Dark
Light

Review Dislyte: Game Gacha yang Gabungkan Musik dan Mitologi

4 mins read
June 5, 2022
Dislyte adalah game gacha baru dari Lilith Games.

Kemungkinan besar, Anda sering lihat iklannya di sosmed. Namun, bagaimanakah sebenarnya pengalaman bermain yang ditawarkannya? Inilah review Dislyte.

Dislyte resmi diluncurkan secara global pada Mei 2022 lalu. Ia adalah game terbaru dari Lilith Games, developer Tiongkok yang dikenal sebagai kreator dari dari AFK Arena dan Rise of Kingdoms: Lost Crusade. Memiliki genre pop-fantasy RPG, Dislyte mengambil setting lokasi di perkotaan fiksi, dengan setting waktu pada 2077. Dislyte bisa dimainkan di Android, iOS, dan Windows.

Saya mencoba untuk memainkan Dislyte di Android. Berikut pengalaman saya.

Review Dislyte

Grafik

Sekarang, performa perangkat mobile memang semakin mumpuni. Jadi, tidak heran jika grafik mobile game pun menjadi semakin ciamik. Jika dulu mobile game hanya bisa menampilkan grafik piksel atau 2D, sekarang, mobile game sudah bisa menampilkan grafik 3D. Dalam Dislyte, Lilith Games dapat menggabungkan grafik 3D dan 2D dengan baik. Setiap karakter dalam game — yang disebut Esper — direpresentasikan dalam kartu dengan gambar 2D. Begitu juga dengan cutscenes dalam game. Namun, begitu Anda masuk ke dalam battle, karakter akan ditampilkan dalam grafik 3D.

Kebanyakan game fantasi mengambil setting waktu di era medieval, dengan dunia yang penuh magic, tapi low tech. Alhasil, banyak karakter dalam game fantasi yang masih mengenakan jubah atau armor. Lain halnya dengan Dislyte. Mengambil setting waktu di tahun 2077, Dislyte menampilkan dunia yang cukup futuristik, tapi masih dipenuhi dengan hal-hal yang bisa kita temukan di dunia nyata sekarang. Dan desain dari karakter-karakter dalam game mencerminkan hal itu.

Tiga karakter di Dislyte.

Selain itu, setiap karakter biasanya memiliki desain atau serangan yang mencerminkan dewa/dewi yang kekuatannya dia dapatkan. Sebagai contoh, Mona mendapatkan kekuatan dari Artemis. Karena itu, senjata yang dia bawa merupakan busur dan panah. Sementara Brynn sang tokoh utama memiliki kekuatan dari Valkryie. Dan hal ini bisa terlihat dari sepasang sayap yang tumbuh di punggungnya.

Sejujurnya, art style dari Dislyte bukan favorit saya. Tapi, tidak bisa dipungkiri, karakter-karakter dengan desain modern membuat Dislyte tampil unik jika dibandingkan dengan game-game fantasi yang biasanya menampilkan karakter dengan kelas mage atau knight. Dan fakta bahwa Dislyte telah diunduh sebanyak lebih dari satu juta kali di Play Store saja merupakan bukti bahwa ada banyak orang yang suka dengan art style yang digunakan di Dislyte.

Premis dan Cerita

Dislyte punya premis yang menarik. Di masa depan, mendadak muncul “Miracles”, yang membuat sejumlah orang mendapatkan kekuatan super. Mereka lalu lalu disebut sebagai Espers. Kekuatan yang setiap orang dapatkan berbeda-beda, tapi kekuatan itu selalu didasarkan pada dewa dan dewi dari berbagai mitologi di dunia: Tiongkok, Mesir, Eropa, dan Yunani. Hanya saja, keberadaan Miracles juga membawa masalah, yaitu kemunculan Miramon, yang menjadi musuh bagi manusia. Seolah hal itu tidak cukup buruk, para Espers juga terpecah-pecah ke dalam beberapa kubu dan sibuk bertarung dengan satu sama lain.

Sayangnya, saya merasa, eksekusi cerita utama dari Dislyte kurang memuaskan. Sejak awal, muncul narasi si baik — aka kubu sang tokoh utama — dan si jahat. Memang, Lilith juga mencoba untuk membahas topik yang relevan dengan dunia nyata. Misalnya, salah satu kelompok “penjahat” di Dislyte merupakan sekelompok pengungsi yang melarikan diri dari kota mereka karena kota itu  telah hancur. Tapi, lagi-lagi, masalah ada di eksekusi, yang terkesan terburu-buru. Tidak heran, mengingat cerita tersebut dikemas dalam satu chapter.

Selain masalah cerita yang terasa kurang berbobot, masalah lainnya adalah pada karakterisasi dari setiap karakter. Memang, setiap karakter punya desain dan kekuatan yang unik. Sayangnya, tidak banyak hal yang diceritakan tentang setiap karakter. Misalnya, di Dislyte, Drew adalah seorang Esper yang mendapatkan kekuatan Anubis. Dia memiliki tubuh layaknya manusia, tapi memiliki kepala anjing. Sayangnya, tidak dijelaskan apa yang membuat tampilannya berubah atau alasan dia bergabung dengan Espers Union.

Ayolah Lilith Games, Devsisters saja memberikan lebih banyak informasi tentang karakter-karakter yang muncul di Cookie Run: Kingdom. Padahal, karakter-karakter di game itu adalah cookies.

Drew yang punya kekuatan Anubis.

