Tidak ada kebutuhan yang lebih fundamental dibanding kebutuhan pangan. Dengan jumlah penduduk dan luas wilayah yang begitu besar, ekosistem agritech terus berkembang dan memunculkan pemain baru.
Kedai Sayur adalah salah satu agritech yang bertekad mengisi potensi pasar produk segar di Indonesia. Berdiri sejak 2018 dengan CEO & Co-founder Adrian Hernanto, Kedai Sayur berupaya membuat rantai suplai sayur-mayur dari petani ke pedagang jadi lebih efisien.
Dibuat untuk tukang sayur
Melalui jawaban tertulis, Adrian menjelaskan layanan Kedai Sayur menargetkan para tukang sayur. Layanan mereka yang berbasis aplikasi mobile dibuat untuk memudahkan tukang sayur mendapatkan produk segara tanpa repot-repot meninggalkan rumah. Nantinya tukang sayur yang sudah tergabung sebagai mitra dapat memesan produk dari para petani yang sudah bekerja sama dengan Kedai Sayur lalu mengambilnya di lokasi drop-off terdekat.
Hal ini yang membedakan Kedai Sayur dengan agritech lainnya. Beberapa startup lain punya layanan yang menghubungkan langsung antara petani dengan lender seperti halnya iGrow, ritel seperti yang dilakukan TaniHub, atau langsung ke konsumen akhir seperti Chilibeli.
“Perbedaan yang bisa dilihat adalah kami adalah perusahaan startup pertama yang menyasar ke Tukang Sayur. Selain itu, kami bisa masuk untuk semua model bisnis, B2B dan B2C,” tukas Adrian.
Monetisasi
Bisnis Kedai Sayur saat ini memang bersifat B2B. Namun seperti yang Adrian utarakan, mereka akan merambah ke B2C. Ia menargetkan tahun ini mereka sudah bisa meluncurkan platform untuk rumah tangga. “Secepatnya akan dibuka aplikasi khusus untuk end customer yang tentunya tetap melibatkan Tukang Sayur, yang merupakan tujuan utama bisnis Kedai Sayur,” imbuhnya.
Adapun keuntungan yang diambil Kedai Sayur berasal dari selisih harga yang mereka bayarkan kepada petani dengan yang mereka jual ke para tukang sayur. Hal itu dimungkinkan karena mereka membeli hasil panen dalam kuantitas besar sehingga harga beli yang mereka peroleh dan harga jual yang mereka berlakukan dapat bersaing dengan harga di pasar.
Kedai Sayur punya standardisasi produk yang memudahkan mereka menyortir dan mengontrol kualitas produk yang mereka distribusikan ke tukang sayur. Untuk sejumlah produk, mereka memberlakukan penanganan khusus agar kesegaran produk hasil panen tetap terjaga hingga tiba di gudang dan konsumen.
Pendanaan
Sejak berdiri dua tahun lalu, Kedai Sayur tercatat sudah dua kali mengumumkan dua kali mendapat pendanaan. Yang pertama adalah pendanaan awal senilai US$1,3 juta (Rp18,7 miliar dengan kurs saat itu) pada akhir Mei tahun lalu dengan East Ventures yang memimpin babak pendanaan tersebut.
Berselang beberapa bulan kemudian, tepatnya pada Oktober 2019 kemarin, Kedai Sayur mendapat tambahan pendanaan sebesar US$4 juta (Rp57 miliar dengan kurs saat itu). East Ventures kembali memimpin pendanaan tambahan itu dengan sokongan dari SMDV, Triputra Group, dan Multi Persada Nusantara.
Suntikan modal itu mereka pakai untuk menarik lebih banyak tukang sayur dan pedagang sebagai mitra. Sesuai targetnya, Kedai Sayur kini sudah punya lebih dari 5 ribu mitra di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang bergabung di platform mereka, bertambah pesat dibanding pertengahan tahun lalu yang masih sekitar dua ribuan mitra.
Angka itu diperkirakan akan terus tumbuh seiring rencana mereka untuk memperluas jangkauan layanannya. “Juga kami ada target untuk ekspansi ke beberapa kota besar lainnya di Indonesia,” pungkas Adrian.