Di tengah gempuran game open-world dan game kompetitif, menikmati sebuah game yang berfokus pada elemen sinematik merupakan sebuah pengalaman yang terasa unik namun juga memuaskan. Hal tersebut terasa ketika memainkan game bergaya film samurai kuno, Trek to Yomi.
Sejak awal, gaya sinematik ala film samurai kuno atau yang disebut ‘Chanbara’ merupakan daya tarik utama dari Trek to Yomi. Dan developer Flying Wild Hog totalitas dalam memberikan pengalaman tersebut di dalam game-nya.
Sejak awal game pemain akan disajikan dengan visual, cerita, dan semua elemen yang ada dalam film samurai kuno. Namun apakah semua aspek sinematik yang berusaha dihadirkan tersebut malah mempengaruhi pengalaman bermain dalam game ini? Berikut adalah review dari Trek to Yomi.
Tampilan otentik yang jadi jiwa dari game-nya
Seperti yang saya katakan tadi, art style hitam putih ala film samurai kuno ini adalah aspek utama yang menjadi pondasi kuat bagi game ini. Namun bukan hanya sekadar tampilan, developer Flying Wild Hog membangun dunia Trek to Yomi mulai dari karakter, latar, hingga atmosfer dari Jepang dari zaman Edo.
Dunia Trek to Yomi terasa sangat kaya namun juga punya banyak detail terkait dengan kondisi Jepang pada era samurai tersebut. Apalagi tampilannya yang diperkuat dengan filter hitam putih plus berbagai efek tambahan membuat video game ini terasa seperti film kuno yang otentik.
Dalam pergerakan pemain yang terbatas, Flying Wild Hog tetap menunjukkan sebuah dunia yang hidup dan dinamis. Hal tersebut membuat perjalanan pemain selama game akan terus menarik karena banyak kejadian yang akan terjadi di belakang pemain.
Cerita klasik klise yang tetap menarik untuk diikuti
Untuk urusan naratif, developer Flying Wild Hog mencoba seotentik mungkin dengan apa yang ditawarkan pada film-film samurai jaman dahulu. Hasilnya, Trek to Yomi merupakan sebuah penghormatan terhadap kisah heroisme yang selalu diangkat oleh film-film samurai zaman dahulu.
Kisahnya menceritakan petualangan seorang samurai muda bernama Hiroki yang harus ditinggal mati sang mentor. Sejak saat itu Hiroki berikrar untuk terus melindungi desa tempat tinggalnya. Namun hal tersebut menjadi lebih kompleks setelah Hiroki harus menghadapi banyak tragedi dan menuntunnya ke Yomi.
Cerita yang diusung dalam Trek to Yomi sebenarnya merupakan cerita linear yang tidak akan memusingkan para pemain dan bahkan dengan mudah membuat pemain peduli kepada Hiroki dan apa yang harus dia hadapi selama petualangan. Namun, pemain tetap akan memiliki andil besar di akhir-akhir ceritanya nanti.
Mekanisme pertarungan yang mudah dikuasai
Sebagai sebuah game bertema film aksi, pertarungan memang menjadi aktivitas utama yang akan dilakukan oleh para pemain dalam game ini. Trek to Yomi memiliki sistem pertarungan pedang dengan aspek stamina layaknya seri Soulsborne. Sehingga pemain juga tidak dapat asal menyerang agar tidak kelelahan dan menjadi rentan diserang.
Mekanisme kombo dalam Trek to Yomi sebenarnya cukup sederhana karena merupakan kombinasi antara serangan ringan, serangan berat, dan beberapa aksi seperti menghindar dan juga eksekusi dalam pertempuran 2 dimensi. Pemain tidak akan kesulitan untuk mempelajari kombo serangan dalam game ini sehingga tidak akan mengganggu fokus utama para pemain terhadap cerita.
