ASUS kembali meluncurkan smartphone terbaru mereka yang menyasar pada pengguna all-round premium. Pada perangkat terbarunya ini, ASUS masih membuat dimensinya lebih ramping atau compact jika dibandingkan dengan beberapa perangkat sejenis. Perangkat tersebut tentu saja bernama ASUS Zenfone 9 yang memiliki slogan compact size big possibility.
Ada beberapa peningkatan dari Zenfone 9 jika dibandingkan dengan sang pendahulu, yaitu Zenfone 8. Yang pertama dari sisi SoC, ASUS memilih untuk tidak menggunakan Snapdragon 8 Gen 1 yang terkenal panas dan kinerjanya kurang optimal yang terlihat pada beberapa produk pesaingnya. Untuk menjaga agar Snapdragon 8+ Gen 1 tidak panas, ASUS juga memperlebar heatsink yang digunakan.
Kedua adalah kameranya yang saat ini diklaim lebih besar sensornya 40% dari sang pendahulu. Baterainya juga sedikit diperbesar dari Zenfone 8 dengan menambahkan 300 mAh. Selebihnya, perangkat ini masih memiliki dimensi yang cukup mirip dengan sang pendahulunya. Tidak lupa, sertifikasi IP68 juga masih melekat pada perangkat yang satu ini.
Dimensi ramping ternyata tidak hanya disukai oleh para wanita. Saya melihat cukup banyak teman pria yang suka terhadap dimensi dari Zenfone 9. Hal tersebut dikarenakan banyak yang ingin mengoperasikan sebuah smartphone hanya dengan 1 tangan saja, seperti penggunaan perangkat pada jaman layar 4 sampai 5 inci. Dimensinya juga pas untuk ditaruh pada kantung celana karena tidak ada bagian yang keluar.
Smartphone ASUS Zenfone 9 yang saya dapatkan memiliki spesifikasi sebagai berikut
Spesifikasi | ASUS Zenfone 9 |
SoC | Qualcomm Snapdragon 8+ Gen 1 |
CPU | 1×3.19 GHz Cortex-X2 + 3×2.75 GHz Cortex-A710 + 4×1.80 GHz Cortex-A510 |
GPU | Adreno 730 |
RAM | 6 GB LPDDR5 |
Internal | 128 GB UFS 3.1 |
Layar | 5,9 inci 2400 x 1080 120 Hz Super AMOLED Gorilla Glass Victus |
Dimensi | 146.5×68.1×9.1 mm |
Bobot | 169 gram |
Baterai | 4300 mAh 30 watt charger Hypercharge |
Kamera | 50 MP / 12,5 MP utama, 12 MP wideangle, 12 MP Selfie |
OS | Android 13 ZenUI 9 |
Hasil dari DevCheck dan SensorBox bisa dilihat pada gambar berikut ini
Cukup disayangkan memang, pengisian baterai dari Zenfone 9 masih memakai 30 watt. Padahal para pesaing dari ASUS sudah memakai daya yang lebih tinggi, dari 33 watt hingga 120 watt pada rentang harga yang sama. Namun, ASUS mengatakan bahwa daya tersebut sudah tergolong cukup untuk mengisi baterai dari Zenfone 9. Benarkah?
Unboxing ASUS Zenfone 9
Sebelum memulai review ASUS Zenfone 9, mari kita lihat apa saja yang diberikan pada paket penjualannya. Berbeda dari beberapa pesaingnya, ternyata ASUS masih memberikan sebuah earphone pada kotak penjualannya. Selain itu, terdapat pula charger, kabel USB-C, serta back case dari ASUS Zenfone 9. Berikut adalah penampakan dari isi kotak paket penjualannya
Desain ASUS Zenfone 9
Desain bagian belakang dari ASUS Zenfone 9 memang berbeda dari kebanyakan smartphone yang ada. ASUS menamakan desainnya sebagai high grip texture, di mana bagian belakangnya terasa cukup kasar dengan bahan polimer. Hal ini membuatnya tidak licin dan nyaman untuk digenggam dan dapat menahan minyak sidik jari. Warna yang saya dapatkan kali ini pada perangkat dengan kerangka aluminium tersebut bernama midnight black.
Desain bentuk kamera dari ASUS Zenfone 9 juga cukup kekinian dan memang akan banyak dipakai. Ada 2 bundaran tanpa kotak di bagian belakang smartphone yang satu ini. Bundaran atas merupakan kamera utama dan yang bawah adalah kamera wideangle. Di samping bundaran yang atas ditemukan sebuah lampu LED untuk membantu pengambilan gambar dan bisa digunakan untuk menjadi senter.
