Setelah sebelumnya me-review Canon EOS M6 Mark II dan Canon PowerShot G7 X Mark III, kali ini saya akan me-review Canon EOS M200. Kamera mirrorless entry-level penerus EOS M100 ini dibanderol seharga Rp7.975.000.
Dibanding pendahulunya, Canon EOS M200 sanggup merekam video hingga resolusi 4K dan mendukung perekaman video secara vertikal. EOS M200 masih mengandalkan sensor APS-C CMOS 24,1MP, namun kinerja sistem AF Dual Pixel-nya meningkat, punya titik fokus lebih banyak (143 area AF), dilengkapi Eye Detection AF, dan ditenagai prosesor gambar terbaru Digic 8. Berikut cerita review Canon EOS M200 selengkapnya.
Desain dan Build Quality
Wujud dari Canon EOS M200 serupa dengan pendahulunya, dengan layar 3 inci yang bisa dilipat 180 derajat ke atas dan flash dengan mekanisme pop up. Sangat simpel dengan body ringkas dan kontrol yang mudah.
Kamera ini masih tanpa viewfinder, tak punya hot shoe, maupun port microphone eksternal. Canon hanya sedikit melakukan perubahan, yaitu menata ulang tombol perekam video. Pada M100, tadinya terletak di bagian atas dan kini dipindahkan ke belakang kamera menggantikan tombol WiFi yang berada persis di samping tombol menu.
Body-nya yang sangat ringkas dengan dimensi 108x67x35 mm dan berbobot 299 gram, bahkan berpasangan dengan lensa kit 15-45mm F3.5-6.3, tampilan EOS M200 masih terlihat agak ‘kebanting’. Mungkin akan cocok bila dipasangkan dengan lensa pancake EF-M 22mm f/2 STM.
Build quality-nya sendiri sangat baik, kontruksi body utamanya dari logam dengan plastik polikarbonat di beberapa bagian dan terasa sangat solid di genggaman tangan. Sayangnya, EOS M200 ini memang tak memiliki grip sama sekali untuk tangan kita mencengkram kamera.
Untuk atributnya, di sisi atas ada tombol rana bersama satu-satunya dial atau roda kontrol. Lalu, ada tombol power bersama tombol mode pengambilan gambar yang opsinya cuma ada tiga, yaitu mode auto, mode foto, dan video. Serta, flash dengan mekanisme pop up di kiri atas.
Bagian belakang, layar 3 incinya hanya bisa ditarik ke atas sampai 180 derajat yang berguna untuk pemoretan low-angle dan vlogging. Lalu, terdapat tombol menu, tombol perekam video, navigasi empat arah di mana tombol atas untuk exposure compensation atau hapus, bawah untuk info, sisi kanan untuk pengaturan flash, dan kiri untuk AE lock atau FE lock. Di tengahnya ada tombol Quick Controll dan di bawahnya lagi ada tombol playback.
Bagian kanan kosong, port microUSB belum Type-C, micro HDMI, dan sebuah slot SD card berada di sisi kiri. Slot baterai di area bawah, menggunakan jenis LP-E12 yang menurut rating CIPA sanggup menyuguhkan 315 jepretan. Pengisian dayanya masih menggunakan adaptor charger khusus bawaannya.
Sistem Kontrol
Ya, Canon EOS M200 hanya memiliki satu roda kontrol putar yang secara default berfungsi untuk mengatur shutter speed. Roda ini juga bisa digunakan untuk menyesuaikan aperture dan ISO, opsi tersebut harus dipilih dulu lewat layar sentuhnya.
Di pojok kiri atas, tersedia beragam mode foto. Dari yang standar seperti manual exposure, aperture priority AE, shutter priority AE, dan program AE. Serta, opsi mode otomatis sesuai kondisi tertentu seperti self portrait, smooth skin, landscape, sports, close-up, food, night portrait, dan banyak lagi.
Sistem menu kameranya memang agak ramai, namun Canon telah melengkapi quick menu yang bisa diakses di pojok kanan atas. Di sini kita bisa mendapatkan akses cepat ke sejumlah fitur penting seperti white balance, picture style, creative filters, aspect ratio, AF method, AF operation, metering mode, drive mode, image quality, dan movie rec. size.
Kemampuan Foto
Canon EOS M200 mengusung sensor CMOS APS-C 24MP dengan sistem autofocus Dual Pixel dan memiliki titik fokus lebih banyak dari 49 menjadi 143. Lengkap dengan fitur face dan eye detection yang bekerja secara gesit dan konsisten mengunci objek bergerak.
