Dune, film epos fiksi ilmiah karya Denis Villeneuve, berhasil menang banyak di Academy Awards 2022. Tidak tanggung-tanggung, total ada enam piala Oscar yang diborong oleh Dune, mulai dari kategori “Best Original Score”, “Best Sound”, “Best Cinematography”, “Best Film Editing”, “Best Production Design”, sampai “Best Visual Effects”. Deretan kemenangan ini memantapkan posisinya sebagai film tersukses di sepanjang sejarah franchise Dune.
Ya, Dune merupakan sebuah franchise media hiburan dengan sejarah yang sangat panjang. Film yang dibintangi Timothée Chalamet itu bukanlah film pertama Dune yang pernah tayang di layar lebar. Dune sendiri bukan berawal dari film, melainkan dari sebuah novel karya Frank Herbert yang diterbitkan di tahun 1965, yang kemudian telah beberapa kali diadaptasikan menjadi film layar lebar, serial TV, board game maupun video game.
Intinya, kesuksesan Dune tidak lahir dalam semalam, dan di artikel ini saya akan membahas secara singkat sejarah perkembangannya dari awal hingga menjadi salah satu franchise sci-fi terbaik yang pernah ada.
Sejarah Dune
Dune berawal dari sebuah artikel majalah berjudul “They Stopped the Moving Sands” yang tidak jadi dipublikasikan. Seperti dijelaskan di buku The Road to Dune, Frank Herbert menulis artikel tersebut di tahun 1957 untuk menceritakan tentang proyek riset yang dilakukan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat guna menstabilkan fenomena gurun pasir bergerak di kawasan Oregon.
Agen Frank menolak untuk meneruskan artikelnya ke pihak penerbit kecuali Frank mau merombak isinya. Frank pun menolak, dan pada akhirnya artikel tersebut terbengkalai. Meski tidak pernah diterbitkan, artikel inilah yang menjadi sumber inspirasi utama Frank dalam menulis Dune.
Namun sebelum diterbitkan sebagai novel, potongan-potongan cerita Dune sempat dimuat lebih dulu di majalah Analog pada tahun 1963-1965. Di majalah tersebut, Dune dibagi menjadi dua segmen — Dune World dan Prophet of Dune — yang sendirinya dipecah lagi menjadi delapan edisi.
Frank menghabiskan waktu sekitar enam tahun untuk menulis novel pertama Dune. Sempat ditolak oleh 23 penerbit, Frank akhirnya diterima oleh penerbit kecil bernama Chilton Publishing di tahun 1965. Lucunya, publikasi novel bukanlah ranah yang dikuasai oleh Chilton. Perusahaan itu justru lebih dikenal sebagai penerbit majalah bisnis dan buku manual mobil.
Di tahun 1966, Dune berhasil memenangkan penghargaan bergengsi Hugo Award dan Nebula Award for Best Novel. Berdasarkan informasi di situs resmi novel Dune, penjualannya hingga kini diperkirakan sudah hampir menembus 20 juta kopi.
Pasca kesuksesan novel pertamanya, Frank lanjut menuliskan lima sekuel: Dune Messiah di tahun 1969, Children of Dune di tahun 1976, God Emperor of Dune di tahun 1981, Heretics of Dune di tahun 1984, dan Chapterhouse: Dune di tahun 1985. Frank meninggal dunia di tahun 1986, dan dari situ penulisan seri novel Dune diambil alih oleh anaknya, Brian Herbert, yang dibantu oleh penulis kenamaan, Kevin J. Anderson. Duo ini tak hanya menuliskan sekuel-sekuel Dune yang selanjutnya, tetapi juga deretan prekuel yang melengkapi lore Dune universe secara menyeluruh.
Sejarah film dan serial TV Dune
Sosok pertama yang berambisi untuk mengadaptasikan novel Dune menjadi film adalah Alejandro Jodorowsky di tahun 1973. Sutradara kelahiran Cile itu membayangkan sebuah film Dune yang tak kalah epik dari novelnya. Namun proyek itu rupanya kelewat ambisius, dengan naskah luar biasa panjang yang disiapkan untuk durasi film sekitar 14 jam, dan daftar aktor-aktris yang bahkan mencakup seniman kondang Salvador Dali. Proyek film ini akhirnya batal direalisasikan karena perkara finansial.
Tahun 1976, hak siar Dune dibeli oleh produser Dino De Laurentiis. Dino awalnya meminta Frank Herbert sendiri untuk menuliskan naskah filmnya, namun akhirnya batal dipakai karena dinilai terlalu panjang. Dino kemudian merekrut Ridley Scott untuk menuliskan naskah film Dune di tahun 1979, namun ini lagi-lagi batal terwujud karena Ridley memutuskan untuk mundur di tengah-tengah pengerjaannya.
Film pertama Dune akhirnya digarap oleh David Lynch dan dirilis di tahun 1984. Filmnya gagal meraih kesuksesan, dengan pemasukan hanya $30,9 juta di saat modal pembuatannya mencapai angka $40 juta. Salah satu kritik terbesar yang ditujukan ke film tersebut adalah betapa susahnya bagi penonton untuk memahami jalan ceritanya tanpa membaca novelnya terlebih dulu. Saking banyak dan kompleksnya istilah-istilah di Dune universe, film tersebut harus lebih dulu menampilkan glosarium ketika ditayangkan di bioskop.
