Salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan positif dalam tiga tahun terakhir adalah insurtech. Salah satunya dibuktikan melalui statistik pertumbuhan adopsi produknya, sepanjang tahun 2019 premi yang berhasil dibukukan sudah mencapai 185,3 triliun Rupiah untuk asuransi jiwa dan 80,1 triliun Rupiah untuk asuransi kesehatan.
Ada beberapa alasan mendasar mengapa insurtech diproyeksikan berkembang baik di sini. Mengutip hasil studi Munich Re Economic Research, Indonesia akan memimpin pertumbuhan premi asuransi kesehatan dan jiwa dari tahun 2019-2030, dengan CAGR sebesar 9,1%.
Melihat peluang tersebut Steven Tannason kemudian mendirikan platform insurtech bernama Aman. Pengalamannya selama bekerja di ByteDance dan Google, kemudian mencetuskan ide untuk mendirikan startup asuransi berbasis teknologi.
“Semuanya berawal awal tahun ini. ketika saya sebagai orang Indonesia yang sudah sepuluh tahun tinggal di luar negeri memutuskan untuk pulang kampung membantu membangun bangsa. Saya terhubung melalui seorang teman dengan co-founder Le Khanh An, seorang warga negara Vietnam yang telah menyebut Jakarta sebagai rumahnya selama lima tahun terakhir,” kata Steven
Fokus bisnis Aman
Menyasar semen B2B, target pengguna Aman adalah perusahaan yang memanfaatkan tunjangan karyawan sebagai strategi menarik dan mempertahankan talenta. Strategi monetisasi yang diterapkan adalah, dengan membantu mitra asuransi untuk melayani perusahaan dan karyawan mereka di platform web dan seluler.
“Kami fokus pada ruang tunjangan kesehatan karyawan (employee health benefits). Mungkin Anda akan berasumsi bahwa pasar tersebut telah dilengkapi dengan teknologi. Namun, sebenarnya bukan seperti itu situasinya, kebanyakan pengalaman mencari, membeli, dan mengelola asuransi kesehatan karyawan masih dilakukan dalam proses manual berbasis kertas,” kata Steven.
Kondisi pandemi seperti saat ini menjadi pembuktian tersendiri bagi platform insurtech seperti Aman untuk memvalidasi dan mengembangkan bisnis. Steven melihat, banyak orang Indonesia yang jauh lebih sadar akan pentingnya kesehatan dan jaring pengaman.
“Berkali-kali kami mendengar dari karyawan yang tidak keberatan mengambil pekerjaan baru dengan gaji lebih rendah tetapi tunjangan kesehatan yang lebih baik. Namun, seperti yang telah kita saksikan selama beberapa bulan terakhir, kita telah dipaksa untuk mengubah cara kita melakukan berbagai hal dan ini pasti berlaku untuk proses lama, manual, berbasis kertas,” kata Steven.
Singkatnya, platform digital Aman membantu perusahaan untuk dengan mudah mencari, membeli, dan mengelola asuransi kesehatan untuk karyawan mereka, yang mencakup pendaftaran tunjangan, pemantauan klaim, serta pelaporan dan analitik.
Di Indonesia sendiri, lanskap insurtech mulai menjadi perhatian banyak pihak. Laporan DSResearch bertajuk “Insurtech Strategic Innovation” telah memetakan beberapa startup lokal yang sudah beroperasi di lanskap tersebut.
Program akselerator SYNRGY
Aman merupakan salah satu startup yang mengikuti program akselerator SYNRGY Batch 3 yang diinisiasi BCA. Disinggung seperti apa pengalaman dan benefit yang didapatkan Aman selama mengikuti program, Steven mengungkapkan program tersebut memberikan inspirasi bagi perusahaan.
“Kami terkesan dengan kaliber dari rekan-rekan startup yang berpartisipasi dalam program ini, termasuk founders yang berani memecahkan masalah besar di ruang seperti AR/VR dan blockchain. Inilah yang dibutuhkan bangsa kita saat ini, lebih dari sebelumnya – pendiri yang cukup berani untuk memecahkan masalah besar,” kata Steven.
Meskipun baru beberapa bulan saja diluncurkan, namun saat ini Aman mengklaim telah mendapat sambutan positif dari pelanggan dan mitra. Saat ini mereka berupaya untuk bisa “on track” melayani beberapa ribu karyawan di platform. Sebagai bisnis yang duduk di persimpangan tiga bidang, yaitu sumber daya manusia, asuransi dan kesehatan; Aman memiliki target yang ingin dicapai tahun ini, yaitu fokus kepada pelanggan.
“Pelanggan kami adalah pusat dari semua yang kami lakukan, oleh karena itu rencana kami adalah memastikan bahwa kami memberikan pengalaman tunjangan karyawan dan kesehatan finansial terbaik untuk mereka. Saat kita fokus pada pelanggan kita, nilainya akan teratasi dengan sendirinya,” kata Steven.