Layar pada ASUS Zenfone 9 menggunakan Super AMOLED dengan refresh rate 120 Hz. Resolusi yang digunakan pada perangkat ini adalah 2400×1080 dengan dimensi 5,9 inci. Zenfone 9 juga sudah terlindungi dengan Gorilla Glass Victus, namun saya masih akan terus menyarankan untuk memberikan tambahan tempered glass atau hydrogel. Walau menggunakan AMOLED, ASUS tidak menaruh pemindai sidik jari di bawah layar seperti ASUS RoG Phone 6, namun bersamaan dengan tombol power.
Pada sisi bagian atas dari ASUS Zenfone 9 dapat ditemukan microphone kedua dan juga audio port 3,5 mm. Speaker kiri pada perangkat ini ditaruh bersamaan dengan speaker untuk menelpon. Untuk sisi sebelah kanan terdapat tombol power dan volume. Bagian bawahnya bisa ditemukan slot SIM, microphone utama, port USB-C, dan speaker.
Perangkat yang satu ini sudah menggunakan sistem operasi Android 13 Tiramisu yang dipadu dengan antarmuka ZenUI versi 9,5. ZenUI masih menyediakan app drawer dan preferensi sistem yang sangat mirip dengan stock Android. Hal ini tentu membuat pengguna perangkat Android awam tidak akan bingung saat menggunakannya untuk pertama kali. Perangkat ini seharusnya mendapatkan 2x update, namun kesempatan tersebut sudah terpakai 1x karena secara global perangkat ini diluncurkan dengan Android 12.
Konektivitas dan jaringan
ASUS Zenfone 9 menggunakan SoC Snapdragon 8+ Gen 1 yang berarti sudah memiliki modem untuk terkoneksi ke 5G. Jaringan yang didukung oleh perangkat ini meliputi 1, 2, 3, 5, 7, 8, 12, 20, 28, 38, 40, 41, 66, 77, dan 78 untuk Stand Alone dan Non Stand Alone. ASUS pun sudah mengklaim bahwa perangkat ini sudah mendukung semua konfigurasi 5G yang ada di Indonesia. Sayang memang, saya belum menguji 5G Telkomsel dari perangkat yang satu ini.
Untuk jaringan 4G LTE, ASUS Zenfone 9 sudah mendukung band yang meliputi 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 17, 18, 19, 20, 26, 28, 34, 38, 39, 40, 41, dan 42. Dengan panjangnya jaringan yang didukung tersebut, tentu saja semua operator di Indonesia sudah bisa digunakan oleh perangkat ini. Dengan menggunakan modem X65, tentu saja semua teknologi 4G LTE yang ada sudah didukung.
Dengan menggunakan 8+ Gen 1, Zenfone 9 tentu sudah menggunakan FastConnect 6900. Hal ini tentu saja membuat jaringan WiFi 6E sudah didukung oleh perangkat ini. Selain itu, bluetooth 5.3 juga sudah didukung walaupun belum banyak perangkat yang menggunakan konektivitas ini. BeiDou, Galileo, GLONASS, NavIC, GPS, dan QZSS juga sudah didukung untuk mendeteksi lokasi perangkat ini.
Kamera: Serba Sony IMX
Sensor Sony IMX memang terkenal mampu menghasilkan gambar yang apik. Oleh karena itu, ASUS masih mempercayai sensor buatan Sony pada setiap perangkat premium yang mereka keluarkan. Sony IMX 766 melekat pada sensor utamanya, Sony IMX 363 dengan resolusi 12 MP pada kamera wideangle, dan terakhir Sony IMX 663 dengan resolusi 12 MP pada kamera depannya. Dan semua kamera yang ada pada Zenfone 9 memiliki kemampuan autofokus.
Kamera utamanya mampu mengambil gambar dengan bagus dan tajam. Kontras yang dihasilkan cukup tinggi serta warnanya akurat. Saya juga tidak menemukan noise yang mengganggu pada pengambilan gambar. Namun, sepertinya AI untuk bokeh memang harus ditingkatkan lagi oleh ASUS karena masih terdapat banyak kekurangan seperti salah deteksi latar belakang dan ujung yang tidak rapi.
Kamera ultrawide-nya juga dapat mengambil gambar dengan cukup bagus dan cukup tajam. Namun memang, IMX 363 memiliki kelemahan untuk menghasilkan noise pada bayangan dan saat cahaya rendah. Selain itu, gambar yang dihasilkan memang memiliki warna yang cukup akurat dan dynamic range yang cukup baik. Berikut adalah contoh gambarnya
Kamera depan juga bisa mengambil gambar dengan bagus. Hal tersebut dikarenakan obyek yang menjadi fokus terambil dengan detail yang tajam. Warna yang dihasilkan juga bagus tanpa adanya penurunan kontras. Hasil seperti ini memang cocok dipakai pada kegiatan sehari-hari dan saat liburan.
