Ditemui di sela-sela acara Mega Scale-up yang digelar Endeavor, pemodal ventura yang berbasis di Singapura Golden Gate Ventures (GGV) mengumumkan telah menyiapkan dana setidaknya $15 juta (200 miliar Rupiah) untuk diinvestasikan di Asia Tenggara, Hong Kong, dan Taiwan. Indonesia sendiri akan menjadi fokus utama dan diharapkan lebih dari setengah dana yang ada akan mengalir ke 6-8 startup Indonesia. Fokus putaran pendanaan investasi GGV sendiri akan berada di seed hingga seri A dengan rentang pendanaan $200 ribu hingga $3 juta.
Founding Partner GGV Vinnie Lauria ketika ditemui siang ini di sela-sela acara Mega Scale-up Endeavor mengatakan, “Untuk tahun 2016 ini saya harap, kami [GGV] bisa menginvestasikan setidaknya $15 juta untuk [startup] Asia Tenggara, Hong Kong, dan Taiwan. Lebih dari setengahnya [sekitar $8 juta] diharapkan dapat diinvestasikan ke Indonesia […] untuk 6-8 startup. […] Rentang investasi kami ada di $200 ribu- $3 juta.”
GGV adalah pemodal ventura yang berbasis di Singapura dengan fokus wilayah yang investasi sebagian besar berada di Asia Tenggara seperti Indonesia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Tahun 2016 ini GGV berencana untuk memfokuskan investasi ke wilayah Hong Kong dan Taiwan juga.
GGV sendiri sejauh ini sudah membantu investasi lebih dari 25 perusahaan startup di Asia sejak tahun 2011. Beberapa di antaranya adalah startup asal Indonesia, seperti Bilna (sekarang Orami), Alodokter, Laku6, Indoproc, Indotrading, dan Ruma. Fokus investasi GGV sendiri adalah putaran pendanaan tahap awal dan seri A untuk startup di bidang e-commerce, payments, marketplaces, mobile applications, dan platform SaaS.
Sebelumnya, GGV sendiri telah mengumumkan ketersediaan dana hingga $ 50 juta untuk rangkaian pendanaan keduanya di Asia Tenggara. Visi yang ingin dicapai oleh Golden Gate Ventures ialah penguatan hubungan antara Silicon Valley dan Asia, dalam kaitannya dengan pengembangan startup.
GGV juga telah menerbitkan laporan keduanya yang berkaitan dengan pertumbuhan merger dan akuisisi (M&A) di Asia Tenggara. Dalam laporan tersebut, disimpulkan bahwa masa depan “exit startup” Asia Tenggara adalah M&A, bukan penawaran saham perdana (IPO) di bursa saham. Prediksi GGV, bakal ada pertumbuhan hingga 500 persen untuk M&A di kawasan Asia Tenggara dan sejak 2020 nanti diperkirakan akan terjadi 250 proses M&A setiap tahunnya.