Persiapan Hendry ‘Jothree’ Handisurya untuk Wakilkan Indonesia di Cabang Hearthstone SEA Games 2019

Jothree mengaku berlatih hingga 14 jam per hari di Pelatnas

Esports kini mulai diakui oleh sebagai olahraga. Tahun lalu, esportsmasuk ke Asian Games, walau masih sebagai pertandingan demonstrasi. Pertandingan tersebut dianggap sukses karena Komite Olimpiade Internasional (IOC) setuju untuk memasukkan esports sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam SEA Games yang diadakan di Filipina tahun ini. Salah satu game yang akan dipertandingkan adalah Hearthstone.

Dalam Asian Games, Hendry 'Jothree' Handisurya berhasil membawa pulang medali perak. Dia kembali dipilih untuk mewakili Indonesia dalam SEA Games, bersama dengan Rama "DouAhou" Ariangga. Saat ditemui dalam acara Hearthstone Fireside Gatherings yang diadakan di UPNORMAL Coffee Roaster pada Sabtu, 31 Agustus 2019 kemarin, Jothree mengaku bahwa dalam Asian Games, medali emas dan medali perak jadi target tim Indonesia.

Hendry dan Rama adalah rekan satu tim di TEAMnxl> dan kali ini, mereka akan sama-sama mewakili Indonesia. Namun, dalam SEA Games, Hearthstone adalah game yang dimainkan per individu. Saat ditanya apakah Jothree melihat rekan satu timnya sebagai saingan, dia menjawab, "Kalau di kompetisi lain, World Electronic Sports Games (WESG) atau Hearthstone World Championship, pas main gue ngerasa dia saingan gue. Tapi untuk SEA Games, sudah bawa nama Indonesia, siapapun yang menang, itu Indonesia yang menang. Nggak peduli itu gue atau Rama, yang penting Indonesia Raya-nya."

Saat Jothree memenangkan medali perak di Asian Games | Sumber: Facebook

Jothree memang senang bermain game. Dia bercerita, ketika dia SMA, dia sering diajak ke warung internet oleh temannya. Di sini, dia mengenal Warcraft 3. Dia mengaku, dia lalu "keterusan" main Warcraft dan sempat bertanding di turnamen internasional. Selain itu, dia juga pernah memainkan Starcraft. Sayangnya, dia lalu mengalami cedera tangan. Dia menderita carpal tunnel, yang membuat tangan penderitanya mengalami kesemutan, terasa lemah, nyeri, atau bahkan mati rasa. Ini membuatnya tak lagi bisa memainkan game seperti Starcraft.

"Akhirnya, ada yang ngenalin ke Hearthstone. Memang, kebetulan gue suka main catur pas kecil. Ini kayak main catur modern," ujarnya. "Awalnya, nggak ada niat untuk serius. Tapi, memang dasarnya gue kompetitif. Pas gue ngerasa rank gue lumayan, gue mulai cari turnamen di luar, sampai akhirnya dapat kesempatan mewakili Indonesia di Asian Games." Untuk itu, dia harus melewati babak kualifikasi, yang mengadu 32 pemain Hearthstone terbaik di Indonesia.

Tahun ini, dia harus mewakili Indonesia di SEA Games. Salah satu persiapannya adalah mengikuti Pelatnas, yang diadakan di Surabaya sejak 8 Agustus hingga 26 Agustus. "Menjelang SEA Games, kita bakal buat bootcamp sendiri ke Bali, untuk konsentrasi pelatihan," ujarnya. Di Pelatnas, sehari-harinya, Jothree bisa menghabiskan hingga 14 jam untuk berlatih.

Sumber: Facebook IESPA

"Uniknya dari Hearthstone, latihannya nggak melulu main game," ungkap Jothree. Dia mengatakan, sebagian besar latihan justru berupa diskusi antara Jothree, Rama, Reza "Rezdan" Servia Manager & Head Coach, serta Novan "Nexok40" sebagai Asisten Manager & Coach. "Mainnya paling cuma 20 persen dari porsi latihan. Sisanya, diskusi strategi, apakah kartu ini bagus untuk dimasukkan ke deck," ujarnya. Saat ini, ada lebih dari 2700 kartu di Hearthstone. Sementara pemain hanya dapat memilih 30 kartu dalam satu deck.

Selain latihan terkait game, Jothree mengatakan bahwa selama Pelatnas, dia juga melakukan latihan fisik seperti senam setiap pagi. Dia mengaku, fisik memang memiliki peran sangat penting bagi atlet esports. Alasannya, karena dalam sebuah turnamen, pemain terkadang dituntut untuk bermain selama 12-13 jam dalam satu hari. Tanpa fisik yang kuat, permainan pemain juga tak akan memberikan performa yang optimal.

Sebelum ini, pemerintah mengatakan bahwa mereka akan berusaha untuk mengembangkan industri esports dan gaming. Terkait hal ini, Jothree mengatakan bahwa pemerintah sebaiknya membuktikan omongannya itu. "Selama ini sih sudah lumayan, terlihat dari mengirim kami ke Pelatnas," katanya. Dia berharap, pemerintah tidak tertarik dengan esports hanya karena ia dipertandingkan di SEA Games dan akan mengembangkan ekosistem esports dari game selain game yang ditandingkan dalam SEA Games.