ASUS juga mengedepankan fungsi OIS dan EIS yang dinamakan Hybrid Gimbal. Hasilnya memang cukup memuaskan di mana video yang dihasilkan mampu distabilkan pada saat bergoyang. Sayangnya, ASUS hanya membuat teknologi gimbalnya hanya pada kamera utama. Hal tersebut membuat kamera ultrawide tidak memiliki OIS dan hanya EIS saja.
Pengujian Kinerja
ASUS Zenfone 9 menggunakan cip terkencang dari Qualcomm saat ini, yaitu Snapdragon 8+ Gen 1. SoC ini sendiri memiliki 3 buah cluster yaitu Prime, Performance, dan Efficiency. Cluster terkencang menggunakan Cortex X2 berkecepatan 3,19 GHz, diikuti dengan cluster kinerja yang menggunakan Cortex A710 berkecepatan 2,75 GHz, dan terakhir adalah cluster efisiensi yang menggunakan Cortex A510 dengan clock 1,8 GHz. GPU yang digunakan pada SoC ini adalah Adreno 730.
Smartphone ASUS Zenfone 9 ini saya gunakan sekitar 4 minggu untuk bermain serta bekerja. Saya merasa bahwa dengan semakin lamanya waktu pengujian, maka feel asli dari perangkat ini bisa didapatkan. Saya juga menunggu firmware terbaru dari perangkat ini untuk bisa hadir agar bisa terhindar dari beberapa bug yang mungkin mengganggu. Apalagi, pada firmware awal kamera menghasilkan gambar yang kurang bagus.
Bermain Game
Untuk orang seperti saya yang memiliki tangan besar, bermain menggunakan ASUS Zenfone 9 memang tidak nyaman. Hal tersebut dikarenakan layarnya terasa kurang besar dan penuh dengan kedua jempol saya. Namun untuk mereka yang memiliki jemari kecil, sepertinya perangkat ini akan terasa nyaman karena tidak terlalu kebesaran.
Untuk menguji ASUS Zenfone 9, saya menggunakan 2 game yang selalu saya pakai. Game pertama sudah pasti menggunakan Genshin Impact yang sangat haus daya. Game kedua adalah PUBG Mobile dengan harapan bisa melakukan pengujian di atas 60 fps. Namun, sepertinya developer PUBG belum memasukkan Zenfone 9 ke dalam daftar mereka sehingga belum mendukung 90 fps.
Keputusan ASUS untuk menggunakan Snadpragon 8+ Gen 1 memang tepat. Dengan generasi sebelumnya, tidak memungkinkan game Genshin Impact bisa berjalan di atas 46 fps. Pada SoC yang baru ini, Genshin Impact bisa berjalan pada framerate 59 fps secara stabil pada profile Highest. Saya bisa memainkan game ini dengan waktu yang lama dengan nyaman karena panas yang dihasilkan tidak terlalu mengganggu.
Permainan PUBG bisa berjalan dengan lancar dengan profile HD Extreme. Hal ini berarti game hanya dapat dijalankan pada 60 fps saja. Padahal pada ASUS RoG Phone 6, sudah mendukung 90 fps. Saya bisa memainkan game ini dengan nyaman pada gambar yang bagus.
Untuk mengukur framerate, saya menggunakan aplikasi GameBench yang akurat dalam menghitung frame per detiknya. Berikut adalah hasil pengujian game pada ASUS Zenfone 9.
Bekerja dan Hiburan
Kapasitas RAM pada perangkat ini mungkin salah satu yang membuatnya akan kurang diminati. Hal tersebut dikarenakan pada rentang harganya, para pesaing ASUS Zenfone 9 sudah memakai RAM 8 GB dan bahkan menawarkan memori virtual. Namun, ASUS Zenfone 9 sudah menggunakan LPDDR5 sehingga memang lebih kencang dibandingkan dengan LPDDR4. Dan ternyata untuk bekerja dan memainkan file hiburan, RAM 6 GB sudah cukup.
Dengan RAM 6 GB, penggunaan sehari-hari untuk Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Telegram, Facebook, Tiktok, serta Chrome tidak mengalami masalah. Bahkan beberapa kali berpindah antar aplikasi tidak membuatnya tertutup secara otomatis. Hal ini tentu saja membuat nyaman karena saya sering membuka semuanya langsung dalam sekali pakai.
Saya juga menggunakan perangkat ini untuk melakukan rendering video untuk keperluan tugas sekolah anak. Hasilnya sudah pasti cepat dalam melakukan rendering tanpa adanya masalah. Perangkat ini juga sudah mendukung Widevine L1 sehingga menonton streaming sudah bisa dalam resolusi tertinggi.