Lompat ke akhir tahun 2000, novel pertama Dune akhirnya diadaptasikan menjadi serial TV berjudul Frank Herbert’s Dune yang terdiri dari tiga episode. Serial tersebut menuai banyak pujian dari kritikus, sekaligus memenangkan dua piala di Emmy Awards 2001. Pada tahun 2003, sekuelnya yang juga terdiri dari tiga episode diluncurkan. Serial TV berjudul Frank Herbert’s Children of Dune ini diadaptasikan dari novel kedua dan ketiga Dune, dan lagi-lagi mendapat respons positif sekaligus berhasil memenangkan penghargaan di ajang Emmy Awards 2003.
Lanjut ke 2008, Paramount Pictures mengumumkan rencananya untuk membuat film Dune bersama sineas Peter Berg. Proyek ini batal diteruskan, dan Paramount akhirnya melepasnya di tahun 2011. Pada tahun 2016, giliran Legendary Entertainment yang membeli hak siar film sekaligus serial TV Dune. Sutradara Denis Villeneuve ditunjuk untuk mengerjakan reboot dari film Dune, namun Denis akhirnya baru setuju setelah ia merampungkan dua film sci-fi-nya yang lain, yakni Arrival dan Blade Runner 2049.
Saat ini Denis sedang sibuk menyiapkan sekuelnya, sebab film yang berhasil memboyong enam piala Oscar itu tadi sebenarnya baru menceritakan sekitar separuh dari kisah di novelnya. Dune: Part Two dijadwalkan meluncur pada 20 Oktober 2023.
Bersamaan dengan itu, Legendary saat ini juga sedang mengerjakan serial TV Dune: The Sisterhood. Serial ini merupakan sebuah spin-off sekaligus prekuel dari film Dune, dengan plot cerita yang berfokus pada ordo Bene Gesserit. Sejauh ini belum ada jadwal rilis yang diberikan, namun yang pasti serial TV ini bakal ditayangkan melalui layanan streaming HBO Max.
Sejarah game Dune
Lore yang melimpah di Dune universe tak hanya ideal untuk diadaptasikan menjadi film, melainkan juga ke game. Sejauh ini, Dune tercatat sudah diadaptasikan menjadi satu collectible card game, tiga board game, tiga role-playing game, dan lima video game berlisensi resmi.
Game Dune yang pertama digarap oleh developer Cryo Interactive dan dirilis untuk platform Amiga dan MS-DOS di tahun 1992, sebelum akhirnya di-port ke Sega CD setahun setelahnya. Game ini menggabungkan elemen-elemen dari genre point-and-click adventure dan strategi, dengan alur cerita linear yang sebagian besar diambil dari novel pertama Dune.
Sebagai game pertama, Dune tergolong cukup sukses secara komersial dan mendapatkan respons yang positif dari kritikus. Namun keberhasilannya rupanya juga dibayang-bayangi oleh game Dune lain yang diluncurkan di tahun yang sama.
Adalah Dune II, game bikinan Westwood Studios yang berhasil mencuri perhatian yang lebih besar di industri video game kala itu. Tidak seperti Cryo, Westwood sepenuhnya mengadopsi genre permainan strategi. Dune II memang bukan game real-time strategy (RTS) yang pertama, akan tetapi ia adalah game pertama yang menggunakan istilah tersebut, berdasarkan penjelasan Ars Technica.
Dune II pada dasarnya merupakan kiblat dari game-game RTS yang kita kenal sekarang, mulai dari seri Command & Conquer bikinan Westwood sendiri, sampai seri Warcraft dan Age of Empires. Mekanisme-mekanisme seperti resource-gathering, base-building, micromanagement, dan fog of war semuanya dipopulerkan oleh Dune II. Dalam game ini, pemain menjalankan satu dari tiga faksi yang tersedia — Atreides, Harkonnen, atau Ordos (satu-satunya yang tidak ada di novel Frank Herbert) — dalam misi untuk menguasai wilayah-wilayah di planet Arrakis.
Lompat ke tahun 1998, Westwood meluncurkan semi-remake dari Dune II untuk platform Windows yang berjudul Dune 2000. Disebut semi karena meskipun game yang dikerjakan oleh developer Intelligent Games ini mempertahankan sebagian besar formula gameplay yang ada pada Dune II, plot ceritanya justru berubah total. Sebagai sebuah remake, kualitas grafiknya tentu lebih baik, dan tampilan antarmukanya pun juga telah diubah menjadi lebih modern.
Pasca Dune 2000, Westwood dan Intelligent Games kembali berkolaborasi untuk mengerjakan Emperor: Battle for Dune. Dirilis untuk Windows di tahun 2001, game ini merupakan sekuel dari Dune 2000, dengan plot cerita yang menyambung dan tambahan faksi yang terlibat, tapi kali ini sepenuhnya dalam tampilan 3D. Sayangnya, ini merupakan game Dune yang terakhir dari Westwood, sebab studio tersebut ditutup dua tahun sesudahnya.
