap pembeli (borrower), termasuk BI checking,” kata Freenyan.
Ketika pinjaman telah disetujui, calon pembeli (borrower) akan dipublikasikan ke pool of lenders atau daftar pilihan borrower yang nantinya bisa dipilih oleh pemberi dana untuk memberikan pinjaman. Calon pembeli yang disetujui akan langsung mendapatkan dana untuk pembayaran uang muka kepada pihak pengembang properti.
Rencana ekspansi dan target Gradana
Sebagai bentuk keseriusan dalam memberikan jaminan keamanan berinvestasi, Gradana telah terdaftar secara resmi di Kementerian Komunikasi dan Informasi serta diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini Gradana telah bermitra dengan bank lokal, bank asing dan beberapa pengembang properti. Sementara untuk Project value yang siap untuk di berikan berjumlah sekitar Rp 300 miliar, dengan jumlah lending pool sebesar Rp 90 miliar (komitmen pendana). Untuk memperluas layanannya, Gradana juga memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di 5 kota lainnya di Indonesia pada tahun 2018.
“Selanjutnya kami masih memiliki target yang ingin dicapai, di antaranya adalah membuat inovasi produk-produk pembiayaan properti agar bisa memudahkan orang banyak berinvestasi di properti secara aman. Gradana juga akan terus mendukung pemerintah untuk pemerataan akses pembiayaan properti yang tiap tahun kian bertambah,” tutup Freenyan.