Namun bukan berarti pertarungan dalam game ini akan berjalan monoton, karena musuh yang ada dalam game ini juga memiliki beberapa kategori dengan pola serangannya masing-masing. Sehingga pemain tetap terus berhati-hati dan mengingat bagaimana cara menangani setiap musuh tanpa kehilangan banyak darah.
Game ini juga memiliki pertarungan bos yang cukup menantang dengan keunikan bos masing-masing. Tetap saja, yang terpenting dalam pertarungan melawan bos adalah manajemen stamina dan memelajari pola serangan sang bos guna mencari celah untuk menyerang.
Soundtrack epik yang memperkuat mood game-nya
Dengan kombinasi semua aspek visual dan pertarungan sinematik yang diusung, kurang lengkap rasanya mengikuti petualangan Hiroki ini tanpa alunan musik yang menunjang. Untungnya, alunan musik tradisional Jepang dalam Trek to Yomi memang disesuaikan dengan suasana yang ada di dalam game-nya.
Sama seperti visualnya, musik dalam Trek to Yomi merupakan bentuk penghormatan terhadap musik-musik Jepang kuno. Apalagi soundtrack game-nya didominasi dengan musik yang dibuat menggunakan instrumen-instrumen musik Jepang kuno seperti suling, drum taiko, kokyu, gagaku, dan perkusi lainnya.
Berkat hal tersebut, musik dalam Trek to Yomi juga berperan sebagai pondasi yang akan menuntun para pemain dalam bertindak. Soundtrack yang mengalun juga mengikuti alur cerita dalam game-nya sekaligus peristiwa-peristiwa di dalamnya. Karena semakin ke belakang, soundtrack game-nya juga akan ikut berubah sesuai dengan fase petualangan yang dilalui oleh Hiroki.
Minim konten tambahan di samping cerita utama
Sayangnya, di luar kisah petualangan Hiroki yang sangat menarik untuk diikuti, aksi pertarungan menggunakan katana yang teatrikal, dan juga visual monokromatik yang unik Trek to Yomi menawarkan sedikit sekali konten tambahan yang dapat dinikmati selain gameplay utama game-nya. Apalagi cerita utamanya terbilang cukup pendek yaitu berkisar antara 6-7 jam saja.
Selama bermain, pemain memang bisa sedikit mengeksplorasi dunia yang ada untuk menemukan beberapa item koleksi. Item koleksi ini nantinya akan terkumpul dalam jurnal dan dapat dilihat kembali untuk mengetahui item-item unik apa saja yang telah berhasil didapatkan. Sayangnya, item koleksi ini terasa kurang berharga kecuali pemain memang ingin mendapatkan informasi lebih dari benda-benda dari era Jepang kuno.
Selain itu, setelah berhasil menyelesaikan game-nya pemain akan membuka tingkatan kesulitan baru yang akan memaksa pemain mengulang kisahnya dari awal. Sayangnya, Trek to Yomi tidak memiliki fitur pemilihan cerita bagi mereka yang mungkin ingin memainkan kembali di satu titik spesifik dari game-nya.
Verdict
https://www.youtube.com/watch?v=9JINepuXUFI
Pada akhirnya, Trek to Yomi memang secara penuh hadir sebagai pengalaman aksi sinematik sekaligus penghormatan terhadap film-film kuno samurai Jepang. Publisher Devolver Digital dan developer Flying Wild Hog tidak menahan diri untuk memasukkan semua aspek yang membuat film-film ‘Chanbara’ menjadi ikonik.
Hal tersebut membuat pemain akan merasakan pengalaman petualangan yang menarik sekaligus konsisten di semua aspeknya. Membuat petualangan pemain bersama Hiroki akan terasa sangat cepat ketika pemain telah menguasai sistem pertarungannya yang tidak terlalu rumit.
Minimnya konten tambahan memang sangat disayangkan, namun game seperti Trek to Yomi memang bukan tentang banyaknya waktu yang dihabiskan di dalam game tersebut, namun lebih berfokus kepada kepuasan pemain dalam menikmati semua hal yang ditawarkan dalam game-nya.