Dark
Light

Sejumlah Rencana Bisnis Xendit Setelah Menjadi Unicorn

2 mins read
September 21, 2021
Strategi Bisnis Xendit
Co-Founder & COO Xendit Tessa Wijaya dan Co-Founder & CEO Xendit Moses Lo / Xendit

Xendit resmi menjadi unicorn setelah merampungkan pendanaan C senilai $150 juta. Secara total, perusahaan berhasil mengumpulkan total dana ekuitas sejumlah $238 juta sejak ronde awal di tahun 2015 lalu. Ada sejumlah rencana yang akan dilakukan selanjutnya. Hal tersebut disampaikan Co-Founder Xendit Moses Lo dan Tessa Wijaya dalam sebuah kesempatan temu media terbatas.

Hal pertama yang akan digenjot ialah melanjutkan ekspansi regional yang telah dimulai dari Filipina sejak tahun 2020 lalu. Bahkan untuk meningkatkan penetrasi layanannya di Filipina, Xendit membangun kemitraan strategis dengan berinvestasi ke pemain fintech setempat Dragonpay.

Menanggapi tentang strategi M&A pasca-pendanaan, Tessa mengatakan, kemungkinan tersebut ada, terlebih saat ini perusahaan juga fokus ke pasar UMKM. Kalaupun akan melakukan aksi strategis seperti investasi, tujuannya masih dalam koridor mendukung ekspansi dan perluasan segmen pengguna.

Membuka pasar yang lebih luas

Didirikan sejak tahun 2014, awalnya Xendit merupakan penyedia platform payment gateway, membantu pebisnis digital menyediakan portal pembayaran untuk konsumennya. Seiring perkembangannya, layanan fintech di dalamnya berkembang mengakomodasi berbagai kebutuhan, termasuk layanan transfer dana untuk bisnis. Sebagian besar layanan Xendit berbasis API, penggunanya mengintegrasikan layanan tersebut melalui backend situs atau aplikasi.

Disampaikan Moses, salah satu alokasi pendanaan seri C untuk mengembangkan ekosistem layanan yang dimiliki. Ia menyebutnya sebagai “value added services”, berisi berbagai fitur pendukung untuk memungkinkan mitranya menghadirkan kapabilitas fintech secara lebih baik. Misalnya, mereka akan mengoptimalkan layanan manajemen risiko untuk membantu bisnis mencegah fraud. Kemudian juga akan menghadirkan platform lending untuk membantu bisnis lebih berkembang.

Data terbaru yang disampaikan, Xendit telah mencatatkan peningkatan total volume pembayaran 200% yoy di pasar Indonesia dan Filipina. Sebagian capaian tersebut didapat dari klien yang berasal dari perusahaan teknologi seperti e-commerce atau aplikasi konsumer lainnya. Untuk membuka potensi yang lebih besar, Moses mengatakan Xendit akan masuk ke pasar solusi digital berbasis “no-code”.

Layanan “no-code” umumnya berupa solusi digital siap pakai yang tetap bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan pengguna. Dengan pendekatan ini, Xendit juga mantapkan niat untuk merangkul pasar UKM sebagai target bisnis selanjutnya.  Dalam debutnya, beberapa solusi telah dihadirkan, misalnya dalam aplikasi “Xendit Business” di Playstore. Dengan layanan tersebut pemilik bisnis bisa membuat sebuah tautan khusus untuk dikirimkan ke pembelinya, memudahkan proses transaksi tanpa harus mengintegrasikan ke sebuah e-commerce.

Sebelumnya Xendit juga telah meluncurkan Xendit Inventory Sync. Platform tersebut berbentuk teknologi multi-kanal untuk membantu pebisnis mengelola stok inventaris produk yang dijual secara online di Tokopedia, Shopee, maupun situs seperti Shopify dan WooCommerce. Dengan demikian, pelaku bisnis dapat lebih mudah memantau jumlah stok di masing-masing kanal dalam satu dasbor yang rapi dan terintegrasi.

Belum ada rencana IPO

Ketika ditanya rencana go-public, baik melalui IPO tradisional ataupun SPAC, Moses mengatakan bahwa saat ini ada opsi lain yang masih sangat mendukung laju bisnis perusahaan, termasuk private market. Hingga saat ini, 100% konsentrasi manajemen untuk mengeksekusi rencana-rencana di atas, khususnya ekspansi perluasan bisnis. Dukungan investor yang didapat juga dilihat sebagai respons penting para stakeholder di tengah pertumbuhan dan kompetisi pasar.

Di Indonesia sendiri, saat ini ada beberapa pemain yang menyediakan layanan payment gateway. Sebagian dari mereka adalah pemain yang sudah masuk ke industri sejak lama. Adapun daftarnya sebagai berikut:

Platform Tahun Berdiri Pendanaan Terakhir
Xendit 2014 Series C, $150 juta
Midtrans 2011 Diakuisisi oleh Gojek
Durianpay 2021 Seed Round, $2 juta
Doku 2007 Venture Round, $32 juta
Nicepay 2011
Xfers 2014 Corporate Round, $30 juta; terafiliasi Payfazz
Faspay 2011 Terafiliasi grup Astra
Cashlez 2015 IPO di BEI, Kapitalisasi Pasar: $18 juta
Duitku 2009
iPaymu 2012
Prismalink 2011
Espay 2012 Diakuisisi oleh Emtek

Menurut data yang dihimpun Statista, total nilai transaksi pembayaran digital di Indonesia diproyeksikan akan mencapai $56,7 miliar pada 2021; dan bertumbuh sampai $90,2 miliar pada 2025 mendatang dengan CAGR 12,18%. Salah satu penyumbang terbesarnya adalah e-commerce, dengan nilai total transaksi $53,3 miliar pada tahun ini.

Application Information Will Show Up Here
Previous Story

Inilah 6 Tim Peserta AOV Star League (ASL) Winter 2021

Startup fintech penyedia neo bank untuk BPR Komunal mengumumkan perolehan pendanaan Seri A sebesar $2,1 juta yang dipimpin East Ventures
Next Story

Komunal Kantongi Dana Seri A 30 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Latest from Blog

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah