Startup pengembang laboratorium virtual Labster saat ini tengah menguatkan kehadirannya di Indonesia. Di Bali, Labster memfokuskan pada pengembangan produk untuk cakupan global, dipimpin langsung oleh Co-Founder dan CTO Michael Bodekaer. Agenda yang saat ini sedang diupayakan ialah perekrutan engineer. Labster juga memiliki pekerjaan rumah pembuatan solusi lab virtual ber-platform virtual reality.
Untuk pengembangan solusi berplatform virtual reality, ini Labster telah mendapatkan pendanaan $2 juta dari Markedsmodningsfonden. Pengembangan solusi difokuskan untuk perangkat Oculus Rift dan saat ini prototipe telah selesai dikerjakan dan sedang terus diujikan. Labster menilai bahwa solusi virtual reality akan memberikan banyak sekali efisiensi dalam simulasi di berbagai kegiatan pembelajaran.
Solusi virtual reality untuk pendidikan di masa depan
Dewasa ini virtual reality menjadi salah satu teknologi yang cukup gencar diperbincangkan. Meskipun implementasinya lebih banyak untuk menciptakan sebuah pengalaman baru bermain game, ternyata dunia pendidikan menyambut baik kehadiran teknologi ini.
Seperti dicontohkan Bodekaer, sebuah sekolah di Irlandia mengajak siswa untuk membuat catatan study tour modern. Seusai berkunjung ke Clonmacnoise, siswa membuat replika arsitekntur bangunan menggunakan OpenSim, sebuah aplikasi open source untuk objek 3D. Dalam waktu 2 minggu siswa berhasil menyelesaikannya dengan bantuan headset Oculus Rift.
Managing Director Mission James Corbett yang melakukan pengujian pada sekolah di Irlandia tersebut mengatakan bahwa dirinya tak ragu solusi virtual reality akan menjadi bagian penting dari dunia pendidikan ke depan.
Sejak awal pendiri Oculus Palmer Luckey juga telah mengatakan visinya bahwa teknologi ini akan menjadi salah satu yang mengubah dunia pendidikan. Ilmu pengetahuan alam, bidang teknologi, teknik alat berat, hingga berbagai cabang ilmu matematika menjadi sasaran untuk dimudahkan dengan simulasi berbasis virtual reality. Virtual reality akan meningkatkan pengalaman siswa sehingga merasakan dengan lebih nyata sebuah simulasi teknis pada bidang ilmu tertentu.
Bodekaer juga mencontohkan bahwa di tingkatan universitas pun simulasi berbasis virtual reality akan memicu inovasi yang lebih baik. Seorang dosen di Marlboro College menggunakan solusi Oculus Rift untuk membangun sebuah konstruksi dengan memanfaatkan aplikasi Minecraft dan Second Life. Di Harvard University juga terdapat Giza Project, sebuah misi untuk menciptakan lingkungan virtual dengan sangat nyata untuk obyek-obyek keajaiban dunia.
Labster ingin menjadi bagian penting dari pengembangan solusi tersebut
Memiliki fokus bisnis pada pengembangan solusi lab virtual, Labster tak ingin melewatkan kesempatan untuk turut berkontribusi pada cara baru dunia pendidikan. Bodekaer menceritakan sebuah penelitian di tahun 1960 oleh seorang pendidik Edgar Dale dengan teorinya yang cukup terkenal Cone of Experience. Penelitian Dale menyimpulkan bahwa siswa mengingat 20 persen dari apa yang mereka dengar, 30 persen dari apa yang mereka lihat, dan 90 persen dari apa yang mereka lakukan.
Ada pula sebuah studi dari Nature Biotechnology yang mengemukakan bahwa keberhasilan hasil belajar siswa dapat didorong hingga 76 persen dengan simulasi lab tergamifikasi dan akan menciptakan peningkatan 101 persen jika mampu dikolaborasikan dengan baik bersama pengajaran tradisional yang ada saat ini. Dua hal tersebut yang menjadikan landasan Labster untuk terus percaya diri solusi yang digarap akan berpengaruh di masa mendatang.
“Kami telah mengembangan simulasi lab yang canggih berdasarkan algoritma matematika dan menggabungkan unsur gamification di dalamnya. Semua simulasi yang ada di dalam lab virtual tersebut menghubungkan antara ilmu pengetahuan dan isu di dunia nyata,” ungkap Bodekaer menjelaskan visi produk Labster.