Dark
Light

[Review] Mencoba Wireless Headphone dari Sennheiser, PXC 550

6 mins read
January 30, 2018

Era komputasi bergerak yang semakin canggih dan murah juga menuntut perangkat untuk mendengarkan musik yang bisa dibawa ke mana saja tanpa kendala berarti. Mendengarkan lagu lewat smartphone atau alat pemutar lain dengan dukungan file offline atau layanan pemutar musik streaming kini menjadi kegiatan yang lumrah untuk menemani para komuter.

Wireless headphone adalah salah satu perangkat yang bisa menjadi jawaban, meski memang tidak melulu untuk para komuter saat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, perangkat mendengarkan musik jenis ini bisa pula dinikmati sambil duduk di kantor atau di kafe sambil bekerja secara remote. Saya berkesempatan untuk mencoba perangkat headphone wireless dari Sennheiser bernama PXC 550, artikel ini adalah rangkuman singkat dari pengalaman mencoba saya.

Pertama kali bertemu dengan PXC 550 adalah saat saya berkesempatan untuk mencoba headphone (super) premium dari Sennheiser yaitu HE 1. Saat proses menunggu giliran untuk hands-on, Sennheiser menyediakan beberapa headphone terbaru mereka untuk dicoba, salah satunya adalah PXC 550. Kesan pertama yang saya dapatkan memang cukup menggoda, sampai akhirnya kesampaian juga untuk mencoba lebih lama secara lebih intens.

Desain

Sennheiser PXC 550

Dari sisi desain, sebenarnya tampilan dari luar PXC 550 ini cukup minimalis, hanya ada dua elemen warna utama yang dihadirkan, abu-abu (perak) dan hitam. Hitam menjadi warna dominan dengan elemen perak yang cukup tepat ditempatkan di area earcup bagian luar, meski bagi saya agak mengganggu ketika ditempatkan di gagang headphone.

Secara keseluruhan, untuk sebuah headphone wireless dengan harga yang tidak terlalu murah, bagi saya, kesan minimalis adalah langkah yang tepat untuk dihadirkan.

Untuk body sendiri terdiri dari elemen plastik, sedikit elemen metal dan plastik dengan efek mate serta bahan serupa kulit untuk earpad serta gagang penahan di kepala. Kombinasi bahan ini menurut saya cukup baik meski, lagi-lagi desain gagang headphone bagian pinggir, yang terdapat logo Sennheiser, elemen metalnya membuat desain agak jadul dan kurang keren. Namun secara keseluruhan cukup baik tampilan desainnya. Favorit saya adalah bagian earcup luar.

Fitur

Premis headphone nirkabel tentu saja fitur utama PXC 550 adalah kemampuannya terkoneksi secara bluetooth atau NFC sehingga tidak memerlukan kabel. Selain itu, fitur sentuh di bagian kanan luar dari earcup, menurut saya adalah fitur unggulan yang layak untuk dibahas. Satu lagi, adalah noise cancelling yang tersedia dalam beberapa level memungkinkan pengguna untuk menikmati secara penuh lagu atau suara yang didengarkan tanpa terganggu suara dari luar.

Sennheiser PXC 550

Dalam boks, pengguna tidak hanya mendapatkan headphone tetapi berapa fasilitas lain, antara lain aksesoris kabel jika Anda menginginkan PXC 550 menjadi tidak wireless (PXC 550 menyediakan dua pilihan penggunaan, tanpa kabel dan dengan kabel audio), kabel USB, konektor untuk di pesawat, dan aksesoris penting berupa case untuk menyimpan dan membawa headphone saat traveling.

Pengalaman Mendengarkan

Lebih lengkap dengan beberapa fitur unggulan di headphone ini akan saya bahas bersamaan dengan pengalaman penggunaan.

Sennheiser PXC 550

Proses pairing adalah hal pertama yang bisa dibahas. Perangkat ini memungkinkan penggunanya untuk menyimpan beberapa koneksi perangkat. Jadi akan lebih mudah untuk mem-pair-kan perangkat yang sering digunakan untuk memutar musik. Meski demikian, jika ingin mengganti atau menambah perangkat baru maka prosesnya agak sedikit lama karena harus mereset koneksi yang telah Anda miliki. Tapi, pengalamannya relatif mudah, Anda hanya perlu menekan tombol bluetooth agak lebih lama dan mulai menkoneksikan perangkat yang ingin digunakan.

