PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) resmi meluncurkan aplikasi banking Jago pada awal April 2021. Tiga bulan pasca meluncur hingga saat ini, aplikasi Jago tercatat telah mengantongi rating 4.1 dengan total unduhan mencapai hampir setengah juta.
Aplikasi Jago menawarkan sejumlah fitur unggulan yang disebut dapat memberikan kebebasan pengguna dalam mengelola keuangan. Dengan proses e-KYC yang sepenuhnya digital, pengguna dapat melakukan budgeting keuangan lewat fitur Pocket (Kantong) yang dapat dipersonalisasi sesuai kebutuhan.
Selain fitur-fitur tersebut, salah satu yang cukup lama dinantikan adalah realisasi dari kemitraan sinergis antara Bank Jago dan Gojek. Publik menantikan bagaimana kedua belah pihak bersinergi dengan ekosistemnya satu sama lain.
Ketika Gojek diumumkan sebagai pemegang saham pada Desember 2020, layanan yang bakal menandai sinergi tahap awal keduanya adalah pembukaan rekening Bank Jago di aplikasi Gojek.
Kali ini, DailySocial berkesempatan mewawancarai Direktur Utama Bank Jago Kharim Indra Gupta Siregar dan secara eksklusif untuk mengetahui bagaimana gambaran besar sinergi Bank Jago dengan Gojek dan mitra-mitra di ekosistem digital lainnya di 2021.
Klaim respons positif
Meski tidak mengungkap angka statistik, Kharim mengaku mengantongi traksi dan feedback yang sehat dari peluncuran aplikasi Jago. Beberapa respons positif yang disoroti pengguna Bank Jago adalah kecepatan proses onboarding pada pembukaan rekening dan kehadiran fitur Pocket.
Bagi Kharim, respons positif ini ditanggapi sebagai sebuah tantangan tersendiri agar Bank Jago dapat melakukan adjustment secara cepat, terutama saat proses e-KYC. Di samping itu, ia menilai fitur Pocket menjadi salah satu milestone penting dalam menciptakan sesuatu yang baru, yakni transparansi berbagi uang.
“Bahkan kartu [debit] kami dapat terhubung ke Pocket manapun dan kapanpun sesuai keinginan pengguna. For me, it’s very cool karena pengguna bisa tahu persis penggunaan uang mereka, seperti tarik tunai atau belanja online. We put a lot of effort by design and architecture supaya bisa menghasilkan response time yang sangat baik. We are continuously upgrading the technology as we speak,”
Untuk saat ini, pihaknya mengaku tengah mengeksplorasi implementasi machine learning di dalam aplikasi Jago. Bentuk implementasi yang tengah dijajal misalnya melakukan kategorisasi transaksi untuk menghasilkan sebuah rekomendasi (suggestion) kepada pengguna.
Sinergi besar Jago
Dari sejumlah rencana di sepanjang 2021, Kharim cukup banyak menyoroti realisasi sinergi Bank Jago dengan Gojek. Gambaran besarnya, ekosistem Bank Jago dan Gojek ditargetkan dapat terhubung satu sama lain. Untuk tahap awal, keduanya akan masuk dulu lewat layanan pembukaan rekening.
Secara teknis, ungkap Kharim, akan ada link yang menghubungkan langsung Gojek dan Bank Jago untuk membuka rekening. Menurutnya, pembukaan rekening di aplikasi Gojek akan memiliki proses yang serupa dengan Bank Jago. Ini menjadi catatan penting karena berkaitan dengan regulatory.
“The minute you do the download or registration, semua proses itu ada di bank. You can seamlessly link Gojek sehingga aplikasi Jago bisa langsung menjadi sumber dana Gopay. The first aim of this adalah memastikan kemudahan sehingga pengguna tidak perlu terus-menerus top up Gopay. Saya pastikan fitur-fitur ini bisa dinikmati pengguna di tahun ini,” ungkapnya.
Selain Gojek, Kharim juga banyak mengungkap kolaborasi Bank Jago dengan marketplace reksa dana Bibit yang diumumkan hari ini, Senin (5/7). Sesuai dengan visinya menawarkan layanan keuangan yang berpusat pada life centric, pihaknya berupaya mendemokratisasi layanan investasi yang selama ini identik hanya untuk golongan mapan.
Ada beberapa keunggulan yang dapat dinikmati pengguna lewat kerja sama ini. Pertama, pengguna dapat membuka rekening Jago di aplikasi Bibit. Pengguna tidak perlu memikirkan dana yang menjadi sumber utama pembayaran reksa dana di Bibit. Artinya, pengguna dapat menjadikan aplikasi Jago sebagai sumber utama investasi di Bibit.