Kamera ini mengandalkan prosesor gambar terbaru Digic 8 yang mengangkat kinerja kamera secara keseluruhan. Sanggup memotret beruntun 6.1fps (4fps dengan AF) dan mendukung perekaman video sampai resolusi 4K.
Terlepas dari desainnya yang simpel dan posisinya sebagai kamera entry-level, tetapi kualitas gambarnya tak perlu diragukan lagi. Hasil bidikan dapat disimpan dalam format JPEG, Raw, atau CRaw dalam pilihan aspek rasio 3:2, 4:3, 16:9, dan 1:1.
Untuk awal penggunaan, menurut pengalaman saya lensa kit EF-M 15-45mm F3.5-6.3 IS STM yang setara dengan 24-72mm di 35mm ini sudah cukup mumpuni dan mencakup banyak skenario penggunaan. Pada kesempatan review Canon EOS M200 kali ini saya juga menggunakan lensa EF-M 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM yang setara dengan 88-320mm di 35mm, perlu diingat sensor APS-C yang digunakan oleh Canon memiliki crop factor 1,6x.
Lensa zoom telephoto ini memungkinkan kita menangkap objek yang sangat jauh. Namun, saya lebih merekemendasikan Anda memiliki lensa kedua dengan focal lenght tetap (fix lens) seperti Canon EF-M 32mm F1.4 STM, Canon EF-M 28mm F3.5 Macro IS STM, atau trio lensa 16mm, 30mm, dan 56mm F1.4 dari Sigma untuk penggunaan di kondisi low light dan mendapat bokeh cantik.
Kamera ini sudah dilengkapi dengan konektivitas WiFi dan Bluetooth, jadi hasil jepretannya bisa dengan mudah ditransfer ke smartphone lewat aplikasi Canon Camera Connect. Uniknya koneksi Bluetooth pada EOS M200 ini dapat mempertahankan koneksi dengan smartphone bahkan saat kamera dimatikan. Jadi, tidak perlu menghubungkan ulang setiap kali membuka aplikasi.
Kemampuan Video
Sistem autofocus Dual Pixel yang dapat diandalkan, lengkap dengan Eye Detection AF dan layar 3 inci yang bisa dilipat 180 derajat menghadap ke depan, tentunya kita bisa membuat setup vlogging yang ringkas dengan Canon EOS M200. Kamera ini juga sudah mendukung video dalam posisi vertikal.
Pasang tripod mini dan untuk audio-nya kita bisa menggunakan clip-on yang terhubung ke aplikasi recorder di smartphone. Apakah repot menggunakan audio terpisah? Tidak sama sekali, bila hasilnya video tersebut diedit menggunakan Adobe Premiere Pro, ada fitur synchronize yang akan otomatis menyamakan ritme suara.
Pada sistem NTSC, kamera dapat merekam video 4K 23,98fps, FHD 29,97fps, FHD 59,94fps, HD 59,94fps, dan slow motion HD 119,9fps. Sementara di sistem PAL, EOS M200 dapat merekam video 4K 25fps, FHD 25fps, FHD 50fps, HD 50fps, dan HD 100fps.
Sayangnya adalah kita harus kompromi dengan crop sebanyak 1,7x saat menggunakan video 4K. Sehingga sulit untuk mendapatkan wide-angle dengan lensa kit. Untuk A-Roll biasanya resolusi FHD memang sudah cukup, opsi lain bisa berinvestasi membeli lensa Canon EF-M 11-22mm f/4-5.6 IS STM.
Verdict
Kemudahan penggunaan merupakan salah satu elemen utama yang ditawarkan oleh Canon EOS M200. Kamera ini memiliki sistem kontrol yang user-friendly dan body ringkas yang sangat mudah untuk dibawa-bawa.
Kamera yang sederhana dan tampil low profile. Namun, sensor CMOS APS-C 24MP di dalamnya memastikan Anda dapat memperoleh foto berkualitas, lengkap dengan kemampuan perekama video 4K.
Kisaran harganya yang hampir mencapai Rp8 juta, membuat posisinya cukup sulit sebagai kamera entry-level. Canon EOS M200 cocok buat Anda yang benar-benar mencari kamera kecil dan kasual, bukan untuk dijadikan sebagai mesin utama untuk membuat konten.
Sparks
- Sistem kontrol yang mudah
- Peningkatan sistem AF Dual Pixel dengan Eye Detection
- Perekam video 4K
- Mendukung video vertikal
Slacks
- Video 4K dengan kompromi crop sebesar 1,7x
- Belum memiliki port USB Type-C
- Harga hampir Rp8 juta, posisinya yang sulit sebagai kamera entry-level