Sebagai pemain lama, merek ZTE sudah terdengar akrab di telinga masyarakat Indonesia. Meski sempat vakum selama beberapa waktu, perusahaan teknologi asal Tiongkok itu kembali merambah pasar smartphone di Tanah Air.
ZTE Blade V40s yang ada di tangan saya adalah satu dari empat smartphone ZTE yang baru-baru ini dirilis. Smartphone kelas menengah ini dijual dengan harga Rp3.099.000, fitur unggulannya mencakup layar AMOLED, kamera utama 50MP, dan ditenagai chipset Unisoc T618. Tak perlu berlama-lama, simak review ZTE Blade V40s selengkapnya berikut ini.
Desain Elegan
Bicara mengenai desain, kesan elegan terpancar jelas dari ZTE Blade V40s varian warna Space Black. Penampang belakangnya memiliki dua tampilan berbeda, hitam polos dan hitam bertabur bintang yang tampak cukup kontras.
Desain tempat kameranya unik, ZTE menempatkannya ke dalam dua bidang lingkaran berukuran jumbo yang menyembul keluar dari bodi. Satu khusus untuk menyisipkan kamera utama 50MP dan yang di bawahnya untuk dua kamera sekunder beserta LED flash.
Bentuk bingkainya datar seperti tren smartphone pada waktu ini. Bodinya ramping, terasa solid di genggaman tangan dengan ketebalan 7,6mm dan bobot 184 gram. Bingkai sisi kanan bisa dijumpai tombol power yang menyatu dengan sensor sidik jari.
Kemudian tombol pengaturan volume terletak di sebelah kirinya. Di atas hanya ada mikrofon sekunder, sedangkan SIM tray dengan slot hybrid, port USB Type-C, mikrofon, dan speaker tersemat di bagian bawah.
Layar AMOLED
Menuju ke depan, pengguna ZTE Blade V40s disuguhkan layar AMOLED berukuran 6,67 inci dengan resolusi FHD+ (1080×2400 piksel). Bezel samping layarnya tipis, meski dagunya sedikit lebih tebal dari ketiga sisi lainnya. Kamera depannya tersemat pada punch hole yang letaknya di bagian tengah.
Lapangnya layar AMOLED pada ZTE Blade V40s terbilang enak untuk menyaksikan tayangan film layar lebar. Namun ada beberapa catatan yang mengganggu pengalaman menonton video, yakni tanpa dukungan HDR, sertifikasi Widevine L3, dan hanya punya satu speaker.
Masalahnya untuk bisa menonton film atau serial TV dengan kualitas high definition (HD) 720p ke atas. Terutama di layanan streaming seperti Disney+ Hotstar, HBO Go, Netflix, Prime Video, dan lainnya, perangkat Anda harus sudah mendukung sertifikasi Widevine L1.
ZTE Blade V40s dengan Widevine L3, artinya hanya dapat menikmati video pada kualitas SD atau maksimal 480p saja. Selain itu, ZTE tidak memberi dukungan refresh rate layar tinggi dan masih terjebak di angka 60Hz.
Kamera Utama 50MP
Tiga unit kamera terpasang di punggung ZTE Blade V40s, yakni kamera utama 50MP dengan lensa wide 26mm f/1.8, 5MP dengan lensa macro f/2.4, dan 2MP sebagai depth sensor. Duduk di kelas tiga jutaan, saya berharap kamera utama 50MP-nya dapat menghasilkan foto dan video yang cukup bagus untuk menunjang kegiatan bikin konten.
Untuk foto, hasil jepretan ZTE Blade V40s memang terbilang cukup bagus di kondisi terang dan pengambilan gambarnya didukung AI scene recognition. Ada mode portrait yang dilengkapi efek pencahayaan dan bokeh, refocus untuk mengatur aperture secara manual, pro dengan keleluasaan pengaturan, mode resolusi penuh 50Mpx, panorama, macro, dan night. Berikut beberapa hasil fotonya:
Perekam videonya mendukung resolusi 1080p pada 30fps, sayangnya hasil video tidak memuaskan. Bahkan di kondisi siang hari, muncul masalah seperti focus breathing dan saat merekam subjetk yang bergerak, pergerakannya tampak patah-patah terutama ketika fitur video stabilization aktif.
Performa Chipset Unisoc T618
ZTE Blade V40s menjalankan sistem operasi MyOS 12 yang berbasis Android 12 dan dapur pacunya mengandalkan chipset Unisoc T618. Kalau dibandingkan dengan MediaTek, kemampuan CPU dan GPU Unisoc T618 kurang lebih setara dengan MediaTek Helio G88.
Kedua SoC tersebut dibuat pada proses fabrikasi 6nm, dengan CPU octa-core yang terdiri dari dua core performa berbasis Arm Cortex-A75 dan enam core efisiensi Arm Cortex-A55 yang beroperasi hingga 2.0 GHz. Olah grafisnya menggunakan GPU Mali-G52 MP2.
Ditopang RAM 6GB dan penyimpanan internal 128GB, pengalaman penggunaan untuk menunjang berbagai kegiatan harian terasa lancar. Mulai dari browsing, gulir-gulir media sosial, bermain game MOBA MLBB dengan grafis serta frame rate tinggi, dan banyak lagi.
Biar multitasking lebih maksimal, kita juga dapat mengorbankan sebagian ruang memori internal hingga 5GB untuk digunakan sebagai RAM virtual. Sebagai gambaran, hasil benchmark dari aplikasi Geekbench menunjukkan hasil skor single-core 382 dan 1.520 untuk multi-core.
Verdict Review ZTE Blade V40s
Nama besar ZTE bisa dibilang sebanding dengan kompetitor satu negaranya macam OPPO, vivo, realme, Huawei, dan Xiaomi. Dari segi desain dan build quality, ZTE Blade V40s tidak kalah menarik dengan smartphone kelas menengah yang ada di pasaran saat ini.
Chipset Unisoc T618 yang mungkin masih dipandang sebelah mata pun mampu menunjukkan performanya dengan baik di kelas tiga jutaan. Panel AMOLED-nya bagus, tetapi belum didukung refresh rate tinggi dan hanya mengantongi sertifikasi Widevine L3 yang membuatnya kurang maksimal untuk streaming film atau TV series.
Aspek kamera juga mendapat catatan khusus, kualitas fotonya ‘B’ saja dan hasil videonya agak mengecewakan. Ya, ZTE Blade V40s bukan smartphone yang kuat di segala aspek, mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya perangkat ini kurang cocok untuk kalangan para kreator konten pemula dan penikmat multimedia.
Sparks
- Desain elegan dengan elemen kekinian
- Panel AMOLED yang lapang 6,67 inci FHD+
- Chipset Unisoc T618 dengan Extented RAM hingga 5GB
Slacks
- Refresh rate layar masih 60Hz
- Layar tidak mendukung sertifikasi Widevine L1
- Kualitas video patah-patah