Masih di tahun 2001, Cryo Interactive meluncurkan game Dune yang kelima sekaligus terakhir, yaitu Frank Herbert’s Dune. Ini merupakan sebuah third-person action-adventure untuk PC dan PlayStation 2 yang diadaptasikan dari serial TV berjudul sama yang tayang beberapa bulan sebelumnya. Game ini gagal memenuhi ekspektasi, dan Cryo pada akhirnya bangkrut di tahun 2002. Bersamaan dengan itu, proyek game RTS online mereka yang berjudul Dune Generations pun juga batal dilanjutkan.
Dua dekade berlalu dan setelah reboot film Dune berhasil memenangkan hati para pencinta film sci-fi, Dune pun akhirnya juga akan segera kembali menyapa para gamer. Diumumkan pertama kali di ajang The Game Awards 2021, Dune: Spice Wars merupakan game strategi baru yang sedang dikembangkan oleh developer Shiro Games.
Game ini dideskripsikan sebagai RTS yang diselipi bumbu-bumbu khas permainan ber-genre 4X, dan berdasarkan video trailer gameplay-nya, deskripsi tersebut bisa dibilang cukup akurat. Sejauh ini Dune: Spice Wars belum memiliki jadwal rilis pasti, akan tetapi pengembangnya berniat meluncurkannya dalam status early access terlebih dulu tahun ini juga.
Pengaruh besar Dune ke pop culture
Tidak peduli Anda suka atau tidak, pengaruh Dune sangatlah besar terhadap pop culture, khususnya yang memang mengadopsi tema sci-fi. Sebelum Dune, kebanyakan karya fiksi ilmiah selalu menekankan keberadaan gadget-gadget canggih dalam bercerita. Lewat Dune, Frank Herbert membuktikan bahwa pola dasar genre sci-fi itu sebenarnya bisa dirombak secara drastis tanpa bergeser terlalu jauh dari akarnya.
Pengaruh novel orisinal Dune terhadap genre sci-fi bisa dibilang sepadan dengan pengaruh novel The Lord of the Rings terhadap genre high-fantasy. Tidak sedikit karya sci-fi modern yang berkaca pada premis-premis yang ditetapkan Dune. Bahkan karya musik pun juga ada yang terinspirasi oleh Dune, seperti misalnya album perdana Grimes yang dirilis di tahun 2010, yakni Geidi Primes. Penggemar Dune pasti akan langsung tahu bahwa judul album tersebut mengacu pada nama salah satu planet di Dune universe, yaitu Giedi Prime. Masing-masing lagu dalam album tersebut bahkan juga dinamai berdasarkan istilah-istilah yang dipakai di Dune, contohnya “Caladan” dan “Sardaukar Levenbrech”.
Dalam seri game Fallout, ada satu consumable item yang cukup ikonis bernama Mentats, yang berguna untuk meningkatkan status Intelligence dan Perception selama beberapa saat. Nama dan fungsinya itu tentu bukan suatu kebetulan, sebab Mentat di Dune universe adalah orang-orang super-cerdas yang sudah dilatih secara khusus untuk menggantikan komputer dan AI.
Di MMORPG World of Warcraft, ada sebuah makhluk cacing raksasa bernama Shui Halad yang dapat ditemukan di sebuah gua di area Frostfire Ridge. Kalau namanya terdengar familier, itu karena Dune punya makhluk cacing pasir raksasa (sandworm) yang sangat ikonis bernama Shai-Hulud. Masih di World of Warcraft, ada item bernama Jom Gabbar yang berguna untuk meningkatkan damage, yang tentu saja terinspirasi jarum beracun Gom Jabbar andalan ordo Bene Gesserit di Dune.
Namun impak terbesar Dune terhadap pop-culture justru bisa dirasakan dari salah satu franchise sci-fi terpopuler sepanjang masa, Star Wars. Entah disengaja atau tidak, namun yang pasti karya George Lucas itu punya cukup banyak kemiripan dengan Dune. Kisah Luke Skywalker yang berawal dari planet gurun Tatooine dan berujung pada perang melawan pemegang kekuasaan terbesar di galaksi tentu bakal kedengaran familier bagi mereka yang jauh sebelum itu pernah membaca kisah Paul Atreides di planet Arrakis dalam novel pertama Dune.
Tentu saja, kita tidak boleh lupa dengan ungkapan populer “originality is overrated“. Frank Herbert sendiri juga terinspirasi oleh banyak hal selama mengonsepsikan Dune. Mulai dari fenomena ekologis di dataran Oregon itu tadi, feodalisme Eropa, teologi Islam, sampai Buddhisme; semuanya sempat Frank jadikan rujukan selama ia meracik sebuah dunia fiktif yang begitu ekspansif dan kaya akan kisah-kisah menarik. Kalau kemudian karya tersebut berhasil menginspirasi sederet karya yang lain, tidak berlebihan jika akhirnya Dune dicap sebagai salah satu karya fiksi ilmiah yang paling berpengaruh.