ASUS Zenfone 9 juga sudah menggunakan teknologi audio Dirac. ASUS juga memberikan dukungan terhadap ualcomm aptX Lossless, Qualcomm aptX Adaptive, Dirac, LDAC, dan AAC pada sambungan bluetooth audio-nya. Hal ini tentu saja membuat suara yang dihasilkan menjadi lebih lengkap lagi.
Benchmark ASUS Zenfone 9
Perangkat ini menggunakan Snapdragon 8+ Gen 1, yang membuatnya terkencang saat ini di Indonesia. Oleh karena itu, saya menghadirkan kembali perangkat dengan SoC Snapdragon 8 Gen 1, Snapdragon 888, dan Dimensity 8100. Berikut adalah hasilnya
Hasilnya tentu saja Zenfone 9 mengungguli semua perangkat yang ada. Hasil seperti ini juga tidak seperti Snapdragon 8 Gen 1, di mana semuanya cukup stabil. Snapdragon 8+ Gen 1 memang membuat Snapdragon 8 Gen 1 menjadi sangat tidak menarik akibat seringnya throttling. Dan Zenfone 9 memang sangat nyaman bahkan dipakai dalam bermain game dalam waktu yang cukup lama.
Uji Baterai: 4300 mAh
Untuk menguji baterai pada ASUS Zenfone 9, saya membiarkan framerate-nya naik turun secara otomatis. Hal ini berarti sistem akan membuat layarnya untuk beradaptasi dengan apa yang sedang saya uji, yaitu video. Tentunya saat tidak bermain game, biasanya sebuah smartphone akan dipakai untuk menonton video.
Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, ASUS Zenfone 9 bisa bertahan hingga 17 jam 3 menit. Saat sudah mencapai 0%, saya langsung mengisi baterainya dengan menggunakan charger bawaan dan berada pada mode HyperCharge 30 watt. Smartphone ini dapat diisi hingga penuh dalam waktu sekitar 1 jam 15 menit-an, yang memang sedikit lebih kencang dari Zenfone 8 yang memiliki kapasitas baterai 4000 mAh.
Verdict Review ASUS Zenfone 9
Dengan begitu banyaknya smartphone dengan dimensi yang besar, ternyata masih banyak yang mencari perangkat dengan ukuran yang ramping. Walaupun begitu, perangkat ramping yang ada haruslah memiliki kinerja yang tinggi sehingga tidak mengecewakan. ASUS memiliki solusi untuk hal tersebut dengan mengeluarkan sang penerus dari Zenfone 8. Smartphone tersebut tentu saja adalah ASUS Zenfone 9.
Kinerja dari perangkat yang satu ini sudah tidak perlu dipertanyakan: cepat! Penggunaan Snapdragon 8+ Gen 1 memang tepat pada perangkat ramping ini karena mampu menjalankan segala game dan aplikasi dengan lancar dan tanpa masalah. Daya tahan baterainya sendiri juga bisa diandalkan, karena bisa mencapai pemakaian 2 hari. Pengisian baterainya juga lumayan cepat, bisa dilakukan setelah bangun tidur dan akan selesai saat ingin berangkat bekerja.
Dengan kamera yang serba menggunakan sensor Sony IMX, sudah pasti membuat Zenfone 9 bisa diandalkan untuk mengambil gambar sehari-hari. Sayang memang, walaupun sudah memiliki kamera ultrawide, perangkat ini tidak memiliki kamera tambahan seperti telephoto. Perangkat ini juga cocok untuk dipakai mengambil gambar pada saat di kolam renang karena memiliki sertifikasi IP 68. Badannya yang ramping juga bisa dipakai dengan hanya menggunakan 1 tangan saja.
Untuk varian yang saya dapatkan, yaitu 6/128 GB, ASUS menjualnya dengan harga Rp. 7.999.000. Dengan harga tersebut, memang patut dipertimbangkan kapasitas RAM dan penyimpanan internal yang tanpa tambahan slot microSD. Namun, segudang fitur yang dibawa oleh perangkat ini memang membuat harga tersebut menjadi menarik. ASUS juga menyediakan RAM dan penyimpanan internal yang lebih tinggi lagi, sehingga hal tersebut kembali ke pilihan Anda.
Sparks
- Kinerja tinggi dengan Snapdragon 8+ Gen 1
- IP 68, membuatnya nyaman untuk dipakai saat berenang
- Hasil kamera yang cukup baik serta autofokus pada semua kameranya
- Daya tahan baterai yang cukup panjang walau baterainya 4300 mAh saja
- Nyaman tanpa panas yang berlebih
- Desain belakang yang tidak licin
- Mendukung aptX Lossless
Slacks
- RAM 6 GB pada harga dengan pesaing 8 GB
- Hasil foto bokeh masih kurang rapi