Dark
Light

[Review Game] Contra: Return – Nostalgia Nyaris Sempurna

8 mins read
October 19, 2018
Contra: Return

Ketika Garena mengumumkan perilisan Contra: Return, saya sangsi game ini dapat menyuguhkan hiburan yang menarik. Biasanya judul game yang diboyong dari console ke mobile pasti mengalami penurunan di suatu aspek. Entah dari cerita yang jadi tidak seru, grinding dan pay-to-win berlebihan, atau dalam kasus game setipe Contra, sistem kontrol yang tidak nyaman. Apalagi beredar kabar bahwa Contra: Return akan menambahkan unsur PvP, semakin ragu saja saya dibuatnya.

Ternyata, setelah melihat video-video gameplay yang beredar menjelang perilisannya, pandangan saya langsung berubah. Contra: Return terlihat sangat menjanjikan, terutama karena Tencent benar-benar serius menciptakan ulang gameplay Contra di NES dulu. Tentu saja ditambah berbagai pembaharuan yang membuatnya tampil prima di era modern.

Seri Contra adalah salah satu seri favorit saya di masa kecil. Apakah Contra: Return berhasil membawa saya bernostalgia? Dan bagaimana daya tarik game ini terhadap gamer generasi baru yang tidak mengenal seri Contra klasik? Simak ulasannya di bawah.

Contra: Return | Screenshot 1
Simpel tapi seru, klasik tapi modern

Kala nostalgia menggoda

Menyebut Contra sebagai judul nostalgia sebenarnya agak kurang tepat. Pasalnya, seri Contra selama ini tidak pernah mati. Setelah versi NES dirilis pada tahun 1988, judul-judul Contra selalu muncul di platform terbaru sesuai perkembangan zaman. Seri game ciptaan Konami ini pernah menyambangi console SNES, Mega Drive, GBA, PS1, PS2, NDS, bahkan PS3 dan Xbox 360. Hanya era PS4/Xbox One/Switch yang belum kebagian.

Meski demikian, judul-judul Contra selepas era NES memang kurang dikenal, terutama di Indonesia. Untuk genre “run and gun” seperti ini, popularitas Contra kalah oleh seri lain yang lebih mainstream, misalnya Gunstar Heroes atau Metal Slug. Mungkin banyak gamer tanah air yang tidak pernah memainkan judul-judul Contra baru tersebut, jadi strategi Tencent dan Garena untuk fokus pada nostalgia memang cocok untuk pasar Indonesia.

Faktor nostalgia ini kemudian juga berdampak positif pada gameplay inti dalam Contra: Return. Ingat, Contra pertama di era NES adalah sebuah game yang sangat simpel. Sistem kontrolnya hanya menggunakan tombol arah dan dua tombol aksi, satu untuk lompat dan satu untuk menembak. Sangat mudah dipelajari, bahkan oleh anak-anak.

Contra: Return | Screenshot 2
Contra: Return penuh bos musuh yang cukup spektakuler

Tencent menerapkan gameplay simpel yang sama dalam Contra: Return. Tampilan visualnya boleh modern, tapi Contra: Return tetap terasa seperti game dari era NES, di mana semuanya begitu mudah dimengerti namun tetap memberi tantangan seru. Penerapan kontrol sederhana ini cocok dan nyaman sekali untuk smartphone yang terbatas pada layar sentuh.

Saya yakin, bila game ini memiliki mekanisme gameplay a la Contra modern (ada gerakan dash, roll, slide, dan sebagainya) hasilnya malah akan merepotkan. Bukannya asik bertarung melawan musuh, kita justru dibuat sibuk “bertarung” melawan sistem kontrol yang ruwet. Untungnya Contra: Return tidak demikian. Game ini bisa dinikmati semua orang, bahkan mereka yang tak pernah menyentuh seri Contra sama sekali.

Bukan Contra biasa

Contra: Return memiliki beberapa tambahan fitur gameplay yang tidak ada di Contra orisinal. Misalnya kemampuan untuk membawa dua senjata sekaligus, serta adanya berbagai skill unik untuk tiap hero. Selain skill bawaan hero, Anda juga bisa mendapatkan skill dari sumber lain. Misalnya dengan membawa Super Weapon, atau menanamkan Soul (bagian tubuh monster) ke senjata Anda. Kombinasi senjata, hero, dan skill yang tepat adalah penting untuk menjadi prajurit terkuat di medan perang.

