Vendor ponsel pabrikan asal Taiwan, Acer, dikabarkan membidik porsi kue pasar smartphone di Indonesia. Namun tujuan tersebut tidak akan tercapai jika pihaknya tidak memenuhi standar Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang digagas pemerintah RI. Guna mendistribusikan produknya, pihak Acer akan menjalin kemitraan lokal untuk original equipment manufacturer (OEM) smartphone mereka.
Regulasi yang baru saja disahkan beberapa bulan silam memang memaksa beberapa vendor importir berbondong-bondong membangun pabrik perakitan. Skema tersebut berdampak positif dengan menyerap lebih banyak sumber daya lokal dalam prosesnya.
DigiTimes mengatakan Acer membidik penjualan sekitar enam juta unit smartphone untuk tahun 2015 ini. Namun dari target tersebut, hanya sekitar 1,8 juta yang berhasil diraup oleh pihaknya dalam semester pertama ini.Hal ini mengakibatkan datangnya tekanan untuk segera mencapai target sisa yang diharapkan.
Indonesia, sebagaimana yang juga disebutkan oleh pendahulu Acer, memiliki populasi dan tingkat adopsi smartphone yang sangat tinggi di antara negara-negara lain dalam wilayah Asia Tenggara. Persentase total populasi yang menggunakan smartphone meningkat dari 28% di tahun 2014, menjadi 43% di tahun 2015 ini. Angka tersebut diproyeksikan masih akan terus meningkat dan Acer jelas menginginkan penetrasi penjualan yang lebih dalam dari sebelumnya.
Sumber yang sama mengatakan bahwa dikarenakan Intel yang semakin ketat dalam hal pemberian subsidi kepada para vendor penyedia smartphone app processor, Acer telah mengevaluasi segala kemungkinan dan akhirnya memilih untuk tak lagi mengadopsi solusi Intel AP. Sumber tersebut menambahkan bahwa Acer bahkan lebih memilih untuk mengadopsi solusi AP yang dikembangkan oleh MediaTek asal Taiwan.
Jika kondisinya seperti apa yang diprediksikan, skema kemitraan membangun pabrik perakitan smartphone di Tanah Air akan membuat Acer lebih serius menyasar segmen low-end.
