Seiring dengan semakin besarnya industri esports — laporan dari Newzoo menyebutkan bahwa industri esports bernilai US$1,1 miliar pada tahun 2019 — semakin fantastis pula hadiah yang diberikan.
Pada akhir Juli lalu, seorang pemuda berumur 16 tahun berhasil membawa pulang US$30 juta (sekitar Rp42 miliar) setelah memenangkan turnamen Fortnite World Cup.
Siapa yang tak mau untuk memenangkan hadiah sebesar itu? Sayangnya, proses pencairan uang hadiah tidak semudah membalik telapak tangan.
Turnamen esports biasanya melibatkan pemain dari berbagai negara. Karena itu, ketika hendak mengirimkan uang hadiah pada pemenang atau peserta, pihak penyelenggara harus mempertimbangkan banyak hal, seperti mata uang yang digunakan pemenang, regulasi negara asal pemain, biaya transfer, dan lain sebagainya.
Masalah seperti ini terkadang membuat proses pencairan uang hadiah memakan waktu lama.
“Menerima bayaran mungkin adalah bagian paling merepotkan. Kami biasanya mendapatkan bayaran dalam waktu satu sampai dua bulan, tapi ada beberapa turnamen yang memakan waktu hingga empat sampai lima bulan,” kata seorang pemain Halo profesional, Jake Bain, dikutip dari VentureBeat.
“Saya harap metode pembayaran turnamen esports bisa jadi lebih efektif.”
Selain masalah lamanya proses pengiriman hadiah yang mereka menangkan, para pemain juga mungkin akan dibingungkan dengan regulasi pengiriman internasional dan perpajakan.
Mengingat besarnya jumlah hadiah yang dimenangkan oleh pemain, ada kemungkinan dana sulit dicairkan, terutama jika pemerintah menduga bahwa dana itu merupakan hasil pencucian uang atau dana dari organisasi teroris.
Masalah pembayaran tidak hanya menghantui para pemain, tapi juga penyelenggara. Seiring dengan semakin besarnya uang hadiah turnamen, mereka harus memastikan bahwa mereka mematuhi regulasi terkait pajak di negara asal pemain dan memastikan regulator bahwa uang hadiah pemenang bukanlah usaha pencucian uang.
Inilah yang mendorong Han Park untuk mendirikan Prize Payments. Seperti namanya, perusahaan ini menawarkan solusi end-to-end yang ditujukan khusus untuk memudahkan pembayaran pemenang turnamen esports. Park menyebutkan, apa yang mereka tawarkan bahkan belum ada pada solusi pembayaran internasional seperti PayPal.
Park memiliki pengalaman selama 20 tahun di dunia esports dan gaming. Terakhir, dia menjabat sebagai presiden dari ESL Amerika Serikat selama empat tahun sebelum dia memutuskan untuk membuat startup Prize Payments pada tahun lalu.
“Para pemain dan tim profesional tidak puas dengan sistem pembayaran yang ada. Esports dulunya adalah organisasi yang dijalankan oleh komunitas. Namun, sekarang mulai muncul masalah regulasi , seperti terkait privasi dan pajak,” kata Park, lapor VentureBeat.
Bagi penyelenggara, biaya proses pengiriman hadiah pada para pemenang juga memakan biaya yang tidak sedikit. Biasanya, penyelenggara harus mengeluarkan 10 sampai 20 persen dari total hadiah turnamen sebagai biaya transfer dan ongkos operasional. Park mengklaim, Prize Payments dapat menekan biaya ini hingga 50 persen lebih rendah.
Solusi yang Prize Payments sediakan berupa dashboard, yang akan memudahkan penyelenggara untuk memproses pembayaran hadiah. Tidak hanya itu, mereka juga akan bisa melacak hadiah yang telah mereka kirimkan. Sementara bagi pemain, mereka bisa menentukan sistem pembayaran yang mereka ingin gunakan.
Prize Payments menyebutkan mereka bisa melakukan pembayaran dengan 115 mata uang di 180 negara. Mereka juga berjanji, proses pembayaran ini sudah sesuai dengan hukum perpajakan dan privasi data yang berlaku di masing-masing negara.
Soal sistem pembayaran, Prize Payments menawarkan pembayaran melalui PayPal, Check, International Wire, dan ACH Domestic Transfer.
Sumber: VentureBeat