Contra: Return | Screenshot 3
Adegan sinematik keren memamerkan kualitas visual Contra: Return

Ketika seluruh skill sudah Anda lengkapi, layar Anda akan menjadi lebih penuh karena banyaknya ikon-ikon skill. Namun itu tidak membuat Contra: Return jadi terasa rumit, karena pada dasarnya mengeluarkan skill itu sama saja dengan menembak biasa. Cukup tekan satu tombol, hanya jenis serangannya yang berbeda.

Contra: Return juga menerapkan sistem aim assist yang sangat nyaman digunakan. Seperti bermain Mobile Legends atau Arena of Valor, serangan Anda otomatis akan mengarah ke musuh tertentu sesuai pilihan Anda. Anda juga dapat mengatur aim assist agar selalu mengincar musuh terdekat, terlemah, atau malah mematikannya sama sekali.

Variasi hero yang ada memang tidak sebanyak dua game MOBA yang saya sebut di atas, namun tiap hero di Contra: Return benar-benar dirancang unik. Strategi memainkan Sheena yang bersenjata meriam laser, akan jauh berbeda dengan Fang si manusia serigala yang ahli pertarungan jarak dekat. Bila Anda suka main frontal a la Rambo, Bill dengan roketnya adalah pilihan lebih baik. Catelyn si sniper dapat membekukan lawan, sangat berbahaya dalam PvP. Dan masih banyak lagi variasi lainnya.

Contra: Return | Screenshot 4
Koleksi pistol-pistolan virtual

Pemilihan senjata juga berpengaruh terhadap gaya permainan Anda, dan Contra: Return memiliki berpuluh-puluh jenis senjata untuk dikoleksi. Anda bisa mendapatkan senjata baru dengan cara mengumpulkan Weapon Fragment dari berbagai misi. Pengumpulan Weapon Fragment dan senjata inilah yang merupakan daya tarik utama Contra: Return. Berhasil mendapatkan senjata baru setelah susah payah grinding rasanya sangat memuaskan, apalagi bila senjata itu sangat cocok dengan hero favorit Anda.

Kerja keras bagai kuda

Bicara soal fitur, bila semua fitur dibahas di sini rasanya seperti tak akan ada habisnya. Contra: Return memiliki variasi mode permainan yang luar biasa banyak, juga memiliki segudang fitur yang dijamin tidak akan membuat Anda kehabisan hal untuk dikerjakan.

Karakter-karakter hero di Contra: Return dapat Anda upgrade untuk memperkuat skill mereka. Setiap senjata pun bisa Anda upgrade agar damage yang dihasilkan meningkat. Tapi selain upgrade, senjata juga memiliki fitur Enhance, Evolve, dan Mod, yang masing-masing akan memberi efek berbeda. Evolve merupakan fitur terpenting, sebab Evolve dapat memunculkan Mod (skill pasif) baru serta mengubah wujud peluru yang Anda tembakkan. Tentu saja, Evolve juga merupakan tipe upgrade yang materialnya paling susah dicari.

Contra: Return | Screenshot 5
Semua bisa di-upgrade

Ini masih belum semua. Tadi saya sempat menyinggung soal Super Weapon, senjata pamungkas yang hanya bisa digunakan sekali di setiap stage. Super Weapon juga dapat Anda upgrade. Bagaimana dengan Soul, yang bisa dipasangkan ke senjata agar muncul skill baru? Ya, Soul juga bisa Anda upgrade.

Anda dapat melengkapi hero dengan Equipment, seperti baju pelindung, sepatu, helm, dan sebagainya. Tentu saja, setiap Equipment pun bisa di-upgrade. Masih ada lagi fitur Pet, di mana Anda dapat membawa partner hewan tertentu untuk membantu pertarungan. Bisa Anda tebak, Pet pun bisa di-upgrade. Upgrade, upgradeupgrade!

Sekilas lihat fitur-fitur di atas bisa membuat kita kewalahan. Tapi setelah paham sistemnya, aktivitas grinding mengumpulkan material-material untuk upgrade akan terasa lebih asik dan santai. Setiap mode permainan menghasilkan imbalan berbeda-beda, jadi Anda cukup fokus pada mode sesuai material yang Anda incar saja.

