Dark
Light

Poligami ala Augmented Reality

2 mins read
May 14, 2010

Guest post ini ditulis oleh Batista Harahap, seorang pencinta dunia IT sejak program “Hello World” pertamanya saat generasi 486DX, sangat antusias meng-“Hello World”-kan Indonesia dengan teknologi! Di Guest post ini Batista akan mengulas mengenai persilangan antara teknologi Augemented Reality dengan teknologi lain, pengaplikasiannya di dunia nyata hampir tidak terbatas. Enjoy!

Akhir-akhir ini saya yakin sudah sering mendengar istilah Augmented Reality (Realitas Tertambah). Jika ditelusuri perkembangannya, aplikasi AR sudah ada jauh sejak generasi HP dengan kamera terintegrasi.

Menurut Wikipedia (Bahasa Indonesia), AR jika kita lihat definisinya adalah sebagai berikut:

Realitas tertambah, atau kadang dikenal dengan singkatan bahasa Inggrisnya AR (augmented reality), adalah teknologi yang menggabungkan benda maya tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi dan menampilkannya dalam waktu nyata.

Saya kira definisinya dalam Bahasa Indonesia kurang tepat jika dibandingkan dengan definisi Bahasa Inggris menurut Wikipedia:

Augmented reality (AR) is a term for a live direct or indirect view of a physical real-world environment whose elements are augmentedby virtual computer-generated imagery.

Masih ingat HP Nokia pertama yang terintegrasi dengan kamera? Keypadnya bundar :) Pasti ingat dengan Nokia 3650. Hampir semua HP Nokia termasuk dengan 3650 memiliki aplikasi kamera dimana kita bisa menambahkan Frame sesuai dengan yang tersedia di aplikasi tersebut. Itu adalah bentuk AR primitif pertama. Saat itu AR masih lajang.

Dengan semakin berkembangnya teknologi baik di desktop dan mobile, AR mulai dikawinkan dengan teknologi-teknologi lain yang pada akhirnya mempunyai keturunan yang jauh lebih berguna dan menarik dibanding orangtuanya.

Istri pertama dan kedua AR adalah 3D dan Object Recognition. Hanya dengan menggunakan kamera (biasanya webcam), dengan sebuah marker khusus yang polanya telah dikenali oleh aplikasi AR kita, permukaan yang ada di marker tersebut dan sekitarnya, dapat kita tambahkan dengan sebuah objek 3D. Lebih mudah jika anda melihat representasinya dalam video berikut ini:

Yang anda baru lihat bukanlah sesuatu yang terlalu jauh dari kenyataan. Nyatanya sudah ada dan berkembang sampai ke titik dimana aplikasinya relatif lebih mudah untuk dibuat dibanding sebelumnya.

Tampaknya teknologi AR masih belum puas dengan 2 istri dan meminang Location Based Service untuk dijadikan istri ketiganya. Terpapar dengan realita bahwa lokasi adalah sesuatu yang terus berubah, AR memperistri Mobile menjadi istri keempatnya. Kedua teknologi ini dikawinkan dengan AR dan menghasilkan keturunan yang sama menariknya dengan perkawinan pertama dan kedua AR. Lihatlah melalui 2 video berikut ini:

Kedua video tersebut merupakan aplikasi untuk Android yang dua-duanya merupakan salah satu keturunan AR yang mulai dewasa. Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, yang anda lihat di 2 video sebelumnya bukanlah sesuatu yang terlalu jauh di masa depan karena saat ini saja AR di Mobile adalah mainan saya

Untuk AR, saya sangat pro poligami karena dari perkawinan-perkawinan AR sebelumnya, AR telah menghasilkan keturunan yang sedikit banyak membuat teknologi-teknologi yang selama ini hanya dapat kita lihat di film-film berbau teknologi seperti Star Trek, Iron Man dsb menjadi nyata dan hidup.

Apresiasi saya sebesar-besarnya pada komunitas Open Source di seluruh dunia yang telah memberikan dan menghasilkan produk-produk AR yang out-of-box dan ber-orientasi masa depan. Artikel saya berikutnya akan membahas salah satu istri AR dan hasil perkawinan AR dengan istri kelimanya 🙂

Jangan lupa tongkrongin blog pribadi Batista Harahap dan juga follow di Twitter @tista. Anda juga bisa kirimin artikel seputar teknologi web dan internet untuk guest post di DailySocial.net. Kirimkan segera artikel anda ke [email protected]

10 Comments

  1. “… definisinya dalam Bahasa Indonesia kurang tepat jika dibandingkan dengan definisi Bahasa Inggris menurut Wikipedia…”

    “Kurang tepat” atau “tidak sama”? Kedua frasa itu beda makna loh. Kalau “kurang tepat”, seharusnya diberikan yang “lebih tepat” dalam bahasa yang setara: bahasa Indonesia. Kalau boleh minta tolong, jika dirasa “kurang tepat”, Wikipedia itu bisa disunting oleh siapa pun, kok. Bantulah untuk mengubahnya menjadi “lebih tepat” 🙂

    Terima kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Drag Gambar di Gmail dan Unlisted Video di YouTube

Next Story

Co-Founder : Menemukan Sang Belahan Jiwa

Latest from Blog

Don't Miss

Play For Dream Technology Masuki Pasar Virtual Reality Asia-Pasifik

Dengan semakin berkembangnya medium hiburan saat ini, kehadiran teknologi-teknologi hiburan

Perfect Corp. Gunakan AI dan AR di Dunia Kecantikan

Teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) memang sempat