Tapi mungkin, Lilith Games tidak salah. Mungkin, yang salah justru saya, yang berharap akan menemukan cerita yang berbobot di game gacha. Bahkan di Genshin Impact sekali pun, cerita yang disajikan tidak selalu menarik. Karena, biasanya, cerita dalam game akan fokus pada karakter yang sedang “dijual”, alias tampil di banner.

Gameplay

Jika Anda memainkan Dislyte di smartphone, Anda bisa memainkannya dengan posisi vertikal. Saat battle, Anda bisa memilih hingga lima karakter untuk menjadi tim Anda. Setelah itu, Anda bisa menentukan formasi dari setiap karakter: apakah dia akan maju di depan atau berdiri di belakang. Hal lain yang harus Anda perhatikan adalah posisi kapten. Beberapa karakter di Dislyte memiliki buff khusus ketika mereka menjadi kapten. Sebagai contoh, jika Andam menggunakan Mona sebagai kapten, dia akan memberikan Attack +24% pada semua anggota tim.

Di Dislyte, Anda tidak perlu pusing soal senjata yang digunakan oleh para karakter. Sebagai gantinya, Anda harus mempertimbangkan Relics untuk setiap karakter. Anda bisa memasang hingga enam Relics pada setiap Esper. Masing-masing Relic akan memberikan buff tersendiri. Ada Relic yang berfungsi untuk meningkatkan attack, ada yang menaikkan HP atau defense. Dan jika Anda mengenakan sepaket Relics yang sama, Anda akan mendapatkan ekstra buff. Sebagai contoh, empat War Machine Set akan memberikan Attack +30% pada karakter yang menggunakan Relics tersebut.

Gameplay dari Dislyte.

Cara lain untuk meningkatkan performa seorang Esper adalah melalui Resonance. Di Dislyte, untuk mendapatkan karakter baru, Anda harus menggunakan gacha. Namun, Anda tidak selalu mendapatkan karakter baru. Terkadang, Anda akan mendapatkan kartu dari karakter yang sudah Anda miliki. Misalnya, saat bermain Dislyte, saya mendapatkan dua kartu Drew, walau saya sudah memiliki karakter tersebut. Jadi, daripada membiarkan dua kartu itu berdebu, saya bisa menggunakannya untuk menaikkan Resonance Star Rating dari Drew. Dengan begitu, saya bisa mendapatkan empat poin yang bisa saya alokasikan untuk meningkatkan attack, HP, atau defense.

Dalam Dislyte, Lilith menggunakan battle system turn-based. Saya merasa, battle system dari Dislyte cukup standar. Anda tinggal menunggu giliran karakter Anda dan memilih skills yang akan Anda gunakan. Dislyte juga menerapkan sistem elemen. Jadi, ada empat elemen di dunia Dislyte: Shimmer, Wind, Flow, dan Inferno. Kecuali Shimmer, yang bersifat netral, ketiga elemen lainnya punya kekuatan dan kelemahan. Flow akan mengalahkan Inferno, yang mengalahkan Wind, yang mengalahkan Flow. Hal itu berarti, Anda bisa menyerang musuh yang memiliki elemen yang lemah pada elemen karakter Anda demi mendapatkan damage ekstra.

Namun, ada beberapa skills di Dislyte yang cukup unik. Misalnya, skill Death’s Judgement milik Drew. Jika dia membunuh musuh saat menggunakan skill itu, dia akan menyerang musuh lain secara otomatis. Sementara skill Joke of Aether milik Q, yang mendapatkan kekuatan dari Eros, bisa menghubungkan dua musuh yang berbeda. Dengan begitu, ketika Anda menyerang satu musuh, musuh lainnya juga akan mendapatkan damage.

Kesimpulan

Dislyte terasa seperti game gacha standar. Anda punya energi yang bisa Anda habiskan untuk menyelesaikan misi utama atau misi sampingan. Tujuan utama Anda — selain menyelesaikan cerita utama yang rasanya B saja — adalah untuk mengumpulkan resources, seperti Relics atau Experimon yang berfungsi untuk menaikkan level karakter. Oh, dan tidak lupa, Anda juga harus mengumpulkan Gold Record, yang bisa Anda gunakan untuk mencoba peruntungan Anda di gacha.

Setiap karakter memiliki kekuatan dari dewa-dewi mitologi adalah konsep yang menarik. Saya merasa penasaran dengan interpretasi Lilith Games akan kekuatan dari dewa/dewi tertentu. Sayangnya, cerita yang sangat hambar membuat saya enggan untuk melanjutkan memainkan game ini.

Previous Story

Game Simulasi Kucing di Dunia Cyberpunk, Stray, Dapatkan Tanggal Rilis Juli Ini

pertama OPPO A96
Next Story

Cara Buat Perangkat OPPO A96 Jadi Lebih Seru

Latest from Blog

Don't Miss

Perbandingan Xiaomi 14T dan Xiaomi 14T Pro

Jangan Salah Pilih, Ini Perbandingan Xiaomi 14T dan Xiaomi 14T Pro Terbaru dengan Kamera Leica

Xiaomi Indonesia kembali mencuri perhatian para penggemar fotografi mobile dengan
Di-Bawah-3-Juta,-Pilih-Tecno-Pova-6-Atau-Xiaomi-Redmi-Note-13-5G

Di Bawah 3 Juta, Pilih Tecno Pova 6 Atau Xiaomi Redmi Note 13 5G?

Bingung memilih smartphone baru karena budget terbatas? Jangan khawatir, karena