Dalam tatanan masyarakat umum di Indonesia, dampak Internet terasa kental pada dua hal, yakni media sosial dan e-commerce. Kendati banyak sektor digital lain yang turut terdongkrak, tapi kedua poin tadi yang kini terlihat makin “menginfeksi” pola hidup di masyarakat. Kemudahan proses transaksi yang dihadirkan e-commerce dibawa viral melalui media sosial hingga berdampak luas di seluruh penjuru Indonesia.
Hal ini terbukti dengan sebuah survei bertajuk “Shopping is One Click Away! Online Shopping Survey 2016” yang dilakukan oleh Jajak Pendapat (JakPat) terhadap 430 reponden usia produktif (18-38 tahun) di berbagai penjuru Indonesia. Dari total responden yang mengikuti survei 87 persen di antaranya pernah melakukan transaksi jual/beli melalui layanan e-commerce. Dari persentase sisanya, yang belum pernah mencicipi layanan e-commerce, mayoritas (74 persen) mengatakan ke depan akan segera mencoba.
Dari survei tersebut turut, dilansir item terfavorit dalam transkasi jual/beli online, yakni produk busana (fashion), elektronik dan gadget, tiket bepergian, kosmetik dan perlengkapan rumah tangga. Secara garis besar barang-barang yang dibeli adalah barang tahan lama, mengingat proses jual/beli melalui e-commerce terkadang memerlukan waktu lama untuk pengemasan dan pengiriman.
Terkait metode pembayaran, persentase tertinggi masih dilakukan melalui transfer bank via ATM (70 persen), diikuti pembayaran tunai atau COD (14 persen), pembayaran online (Internet banking, e-money, QR, dan lain-lain) (9 persen), kartu kredit (4 persen) dan rekening bersama (2 persen).
Masyarakat semakin teliti dalam menentukan barang yang akan dibeli
Proses yang dilakukan secara virtual turut membangun karakteristik konsumen yang lebih teliti dalam memilih barang. Terlebih internet juga makin memudahkan penggunannya untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan. Dari survei yang dirilis JakPat, dari total responden yang mengatakan pernah melakukan transaksi e-commerce, 90 persen di antaranya menyatakan bahwa mereka selalu membaca review barang sebelum menentukan pembelian.
Tak hanya itu, nyaris semua konsumen e-commerce (99 persen) mengatakan selalu membaca ulasan tentang produk sebelum memutuskan untuk membeli. Mengulas produk secara matang tak terlepas dari proses adaptasi masyarkat secara menyeluruh terhadap layanan e-commerce. Untuk beberapa segmentasi masyarakat layanan e-commerce sudah menjadi bagian yang tak diragukan, namun untuk segmentasi lainnya proses tersebut masih baru, sehingga membutuhkan kehati-hatian.
E-commerce turut menghadirkan budaya baru dalam masyarakat
Istilah HARBOLNAS (Hari Belanja Online Nasional) dewasa ini makin banyak diketahui dan ditunggu-tunggu masyarakat. Dalam jangka waktu tertentu hampir semua layanan e-commerce di Indonesia menghadirkan penawaran diskon berlebih kepada pelanggannya. Dari responden survei yang sama, 60 persen di antaranya bersemangat menantikan pagelaran HARBOLNAS untuk memborong kebutuhan yang bisa didapat secara online.
[Baca juga: 76 Persen Pengguna Internet Mengetahui Gerakan Hari Belanja Online Nasional 2015]
Budaya HARBOLNAS pun turut mengencangkan kehadiran berbagai layanan e-commerce di Indonesia, baik pemain lokal ataupun asing.
Lazada didapuk sebagai layanan e-commerce terpopuler untuk kategori gabungan, diikuti Tokopedia dan OLX. Khusus untuk produk travel, Traveloka memimpin, diikuti Tiket di urutan selanjutnya.
Satu hal menarik adalah toko online di Instagram disebutkan sekarang lebih banyak digunakan dibanding Kaskus. Apakah terjadi pergeseran, terutama untuk jenis produk fashion yang kini menjadi primadona kalangan Instagrammer?
Kendati sudah banyak layanan e-commerce untuk kebutuhan umum ataupun spesifik, intensitas transaksi per orang masih terbilang belum optimal. Survei JakPat menuliskan bahwa 47 persen responden mengatakan bahwa dalam satu bulan belum tentu melakukan transaksi e-commerce. Sisanya minimal satu kali (26 persen), dua sampai tiga kali (16 persen) dan lebih dari tiga kali (11 persen). Namun tetap saja, persentase tersebut jika benar-benar mewakili populasi produktif di Indonesia jumlahnya tentu sangat besar. Tak heran jika pemain e-commerce berbondong melakukan berbagai usaha untuk akuisisi pelanggan.