Dark
Light

Satu dari Tiga Orangtua di Eropa Biarkan Anak Beli Item Dalam Game

1 min read
December 17, 2019

Tiga per empat anak dan remaja pada rentang umur 6-15 tahun di Jerman, Spanyol, Italia, Inggris, dan Prancis bermain video game, menurut survei yang dilakukan oleh GameTrack. Itu berarti, ada sekitar 24 juta anak dan remaja yang bermain game. Kebanyakan anak dan remaja tersebut menggunakan konsol dan perangkat mobile (tablet dan smartphone) untuk bermain game. Sementara itu, dari semua anak dan remaja yang bermain game, sebesar 36 persen melakukan melakukan in-game purchase atau pembelian dalam game.

Satu hal yang menarik, sepertiga orangtua di lima negara yang GameTrack survei membiarkan anak mereka untuk membeli item dalam game. Dari semua orangtua yang membiarkan anaknya melakukan in-game purchase, sebanyak 85 persen telah membuat perjanjian dengan anak mereka. Hampir 60 persen orangtua membuat perjanjian bahwa sang anak harus meminta izin terlebih dulu sebelum mereka membeli sesuatu dalam game. Sementara sebanyak 21 persen orangtua juga memasang parental control tool pada perangkat yang digunakan anak untuk bermain game.

Sumber: ISFE
Orangtua yang setuju anaknya melakukan pembelian dalam game. | Sumber: ISFE

Orangtua yang membiarkan anaknya melakukan pembelian dalam game merasa, uang yang sang anak habiskan dalam game merupakan bagian dari uang jajan mereka. Dan anak-anak boleh menggunakan uang jajan untuk apapun yang mereka mau, termasuk membeli item dalam game. Sebagian orangtua percaya, mempercayai anak dengan uang adalah bagian dari edukasi. Tentang jumlah uang yang dihabiskan oleh anak dan remaja dalam game, 62 persen mengaku bahwa mereka menghabiskan kurang dari €20 (sekitar Rp312 ribu). Sementara itu, dua per tiga responden mengaku pernah mendengar tentang sistem Pan European Game Information (PEGI). Angka ini stabil jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

CEO Interactive Software Federation (ISFE), Simon Little mengatakan bahwa dia cukup senang melihat orangtua aktif melibatkan diri dalam keputusan anak untuk melakukan in-game purchase. “Sebagai industri, kami selalu berusaha memberikan yang terbaik pada para pemain game dan melakukan kampanye edukasi di Eropa, mendorong orangtua untuk berdialog dengan anak-anak mereka tentang kegiatan mereka di dunia online, dan ketika diperlukan, menggunakan alat parental control untuk membatasi atau memblokir pembelian yang dilakukan anak, untuk membatasi waktu bermain dan mengendalikan interaksi online anak,” katanya, menurut laporan Talk Esport.

Lebih lanjut dia berkata, “Game menawarkan pengalaman yang memperkaya kehidupan lebih dari setengah warga Eropa, membuat standar baru untuk inovasi, edukasi, dan menginspirasi cara baru untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Mendorong anak untuk bermain game dengan bertanggung jawab adalah kunci agar semua anak kita bisa menikmati media yang unik ini. Baik industri dan orangtua memiliki peran penting dalam hal ini.”

Layanan jasa gaya hidup Gojek, GoLife, tutup GoLaundry, GoDaily, Service Marketplace, GoGlam, dan GoFix secara bertahap mulai 31 Desember 2019
Previous Story

GoLife Tutup Lima Layanan, Fokus ke GoClean dan GoMassage (UPDATED)

Dana segar senilai $15 juta (209 miliar Rupiah) yang diperoleh Style Theory dipimpin oleh Softbank Ventures Asia
Next Story

Rencana Ekspansi Regional Style Theory Usai Kantongi Pendanaan Seri B

Latest from Blog

Don't Miss

H3RO Land dari Bima+, Teman Mabar Anak Esports

Salah satu bentuk dukungan untuk perkembangan esports di tanah air

Pentingnya Industri Telekomunikasi untuk Kembangkan Industri Game dan Esports

Nilai dari industri game meroket selama pandemi COVID-19. Bahkan setelah