Pro dan Kontra Program Early Access untuk Developer Game

Early access bisa membantu developer untuk mendapatkan kritik dan saran dari para gamers

Dalam belasan tahun terakhir, industri game terus berevolusi. Buktinya, muncul berbagai genre dan model bisnis baru. Bahkan, developer yang masih mengembangkan game mereka juga bisa mendapatkan dana serta masukan dengan merilis game mereka dalam versi early access.

Game yang dirilis dalam bentuk early access biasanya masih belum sempurna dan masih memiliki banyak bugs. Meskipun begitu, gamers akan tetap tertarik untuk mencoba atau bahkan membeli game tersebut jika ia memiliki keunikan tersendiri.

Gamers yang membeli versi early access dari sebuah game biasanya akan merasa terikat dengan game itu. Dan mereka akan aktif untuk memberikan kritik dan saran pada sang developers.

Minecraft dianggap sebagai game pertama yang menggunakan program Early Access.

Menurut Polygon, game pertama yang meluncurkan versi early access adalah Minecraft pada 2009. Versi awal dari game tersebut bisa dimainkan secara gratis. Namun, kreator Markus "Notch" Persson memutuskan untuk merilis versi berbayar dari Minecraft. Walau di versi awal Minecraft, pemain hanya bisa melakukan tiga hal: bertarung, menggali, dan membangun, game itu tetap laku keras.

Pada 2010, hanya satu tahun setelah Persson menjual versi berbayar dari Minecraft, dia berhasil mengumpulkan EUR600 ribu. Kesuksesan Minecraft mendorong puluhan developer kecil untuk mengikuti jejak mereka.

Manfaat Early Access untuk Para Developer

Keuntungan terbesar yang developer game dapat ketika mereka merilis game mereka dalam versi early access adalah mereka akan mendapatkan masukan dan saran dari para gamers yang mencoba game mereka. Dengan begitu, developer bisa menyempurnakan game mereka atau bahkan, menambahkan fitur yang memang diinginkan oleh para gamers.

"Saya menganggap Early Access sebagai beta testing terbuka," kata Ben Porter, developer dari MoonQuest, dikutip dari Xsolla. "Dengan merilis game yang masih ada dalam tahap pengembangan, saya akan mendapatkan banyak tester yang menguji game saya. Dan mereka akan memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas dari game saya."

Program early access bisa berfungsi layaknya open beta testing. | Sumber: Kiwi QA

Selain itu, program early access juga bisa berfungsi layaknya marketing,memperkenalkan game ke masyarakat luas. Ketika game yang dirilis sebagai early access memiliki keunikan, ia berpotensi untuk menjadi viral dan menjadi bahan pembicaraan dari banyak orang. Tidak tertutup kemungkinan, gamers bahkan mungkin akan memasukkan game tersebut ke dalam wishlist mereka.

Bahkan ketika sebuah game ada di tahap early access dalam waktu lama, developer masih bisa mendapatkan untung dari hype akan game tersebut. Sebagai contoh, Besiege ada dalam tahap early access selama lima tahun. Ketika game itu dirilis, jumlah concurrent players dan penonton Twitch dari game tersebut langsung meroket.

Tantangan dari Early Access yang Dihadapi Developer

Program early access memang bisa menawarkan berbagai keuntungan untuk para developer game. Tapi, program tersebut juga memiliki risiko sendiri. Jika developer tidak menggunakannya dengan hati-hati, ia justru bisa menghancurkan reputasi game atau bahkan reputasi developer itu sendiri. Steam memperingatkan para developer untuk tidak menggunakan program early access sebagai cara demi mendapatkan pemasukan.

Ketika developer merilis game yang belum selesai, game tersebut akan langsung dinilai oleh para gamers. Masalahnya, reputasi yang sebuah game dapat ketika ia dirilis sebagai early access tidak selalu baik. Dan reputasi yang sudah terlanjur melekat pada sebuah game mungkin akan terus menempel hingga game dirilis.

Steam menyarankan agar developer tidak menggunakan program early access untuk hanya mendapatkan uang. | Sumber: The Verge

Di program early access, ada banyak game dengan kualitas rendah. Alhasil, sebagian gamers menganggap, kebanyakan game yang dirilis sebelum ia selesai dikembangkan memang tidak berkualitas dan sang developer hanya ingin mendapatkan uang dengan menjual game yang belum sempurna. Karena itulah, meskipun game di early access memang belum sempurna, developer tetap harus memastikan bahwa game itu sudah bisa dimainkan. Jika memungkinkan, developer harus bisa menonjolkan keunikan dari game mereka.

Hal lain yang developer harus ingat, saat sebuah game sudah tersedia dalam versi early access, para pemain akan mengharapkan update teratur, walaupun tanggal peluncuran dari game tersebut masih lama. Tak hanya itu, developer juga harus menanggapi laporan bugs yang gamers berikan.

Jika developer mengacuhkan laporan bugs atau kritik dari para gamers, hal ini bisa membuat mereka enggan untuk terus memainkan game tersebut. Seolah hal itu tidak cukup buruk, ketika developer yang tidak responsif dalam menanggapi masukan dari para gamers, hal ini justru bisa membuat para gamers kehilangan kepercayaan pada sang developer. Dan memperbaiki reputasi yang sudah terlanjur buruk bukanlah perkara mudah.

Risiko lain yang developer hadapi ketika mereka merilis game dalam versi early access adalah mereka bisa kehilangan momentum untuk meluncurkan game yang mereka buat. Developer juga harus memastikan bahwa meluncurkan versi early access dari sebuah game tidak akan merusak pengalaman bermain gamers ketika game diluncurkan.

Sebagai contoh, kreator dari Legends of the Traveler lebih memilih untuk mengumpulkan dana dari crowdsourcing daripada menawarkan versi early access. Alasannya, karena game tersebut fokus pada narasi. Jadi, jika gamers sudah terlanjur tahu cerita dari game tersebut, maka game itu akan menjadi kurang menarik.

Sumber header: Rock Paper Shotgun