Contra: Return | Screenshot 6
Musuh-musuh klasik seri Contra, lebih garang dari sebelumnya

Bila Anda sudah menyelesaikan suatu stage dengan baik, Contra: Return menyediakan fitur Raid untuk mengulang misi itu tanpa Anda harus memainkannya sendiri. Berbeda dari RPG mobile yang biasanya hanya menyediakan fitur auto battle, Raid di Contra: Return benar-benar langsung memberikan Anda imbalan tanpa bermain sama sekali. Jadi Anda tak perlu mengulang-ulang stage sampai bosan. Bila butuh material tertentu dari suatu stage, tinggal Raid saja. Kemudian Anda bisa fokus ke mode-mode lain yang lebih menantang.

Saat waktu memisahkan

Mengoleksi senjata dan hero dalam Contra: Return saya akui memang sangat asik. Tapi di sinilah muncul masalah yang mungkin merupakan satu-satunya komplain saya di seluruh game. Yaitu, terlalu banyaknya event yang dibatasi oleh waktu.

Memang event terbatas adalah hal yang lumrah di game online. Tapi untuk game kompetitif, biasanya imbalan yang diberikan tidak berpengaruh besar pada gameplay. Misalnya kostum hero, atau kesempatan mendapatkan hero tertentu secara gratis. Bila event itu kita lewatkan, hero yang kita incar tetap bisa didapatkan lewat grinding.

Contra: Return | Screenshot 7
Butuh merogoh kocek juga sesekali

Contra: Return tidak demikian. Beberapa hero memang bisa diperoleh secara gratis, tapi hero-hero peringkat S yang keren harus didapat dengan cara membeli atau mengikuti event terbatas. Begitu pula dengan senjata. Weapon Fragment yang diperlukan untuk mendapatkan senjata-senjata langka hanya tersedia dalam waktu terbatas.

Contra: Return seolah berambisi untuk menjadi game nomor satu di smartphone kita. Kebutuhan grinding yang tinggi, ditambah berbagai event terbatas, akan membuat kita merasa ketinggalan bila tidak rajin main setiap hari. Sah-sah saja sih berambisi demikian, tapi menurut saya itu melenceng dari sifat utama game bertipe run and gun seharusnya: hiburan ringan.

Saya memainkan Contra, Metal Slug, atau Gunstar Heroes bila butuh permainan sederhana yang seru, santai, dan bisa dinikmati bersama teman. Kalau ingin bermain lebih serius dan menghabiskan banyak waktu, saya akan beralih ke RPG atau MOBA saja. Dengan berusaha menjadi game yang lebih serius dari seharusnya, Contra: Return sedikit merusak kesenangan tersebut. Setidaknya itu yang saya rasakan.

Contra: Return | Screenshot 8
Serasa menonton film Arnold Schwarzenegger

Serdadu jalanan

Satu aspek dari Contra: Return yang tak boleh kita lupakan adalah multiplayer. Menurut saya, multiplayer di game ini setengah berhasil, namun juga setengah gagal. Berhasil di sisi mode kooperatif, sementara untuk mode kompetitifnya masih terasa kurang maksimal.

Mode kooperatif Contra: Return yang disebut Duo Mode menurut saya adalah ide brilian. Ini merupakan modernisasi atau evolusi dari multiplayer zaman dulu, di mana dua orang pemain bekerja sama untuk menaklukkan stage yang seru. Bedanya, sekarang kita bisa melakukannya tanpa bertemu langsung, cukup lewat koneksi intenet yang dilengkapi voice chat.

Berkali-kali saya memainkan Duo Mode, baik bersama teman ataupun orang asing, dan saya selalu menikmatinya. Apalagi karena setiap pemain memiliki gaya dan build berbeda-beda, Duo Mode juga bisa jadi tempat mencari ide build untuk ditiru. Cara untuk “mabar” juga sangat simpel. Kita dapat menciptakan room publik, mengundang teman yang kita kenal, atau masuk ke Solo Queue dan menunggu dipasangkan dengan pemain lain secara acak.

Contra: Return | Screenshot 9
Berdua, dobel asyiknya

Sebaliknya, mode PvP di game ini justru terasa seperti ide setengah matang. Tersedia mode satu lawan satu serta mode keroyokan, dan sejujurnya ketika pertama kali mencoba keduanya terasa cukup seru. Tapi keseruan itu dengan cepat berubah jadi membosankan karena pertarungan terasa begitu repetitif.

Berbeda dari PvP di genre MOBA atau RPG yang butuh strategi, PvP di Contra: Return lebih rusuh, cepat, dan kacau. Karena semua orang memiliki aim assist, layar akan senantiasa penuh dengan hujan peluru, memaksa kita untuk berlarian ke sana kemari sambil sedikit panik.