Saya mencona mengkoneksikan (pairing) Sennheiser PXC 550 dengan dua perangkat, smartphone untuk menonton video dan film via Netflix dan iPod Touch untuk mendengarkan Spotify. Cukup menyenangkan ketika saya telah menyimpan koneksi dua perangkat ini, perangkat mana pun yang saya ambil atau gunakan untuk memutar konten, maka PXC 550 sudah bisa mengenali dan bisa langsung digunakan. Tidak perlu lagi pairing, cukup menyalakan perangkat dan koneksi bluetooth-nya. Cukup memudahkan saat ingin segera mendengarkan lagu atau menonton video.

Untuk menyalakan dan mematikan headphone ini juga cukup mudah. Memutar bagian earcup headphone yang terdapat pad sentuh dalam posisi untuk mendengarkan audio berarti menyalakan headphone dan memutarnya dalam posisi ‘tidur’ berarti mematikan headphone.

Sennheiser PXC 550

Untuk pengalaman yang berhubungan dengan suara, saya berpendapat bahwa Sennheiser PXC 550 ini semacam jalan pintas untuk average consumer yang bukan audiophile tapi mulai ingin mendengarkan musik dengan baik dan benar. Kombimasi bass, mid dan high-nya semacam seimbang untuk menghasilkan suara yang bagus. Bass tetap terasa, di beberapa lagu saya malah sempat kaget karena suara drum bass-nya begitu kerasa, sisi vokal juga baik untuk aktivitas mendengarkan lagu saat mobile. Selain itu sound stage-nya juga menyenangkan dan memberikan hasil suara yang nyaman untuk berbagai jenis lagu.

Pengaturan mode setting suara yang ada di headphone ini juga memberi pilihan tambahan, termasuk untuk menonton film di perjalanan. Ada beberapa mode pengaturan suara secara mudah yang bisa digunakan, dua diantaranya adalah untuk movie dan untuk voice. Yang pertama adalah pengaturan yang disediakan bagi pengguna yang ingin menonton film menggunakan PXC 550, sedangkan yang kedua adalah pengaturan headphone untuk melakukan panggilan telepon atau mendengarkan konten yang fokus terhadap suara seperti podcast atau rekaman pidato/seminar.

Satu pengalaman yang sangat menyenangkan saya alami ketika menggunakan mode movie. Saya menggunakan Netflix dan sesekali mengaksesnya saat traveling untuk menonton serial favorit saya. Suara surround dan bass terasa cukup menyenangkan dan menambah seru saat menonton film seri. Saya mencoba untuk menonton film aksi atau yang menghasilkan suara riuh, terasa layaknya menonton bioskop tetapi secara private karena hanya  saya yang mendengar suaranya. Untuk film drama yang lebih banyak menghadirkan percakapan, headphone ini juga cukup baik untuk menawarkan pengalaman menonton yang lengkap.

Sennheiser PXC 550

Untuk menguji kadar kekedapan suara yang ditawarkan oleh PXC 550, saya mencona melakukan uji sederhana dua kali. Sebagai informasi, PXC 550 ini memberikan 3 pilihan pengaturan kekedapan suara yang bisa disesuaikan dengan preferensi.

Untuk uji yang pertama, saya mencoba menggunakan pengaturan yang paling kedap dan memakai headphone di tempat umum, lebih tepatnya cafe di sebuah mall Jakarta. Saat saya mencoba, sedang ada acara semacam bazzar di samping cafe yang saya datangi. Suara acara yang cukup keras ini ternyata bisa teredam cukup baik, saya bisa mendengarkan dan menikmati lagu yang diputar di headphone tanpa terganggu. Meski suara dari acara tetap terdengar tetapi cukup kecil dan tidak mengganggu.

Percobaan kedua saya lakukan saat dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandung menggunakan kereta api. Mendengarkan lagu di kereta api terkadang bercampur dengan suara ramai dari penumpang lain, atau lagu/film yang diputar di kereta. Dengan pengaturan kedap paling tinggi, PXC 550 mampu meredam berbagai suara ini sehingga saya bisa menikmati lagu atau konten yang saya inginkan dengan baik. Meski demikian, saya akui bahwa mendengarkan audio dengan mode kedap paling tinggi di headphone ini dalam waktu yang cukup lama, bisa membuat agak tidak nyaman karena setelah Anda melepas headphone, kuping Anda akan terasa tertutup selama beberapa saat, dan butuh penyesuaian sebentar.

Sennheiser PXC 550

Saran saya, jika ingin menggunakan mode paling kedap dalam waktu cukup lama, sesekali lepas headphone sebentar sebelum menggunakannya lagi. Atau Anda bisa menggunakan mode kedap tingkat yang lebih rendah, ada dua mode kedap yang bisa dipilih, meski tidak bisa menutup suara luar secara total, namun cukup untuk mengurangi dan bisa memberikan fasilitas yang baik untuk mendengarkan lagu/audio yang sedang diputar.

