Bisnis keuangan digital kian bertumbuh di Indonesia dengan berbagai model yang disajikan. Beberapa startup juga sudah mulai mereplikasi cara tradisional yang biasa dilayani perbankan dalam sebuah layanan online. Contohnya adalah Taralite, sebuah layanan online yang menyediakan layanan kredit kepada penggunanya.
Taralite mengklaim bahwa model bisnis digital yang kini dilakukan adalah yang pertama di Indonesia. Kendati demikian, saat ini juga sudah ada UangTeman, yang menjalankan sistem bisnis di sektor yang sama, hanya saja dengan jumlah pinjaman dan jangkauan yang lebih kecil. Layanan Taralite juga memberikan pinjaman sesuai dengan spesifikasi kebutuhan, misalnya untuk kebutuhan pendidikan, kredit usaha, persalinan, ataupun umroh.
Modal untuk pinjaman Taralite menggunakan dana yang dimiliki perusahaan dan bekerja sama dengan beberapa rekanan perbankan. Hal ini yang disebut Co-Founder Taralite Abraham Viktor (Bram) sebagai simbiosis mutualisme yang dijalin oleh layanan fintech dengan institusi keuangan yang sudah ada. Kerja sama ini penting bagi Taralite karena saat ini operasionalnya sudah meliputi daerah-daerah di luar Jawa. Bahkan sudah sampai Papua.
Bram mengatakan bahwa sampai saat ini Taralite belum mengucurkan alokasi khusus untuk pemasaran besar, sistem agen masih menjadi cara yang dinilai efektif untuk melebarkan bisnis. Taralite saat ini membuka kemitraan kepada masyarakat untuk dapat menjadi agen yang memasarkan pinjaman dengan imbal balik berupa komisi.
Dengan bunga mulai dari 0.9% per bulan dan proses yang diklaim lebih efisien, diyakini Taralite akan menjadi solusi terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan dana pinjaman seara cepat. Hal ini terbukti, saat ini Taralite rata-rata menghimpun 100-200 pengajuan pinjaman dari masyarakat untuk diseleksi dan ditindaklanjuti.
Ketika ditanya tentang bagaimana Taraline mengantisipasi risiko para peminjam nakal, Bram menjawab:
“Sebenarnya yang kami lakukan hanya mendigitalkan proses umum yang ada di sistem pinjaman konvensional. Jika di bank ada survei untuk menentukan besarnya pinjaman, kami memiliki sistem scorecard yang juga digunakan untuk menentukan kebutuhan tersebut. Jika di bank ada penyerahan berkas-berkas, di Taralite pun sama, hanya saja prosesnya online. Dan untuk pengingat peminjam harus melakukan pembayaran, itupun kami lakukan dengan pendekatan digital. Pada dasarnya konsep yang diterapkan sama.”
Secara khusus saat ini Taralite juga telah bermitra dengan Uber. Hal ini untuk mempermudah pengguna ketika ingin mendapatkan pinjaman dana untuk pembelian mobil yang akan digunakan bisnis. Taralite bekerja sama dengan Uber untuk membantu calon driver Uber (Uber Partner) baru maupun yang sudah menjadi Uber Partner memiliki mobilnya sendiri.
Bram juga menanggapi bahwa untuk industri fintech di Indonesia saat ini yang menjadi tantangan terbesar adalah regulasi. Oleh karenanya saat ini pihaknya terus mengkonsolidasikan langkah bisnisnya kepada OJK.
Kepada DailySocial, pria yang juga masuk dalam daftar “The Top Young Asian Venture Capitalists And Fintech Entrepreneurs versi Forbes” ini menyampaikan:
“Kebetulan sebelum wawancara ini saya juga baru meeting dengan OJK. Artinya kami masih selalu mencoba terus berdiskusi dengan pihak terkait. Regulasi bagi kami penting, untuk menjadi sebuah landasan. Di Indonesia menurut saya regulasi lahirnya cukup lama. Jika dibandingkan di Amerika, ketika industri fintech berjalan sudah 3 tahun, pemerintah segera mengeluarkan regulasi terkait. Di Indonesia prosesnya belum secepat itu. Tapi kami selalu mengupayakan untuk mengikuti aturan yang ada.”
Sebelumnya pada November tahun lalu, Taralite berhasil membukukan pendanaan dari ANGIN. Kala itu pendanaan difokuskan pada perekrutan talenta dan pemekaran layanan.