Selain itu semua hero punya kecepatan jalan yang kurang lebih sama, dan permainan berjalan di arena 2D. Agak sulit menciptakan permainan taktis bila jarak antara kita dan musuh terasa seperti tak pernah berubah. Memang ada hero-hero yang punya skill dengan efek mobilitas, misalnya Han Feng. Namun tetap saja rasanya rusuh sebab tempo permainan sangat cepat.

Contra: Return | Screenshot 10
Tidak mau kalah dari Metal Gear Solid V

Mungkin di level profesional, PvP dalam Contra: Return bisa jadi lebih seru. Tapi saya tidak berharap banyak. Saya pribadi akan lebih senang bila Tencent dan Garena lebih fokus meningkatkan sisi kooperatif saja, karena itulah aspek seri Contra yang telah menghasilkan banyak kenangan.

Hiburan yang ceria untuk hari yang sepi

Secara keseluruhan, Contra: Return merupakan game dengan kualitas sangat baik. Tampilan visualnya sangat keren, lagu-lagu remix dari seri Contra lawas dengan aransemen rock juga selalu membangkitkan semangat. Cukup mengejutkan, game ini juga memiliki cerita yang cukup panjang dan dilengkapi dengan sulih suara serta adegan-adegan sinematik sesekali.

Sayangnya, game ini gagal menjadi nostalgia yang sempurna akibat terlalu berusaha menjadi sesuatu yang tak seharusnya. Mungkin Tencent ingin Contra: Return jadi judul esports besar di masa depan, sehingga mereka menambahkan unsur-unsur PvP dalam game ini. Tapi menurut saya genre run and gun lebih cocok untuk hura-hura saja ketimbang jadi ajang adu kemampuan. Meski demikian kemauan Tencent untuk berinovasi patut diapresiasi, walaupun masih belum 100% tepat sasaran.

Contra: Return | Screenshot 11
Mode paling susah, sudah masuk kategori “Nintendo Hard”

Bila kita abaikan sisi kompetitifnya, Contra: Return adalah hiburan sempurna ketika Anda butuh pengisi waktu luang yang bisa dinikmati kapan saja. Satu hal saja harapan saya, mudah-mudahan cara untuk mendapatkan hero bisa dibuat lebih mudah. Sebab saya ingin bisa menikmati game ini dengan cara dan gaya saya sendiri.

Sparks:

  • Kualitas visual sangat keren, baik model 3D maupun artwork para karakter
  • Remix lagu-lagu Contra lawas selalu berhasil membangkitkan semangat
  • Sistem kontrol yang sangat simpel, persis Contra era NES
  • Puluhan senjata menarik dengan variasi serangan yang sangat luas
  • Koleksi senjata tidak terlalu bergantung pada keberuntungan
  • Upgrade, upgradeupgrade, selalu ada alasan untuk bermain
  • Setiap hero punya gaya main yang jauh berbeda
  • Segudang variasi mode permainan, dari yang sangat mudah sampai level “Nintendo Hard
  • Fitur Raid sangat membantu untuk mengumpulkan material
  • Cerita yang cukup menghibur dan mengandung sulih suara lengkap
  • Duo Mode sangat asyik untuk main bersama teman

Slacks:

  • Banyak event terbatas yang menyebalkan
  • Mode PvP terasa repetitif
EVOS Esports Maju ke ESL One Hamburg
Previous Story

Gantikan TNC Predator, Tim Dota 2 EVOS Maju ke ESL One Hamburg

Dirut Indosat Ooredoo yang baru, Chris Kanter, membuka lagi wacana akuisisi terhadap operator telekomunikasi lain demi mempertahankan posisi pasar
Next Story

Demi Pertahankan Posisi Pasar, Indosat Ooredoo Buka Lagi Wacana Akuisisi Operator Lain

Latest from Blog

Don't Miss

Review Tecno Spark 30C, Dibawah Rp1,5 Juta Fiturnya Bikin Kaget

Review Tecno Spark 30C, Dibawah Rp1,5 Juta Fiturnya Bikin Kaget

Dibanding beberapa tahun yang lalu, smartphone entry-level terbaru dengan harga
Review Logitech G915 X Lightspeed TKL

Review Keyboard Logitech G915 X Lightspeed TKL, Desain Keren Fitur Lengkap

Anda penggemar perangkat keyboard Logitech plus Anda juga adalah pengguna