Dari hasil riset yang dilakukan Ericsson ditemukan ada penambahan sebanyak 10 juta pengguna internet mobile di Indonesia pada kuartal pertama 2017. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga dengan pertumbuhan internet mobile tertinggi di dunia, setelah India (+43 juta) dan Tiongkok (+24 juta).
Adapun secara global, terdapat 107 juta pengguna internet baru yang meningkat hingga 70% dibandingkan kuartal pertama 2016. Secara rerata, Ericsson mencatat terdapat penambahan 1 juta pengguna pada setiap harinya.
Ericsson memprediksi, bila pertumbuhan penambahan ini stabil tiap tahunnya, maka diprediksi pada 2022 nanti akan ada 9 miliar pengguna internet mobile di dunia. Angka tersebut melebihi jumlah penduduk bumi dari saat ini sekitar 7,5 miliar orang.
Vice President Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal mengatakan, bagi Indonesia penambahan angka ini menjadi peluang bagi para pengembang perangkat lunak untuk memproduksi suatu barang yang menjadi nilai tambah bagi pengguna internet.
Hal demikian membuat kapabilitas orang Indonesia untuk menikmati internet jadi makin meningkat. Para pengguna internet pun tidak lagi jadi sekadar konsumen saja yang hanya menggunakan telepon, sms, atau akses aplikasi media sosial dari luar negeri saja.
Ronni mencontohkan, salah satu contoh nyata yang bisa diaplikasikan adalah aplikasi untuk para petani yang telah menjadi pengguna internet. Aplikasi tersebut memiliki fungsi tambahan yang dapat menunjang pekerjaan mereka, seperti memantau harga pangan dan menjual produknya secara online.
“Aplikasi tersebut memiliki nilai tambah bagi petani untuk menunjang kehidupan sehari-harinya jadi lebih baik. Inilah yang sebetulnya bisa jadi peluang bagi para developer ke depannya,” terang Ronni saat pemaparan Ericsson Mobility Report Juni 2017, Kamis (7/7).
Konsumsi aplikasi lokal masih minim
Masih dari laporan yang sama, Ericsson menyebut dari 100 aplikasi teratas di Indonesia, rupanya masih didominasi oleh aplikasi dari luar negeri. Sementara sisanya, hanya 12% yang merupakan aplikasi buatan lokal.
Jenis aplikasi tersebut, seperti kamus, perbankan, mobile service provider, berita, belanja, transportasi, dan perjalanan.
“Kita semua harus dorong aplikasi lokal untuk lebih maju. Saya tidak berharap persentasenya bisa sampai 50% [porsi dibandingkan aplikasi luar negeri]. Namun dari pengguna internet di Indonesia yang besar, seharusnya jadi peluang untuk menciptakan aplikasi unik yang akan menguntungkan orang Indonesia itu sendiri.”
Selain itu menjadi peluang bisnis bagi operator seluler menjadi kegunaan baru, sebagai bagian dari upaya mewujudkan Indonesia jadi lebih digital. Misalnya mengembangkan aplikasi terkait perangkat yang terhubung dengan IoT.
Konsumsi data bakal dikuasai konten video
Ericsson juga memprediksi, seiring bertambahnya jumlah pengguna internet bakal berdampak pada meningkatnya konsumsi data. Hingga kuartal pertama 2017, sebanyak 50% konsumsi internet mobile dikontribusikan dari konten video. Ericsson memprediksi pada 2022 mendatang, sebanyak 75% data berasal dari konten video.
Dari segi konsumsi data per bulan, diprediksi akan meningkat. Dari rata-rata saat ini sekitar 2,1 GB per bulan, bakal menjadi 12 GB. Bila dihitung dengan seluruh pengguna internet di global, konsumsi data saat ini bakal berkisar di angka 8,8 exabytes. Pada 2022 bakal membludak jadi 71 exabytes.
“Operator telekomunikasi harus mempersiapkan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan internet mobile. Buat pemerintah, juga harus mengeluarkan regulasi yang tepat dan memudahkan,” pungkas dia.