Untuk pemakaian yang lama, selain yang berhubungan dengan kedap suara di atas, saya juga menemukan bahwa ketika mendengarkan di udara yang agak panas atau pengap, earpad agak basah oleh keringat, meski masih dalam taraf wajar dan tidak mengganggu.

Untuk urusan navigasi menu, PXC 550 ini juga memiliki beberapa kelebihan. Bagian sentuh di earcup cukup sensitif dan berjalan dengan baik, misalnya ketika rekan sebelah Anda mengajak berbincang, Anda bisa dengan mudah men-tap untuk pause musik. Atau ketika suasana di sekitar cukup ramai, Anda bisa menggeser untuk menaikkan menu volume.

Sennheiser PXC 550 ini menggunakan sistem baterai yang bisa di-charge. Pada spesifikasi kotaknya, disebutkan bahwa dalam kondisi penuh, bisa digunakan dalam jangka waktu 30 jam lebih. Sayangnya, saya tidak sempat menguji secara detail untuk urusan baterai ini. Pengalaman yang bisa diceritakan adalah, sekali charge penuh yang saya lakukan, mampu menemani penggunaan normal saat traveling (pulang pergi ke Jakarta – Bandung dengan kereta api), serta penggunaan singkat di beberapa kesempatan. Headphone masih bisa digunakan serta belum memberikan tanda harus di-charge kembali, namun jika ditotal, waktunya saya kira tidak akan sampai 30 jam non-stop.

Kesimpulan

Sennheiser PXC 550

Sennheiser PXC 550 adalah salah satu headphone ternyaman yang pernah saya coba, bukan hanya dari desain pad-nya saja tetapi dari suara yang dihadirkannya. Bisa jadi headphone ini tidak menghadirkan pengalaman suara sedetail atau sebaik headphone Sennheiser kelas atas yang juga pernah saya coba, namun saya merasakan kenyamanan yang unik saat menikmati audio dari headphone ini. Kombinasinya pas antara berbagai elemen suara, tidak berlebih tetapi tidak kurang. Comfort.

Akses sentuh di salah satu earcup memang terkadang membuat saya agak sedikit merasa aneh, terutama jika mengakses menu ini di tempat umum, tetapi jika sudah terbiasa maka akan cukup membantu. Desain earcup bagian luar cukup minimalis, dipadu dengan pad yang nyaman.

Salah satu hal yang saya ingat dari mencoba headphone ini adalah pengalaman saat menikmati film seri via Netflix. Saya mendapatkan pengalaman yang sangat menyenangkan karena bisa merasakan pengalaman cukup kaya dari sisi audio

Worth to buy? Persaingan di segmen wireless headphone memang semakin sengit dan rata-rata harganya masih bisa dibilang cukup tinggi. Jika Anda memiliki dana yang cukup dan ingin menikmati berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh wireless headphone, Sennheiser PXC 550 bisa jadi salah satu pilihan yang patut dipertimbangkan.

Update: Harga Sennheiser PXC 550 di salah satu ecommerce lokal adalah 6.839.000 (belum diskon).

Sparks

  • Ada banyak pilihan menu noise cancelling
  • Menyenangkan untuk digunakan menonton film
  • Noise cancelling done well
  • Nyaman, baik suara maupun earpad
  • Fitur sentuh di earcup

Slacks

  • Elemen metal di desain bagian gagang headphone cukup aneh
  • Warna hitam mate menjadi rumah untuk bekas sentuhan jari
  • Harga cukup mahal
Previous Story

Didesain Oleh Ahli Medis, Keyboard X-Bows Pastikan Pengalaman Gaming dan Mengetik Jadi Lebih Nyaman

Next Story

Belajar dari Cara Facebook Menjaga Karyawannya

Latest from Blog

Don't Miss

Review Tecno Spark 30C, Dibawah Rp1,5 Juta Fiturnya Bikin Kaget

Review Tecno Spark 30C, Dibawah Rp1,5 Juta Fiturnya Bikin Kaget

Dibanding beberapa tahun yang lalu, smartphone entry-level terbaru dengan harga
Review Logitech G915 X Lightspeed TKL

Review Keyboard Logitech G915 X Lightspeed TKL, Desain Keren Fitur Lengkap

Anda penggemar perangkat keyboard Logitech plus Anda juga adalah pengguna