Kemudian, pengguna juga dapat mengaturnya sebagai recurring transaction di mana pembelian reksadana dapat dilakukan langsung dari rekening Jago. Secara otomatis, Bibit Pocket akan muncul di aplikasi Jago. Ini juga berlaku apabila GoPay menjadi sumber pendanaan, yaitu muncul GoPay Pocket di Jago.
“We are definitely already at the latest stage of development. Kami sudah siap production. Kapan? Very very soon. Makanya, saya sudah cukup confident bilang after we go live with Bibit, the next one will be with Gojek. Gojek is a huge ecosystem. Sambil jalan, kami akan eksplorasi hal baru,” ujarnya.
Peluang kemitraan dengan GoTo
Sejak awal, Bank Jago selalu menekankan visinya untuk menghubungkan solusi keuangan dan gaya hidup ke dalam satu platform. Maka itu, kolaborasi dengan ekosistem digital menjadi strategi kunci untuk merealisasikan hal tersebut.
Dengan semakin ketatnya persaingan bank digital saat ini, ia menilai industri perlu menyadari bahwa produk perbankan kini bukan lagi menjadi produk masa depan. Yang patut digarisbawahi, ungkapnya, adalah di mana dan apa saja posisi bank di dalam ekosistem digital, baik keuangan maupun gaya hidup.
Kharim menegaskan, saat ini Bank Jago fokus untuk mengembangkan kemitraan strategisnya dulu di tahun ini. Perusahaan membidik sinergi dengan partner yang memiliki customer base besar sehingga mempercepat proses akuisisi pengguna baru. Dalam hal ini, ia menilai mutual interest kedua belah pihak membuat biaya akuisisi pengguna menjadi lebih efisien karena akuisisi terjadi lewat layanan/produk milik partner.
“Saat ini, use case sinergi Gojek dan Jago baru satu arah, di mana our functionality baru tersedia di aplikasi mitra. Langkah selanjutnya adalah the other way around atau functionality Gojek ada di aplikasi Jago. Begitu juga dengan Bibit, misalnya. Salah satu use case ke depan adalah pengguna tidak perlu keluar dari aplikasi Jago ketika mau pakai Bibit. Begitu juga sebaliknya,” jelas Kharim.
Di sisi lain, pihaknya juga menyambut positif aksi merger Gojek dan Tokopedia menjadi GoTo. Menurutnya, aksi ini membuka lebih banyak peluang untuk mengeksplorasi kolaborasi/sinergi baru. Kharim belum dapat mengungkap kemungkinan use case baru dengan GoTo. Namun, ia mengambil momentum ini sebagai kesempatan untuk belajar lebih banyak sebagai organisasi.
“Di awal 2021, we all know that our main ecosystem that we are planning to work together is Gojek. We did not see GoTo in the picture. Now we should be ready for what’s coming because you really have to react dengan cepat terhadap hal ini sehingga kami bisa fokus dengan strategi utama kami. Kita harus melihat peluang kolaborasi apa saja yang bisa diakses dengan Gojek. I think this is an exciting journey,” katanya.
Tantangan kolaborasi
Dalam perjalanannya berkolaborasi dengan ekosistem, Kharim turut menyoroti bagaimana kesamaan visi dan passion menjadi hal krusial dalam membangun kemitraan. Dengan posisinya sebagai tech-based bank, pihaknya juga dituntut untuk membuat keputusan dengan cepat, tetapi tetap mengacu pada regulatory framework yang ada.
Ia mengambil contoh, kemitraan strategis dengan Gojek dan Bibit. Pihaknya menggunakan konsep embedded ecosystem di mana kedua belah pihak harus menjadi seamless partner di ekosistem tersebut. Menurut Kharim, untuk membangun integrasi seamless ini tidak dapat dilakukan secara transaksional. Artinya, harus ada alignment hingga di seluruh level organisasi.
“If you talk with a different language, itu akan sulit. Proses berbeda, way of working berbeda, OKR juga berbeda. It clearly has to start from the top, mulai dari ownership, leadership, visi, dan eksekusi. Tantangan implementasi pasti ada, tetapi kesamaan visi akan jauh lebih memudahkan. Ini harus learn by doing, bagaimana membuat keputusan dengan cepat. Sejauh ini, partner-partner kami memiliki alignment yang bagus dengan kami.”