Blockchain gaming dan NFT dalam game tengah menjadi pembicaraan hangat. Pada Sabtu, 4 Juni 2022, Gadjah Society mengadakan Twitter Space untuk berbicara tentang penggunaan teknologi Non-Fungible Token (NFT) dan blockchain di dunia game. Dalam acara itu, ada tiga pembicara yang diundang, yaitu CEO Lentera Nusantara, Azizah Assattari, CEO Arsanesia, Adam Ardisasmita, dan Scott Mitchell dari Unifriends NFT.
Ketika ditanya tentang penggunaan teknologi NFT dan blockchain di dunia game saat ini, Azizah menjelaskan, bahkan sebelum metaverse menjadi tren, game sebenarnya telah menjadi tempat berkumpul bagi para gamers untuk mengobrol dan bersosialisasi. Dia bercerita, ketika dia masih memainkan World of Warcraft, dia bisa menghabiskan waktu selama 12 jam per hari untuk memainkan game tersebut.
Lebih lanjut, Azizah menjelaskan, di World of Warcraft, dia memainkan karakter magician. Dia juga sempat berjuang keras untuk mendapatkan satu spell khusus. Sayangnya, spell itu kemudian dihapuskan dari game oleh publisher. Dia menyayangkan hal ini. Pasalnya, dia merasa, semua data dari karakter miliknya, termasuk spell tersebut, seharusnya jadi miliknya.
Azizah menjelaskan, masalah ini bisa diselesaikan dengan pengintegrasian NFT ke dalam game. Karena, ketika seorang gamer memiliki NFT dari item atau karakternya di sebuah game, NFT itu juga akan tersimpan di wallet sang gamer. Artinya, sekalipun publisher menghilangkan karakter/item itu, atau bahkan menutup game, maka NFT milik sang gamer akan tetap jadi miliknya.
“Jika saya punya uang dalam game dan saya ingin memindahkannya ke game lain, kenapa saya tidak bisa melakukan hal itu?” ujar Azizah. “Kenapa kita tidak bisa menggunakan mata uang yang sama untuk semua game, menjadikannya sebagai open ecosystem.”
Senada dengan Azizah, Adam juga merasa, teknologi blockchain punya potensi untuk memberikan keuntungan untuk industri game, baik bagi para gamers maupun developers. Sayangnya, dia sadar, blockchain adalah teknologi yang masih sangat baru. Jadi, banyak orang yang belum terlalu paham tentang teknologi tersebut. Seolah hal itu tidak cukup buruk, ada sekelompok orang yang justru memanfaatkan blockchain untuk melakukan tindakan kriminal.
“Blockchain adalah teknologi yang berkembang dengan sangat cepat. Setiap bulan, selalu ada saja teknologi baru. Hal ini membuat orang-orang kesulitan untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut,” kata Adam. “Alhasil, sentimen tentang penggunaan blockchain dalam game menjadi sangat tidak baik.” Mengutip laporan dari Game Developers Conference, Adam mengatakan, saat ini, sekitar 70% developers game mengaku tidak tertarik untuk menggunakan teknologi NFT di game mereka.
Adam lalu membahas tentang game Play-to-Earn (P2E). Memang, game yang mengintegrasikan NFT identik dengan model bisnis P2E. Adam mengungkap, sekarang, game P2E biasanya menargetkan gamers yang memang ingin mendapatkan uang dari bermain game. Contohnya, para joki dari game-game kompetitif, seperti Mobile Legends atau PUBG Mobile. Namun, menurut Adam, game P2E juga harus bisa memenangkan hati dari para gamers yang melihat game sebagai hiburan. Karena, pada akhirnya, target pembeli dari para “joki” tetaplah para gamers biasa.
“Jadi, kita perlu membuat game yang memang menyenangkan untuk dimainkan, tapi juga punya nilai ekonomi,” jelas Adam. Dengan begitu, game itu akan menarik gamers yang memang menjadikan game sebagai mata pencarian dan gamers yang bermain game sebagai hiburan. Dan dia merasa, hal ini bisa diwujudkan dengan teknologi blockchain dan NFT.
Pasalnya, selama ini, dalam game-game online, seperti World of Warcraft, menjual item atau akun dengan bayaran mata uang asli biasanya adalah tindakan terlarang. Publisher biasanya akan memblokir akun dari orang-orang yang melakukan hal tersebut. Sebaliknya, di game P2E, publisher justru mendorong para pemain untuk melakukan transaksi ekonomi.
Dengan begitu, para gamers biasa dan gamers yang ingin mendapatkan uang bisa saling bermain berdampingan. “Dan nantinya, para gamers biasa mungkin akan sadar, mereka bisa mendapatkan uang dari memainkan game yang mereka sukai,” kata Adam.
Sumber header: Pexels