Dark
Light

Siapkah Indonesia Mengadopsi Konsep E-Commerce Online to Offline (O2O)?

2 mins read
March 23, 2015

Logistik Online dan Offline / Shutterstock

Perkembangan industri e-commerce di Indonesia saat ini sedang melaju dengan pesat, bahkan disinyalir lebih cepat ketimbang Tiongkok. Meskipun demikian, ada satu isu yang terus membayangi sejak tren e-commerce itu sendiri tumbuh, yaitu logistik, terutama untuk pengiriman barang. Survei Nielsen menunjukkan salah satu faktor keengganan konsumen memanfaatkan layanan e-commerce adalah harga pengiriman barang yang tinggi (ke pelosok). Tapi kini ada satu konsep yang sedang menjadi perbincangan hangat untuk memecahkan masalah logistik di Indonesia, yaitu konsep O2O (Online-to-Offline).

Pada dasarnya layanan O2O ini memungkinkan para pelanggan untuk membeli dan membayar secara online, kemudian mengambil dan mengembalikan produk secara offline di toko-toko retail tertentu. Konsep yang menjadi perbincangan hangat di Indonesia ini di awali dengan peluncuran MatahariMall yang mengucurkan dana sebesar Rp 6 triliun untuk menghadirkan platform belanja online yang terintegrasi dengan bisnis logistik mereka. Dengan dana investasi besar dan jaringan toko yang tersebar diseluruh Indonesia, tentu ‘kue’ yang ditawarkan oleh konsep O2O MatahariMall ini jadi sangat menggiurkan di mata konsumen Indonesia.

Mengapa? Sederhana saja, alasan pertama adalah seperti yang dikatakan oleh Ekonom IPMI International Business School Jimmy M. Rifai Gani dalam pemberitaan CNN yang mengatakan “The Nielsen Global Survey of E-Commerce tahun lalu menunjukkan bahwa konsumen enggan membeli produk secara online karena tingginya biaya dan lemahnya infrastruktur logistik di Indonesia.”

Alasan kedua, menurut laporan yang diterbitkan oleh A.T Kearney penggunaan e-payment di Indonesia sendiri masih rendah karena Indonesia memiliki jumlah penduduk unbanked yang banyak, yaitu mencapai 70 hingga 80 persen. Ini memberi kesimpulan bahwa tingkat kepercayaan konsumen di Indonesia masih dipertaruhkan. Konsumen Indonesia pun sebenarnya memiliki kecenderungan untuk melihat barang yang dibeli terlebih dahulu sebelum berbelanja online, itulah sebabnya pilihan pembayaran COD hingga kini menjadi salah satu mekanisme pembayaran favorit konsumen di Indonesia.

Dengan konsep O2O, ada peluang baru yang terbuka bagi industri e-commerce dan logistik di Indonesia. Jika bersinergi dengan baik, bukan tidak mungkin konsep O2O ini dapat menjawab tantangan logistik yang sudah ada. Tapi, apakah industri e-commerce di Indonesia sudah siap untuk menerapkannya?

Berikut adalah beberapa hambatan yang harus dilewati untuk membentuk ekosistem O2O di Indonesia.

1. Infrastruktur Transportasi

Infrastruktur Logistik e-commerce ASEAN

Menurut laporan dari A.T Kearney, infrastruktur transportasi di Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Padahal ini penting, untuk membuat pengiriman barang ke retail-retail dan gudang-gudang dari industri e-commerce menjadi jauh lebih efiesien. Dengan infrastruktur yang baik, waktu pengiriman juga bukan tidak mungkin menjadi lebih cepat dan membuat ketersediaan barang di toko-toko retail dan juga gudang-gudang e-commerce selalu terpenuhi agar dapat mengikuti permintaan pasar yang terus meningkat.

2. Ketersediaan Gudang dan Toko Retail

Demi memenuhi permintaan pasar di daerah, konsep O2O sesungguhnya memerlukan ketersediaan jaringan toko retail juga gudang lebih banyak dari seharusnya. Lihat saja MatahariMall yang percaya diri untuk menerapkan konsep O2O karena jaringan tokonya sudah tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia dengan jumlah mencapai 131 outlet.

Sesungguhnya masih banyak lagi hambatan yang harus dihadapi oleh para pelaku e-commerce di Indonesia jika ingin  menerapkan konsep ini. Misalnya saja dari sisi jumlah investasi yang harus dikeluarkan, berapa jumlahnya? Atau dapatkah konsep ini berjalan jika menerapkan kerja sama dengan jaringan minimarket? Apakah bisa konsep O2O ini dapat menjadi terobosan dalam memecahkan masalah logistik di Indonesia?

Melalui ajang Echelon Indonesia 2015 yang akan digelar pada 14-15 April nanti, Anda akan mendapatkan insight lebih banyak soal kondisi logistik untuk e-commerce Indonesia saat ini. Hadi Wenas (CEO aCommerce Indonesia) dan Ryu Kawano Suliawan (Co-Founder PT. Midtrans)  akan mengulas lebih mendalam mengenai tantangan yang harus dihadapi oleh pemain e-commerce dalam membangun jaringan logistiknya.

Previous Story

Marketplace Puali Siapkan Fitur Iklan Premium

Next Story

Baterai Smartwatch Ini Mampu Bertahan 30 Hari

Latest from Blog

Don't Miss

Joint Venture Bukalapak CT Corp

CT Corp dan Bukalapak akan Bentuk Perusahaan Patungan di Bidang “Online Grocery”

Pemilik perusahaan konglomerasi Chairul Tanjung melalui PT Trans Retail Indonesia,
Borzo Indonesia Logistik

Strategi Borzo Perkuat Layanan Pengiriman Instan di Indonesia

Persaingan industri logistik last-mile di Indonesia begitu ketat, terlihat dari