Investasi dari venture capital (VC) sering diidentikkan dengan startup. Namun, seiring dengan meningkatnya valuasi industri game, semakin banyak venture capital yang tertarik untuk menanamkan investasi di perusahaan game.
Selama 4 tahun, sejak 2014 sampai 2018, total nilai investasi dari VC ke perusahaan game menunjukkan tren naik. Walau nilai investasi dari VC pada 2019 sempat turun drastis — karena Epic Games mendapatkan pendanaan pada 2018 — total pendanaan dari VC ke perusahaan game kembali naik pada 2020.
Bagi developer yang tengah mencari modal untuk membuat game, publisher bisa menjadi salah satu opsi dan venture capital jadi opsi lain. Sama seperti publisher, para venture capital pun tidak sembarangan dalam memilih developer game yang hendak mereka dukung. Topik ini dibahas dalam Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2022.
Daya Tarik Industri Game di Mata Venture Capital
Setiap venture capital punya alasan tersendiri untuk masuk ke industri game. Ketika ditanya tentang hal ini, Pontus Mähler, Vice President, Global Top Round menjelaskan bahwa alasan mereka sederhana: karena industri game memiliki valuasi yang lebih besar dari industri musik dan film. Selain itu, game juga merupakan bagian dari industri hiburan yang kini semakin diminati oleh banyak orang.
Pontus menjelaskan, Global Top Round biasanya akan memberikan investasi ke developer game di tahap awal. Mereka sadar, investasi di tahap awal pada developer game memiliki risiko tinggi. Namun, Global Top Round tidak keberatan dengan risiko besar itu. Alasannya, karena mereka percaya, ketika salah satu investasi di perusahaan game sukses, maka Global Top Round akan mendapatkan untung yang sangat besar.
Pontus memperkirakan, keuntungan yang VC dapatkan dari investasi perusahaan game yang sukses bisa mencapai puluhan kali lipat dari modal yang diberikan.
Ada alasan lain mengapa Global Top Round memilih untuk menanamkan investasi di tahap awal pada developer game. Dengan memberikan modal di tahap awal, Global Top Round punya kesempatan untuk membantu para pendiri studio game untuk tumbuh. Hal ini dianggap akan mengurangi risiko kegagalan dari investasi yang diberikan.
Venture capital lain yang juga memberikan modal pada developer game adalah Discovery Nusantara Capital. Berbeda dengan Global Top Round, alasan Discovery Nusantara Capital tertarik untuk memberikan investasi pada studio game adalah karena mereka percaya, orang-orang yang bekerja di industri game merupakan orang-orang yang sangat gigih. Hal ini diungkapkan oleh Irene Umar, Managing Partner, Discovery Nusantara Capital.
Irene menjelaskan, industri game memiliki stigma negatif, khususnya di kalangan orang tua di Asia. Karena itu, orang-orang yang memutuskan untuk bekerja dan bertahan di industri game telah berhasil melawan pandangan negatif dari berbagai pihak, mulai dari keluarga, lingkungan akademisi, sampai masyarakat sosial. Dan kegigihan inilah yang menarik Discovery Nusantara Capital untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan game.
Karakteristik Developer Game yang Dicari Venture Capital
Dalam menentukan developer yang hendak diajak kerja sama, publisher biasanya punya kriteria tersendiri. Begitu juga dengan venture capitals. Menurut Irene, sebelum memutuskan untuk memberikan modal pada studio game, salah satu hal yang dinilai oleh Discovery Nusantara Capital adalah tim pendiri. Idealnya, pendiri perusahaan game memegang teguh prinsip mereka, dan pada saat yang sama, memiliki pemikiran terbuka serta dapat menerima ide baru.
“Tim pendiri harus memiliki kepribadian yang seimbang antara keterbukaan pikiran dan keteguhan dalam mempertahankan prinsip,” ujar Irene. Jika developer mengikuti semua saran venture capital — termasuk saran yang salah sekalipun — Irene justru menganggap hal ini sebagai masalah.
Selain itu, Irene menjelaskan, hal lain yang Discovery Nusantara Capital perhatikan adalah rekam jejak developer. Misalnya, apakah sebuah developer sudah pernah membuat game sebelumnya atau apakah mereka sudah pernah mencoba untuk merilis game sendiri. “Setelah kami mengerti keadaan developer, kami akan dapat untuk membantu mereka untuk menjadi lebih baik,” kata Irene.
Jika Irene fokus pada tim pendiri developer, Pontus punya prioritas yang lain. Dia mengungkap, hal pertama yang Global Top Round perhatikan ketika mereka akan memberikan investasi ke developer adalah game buatan developer itu sendiri.
“Kami tidak memprioritaskan tim pendiri, tapi kami sangat peduli akan game buatan developer: apakah game itu bagus, apakah ia memiliki desain dan mekanik yang menyenangkan,” ujar Pontus. “Setelah itu, barulah kami akan memperhatikan tim pendiri.” Dia menceritakan, Global Top Round biasanya akan memberikan investasi pada developer baru, yang memiliki risiko yang lebih tinggi. “Tapi, jika Anda bisa membantu para pendiri ini tumbuh, studio game mereka bisa menjadi powerhouse,” kata Pontus.
Pontus mengungkap, ada beberapa hal yang Global Top Round anggap sebagai “red flag“. Salah satunya, jumlah yang diminta oleh developer. Dia memberikan contoh, jika developer meminta investasi sebesar US$100 ribu, sementara scope dari game yang dia buat akan membutuhkan biaya hingga beberapa kali lipat dari dana yang diminta, maka hal ini harus dipertanyakan.
Selain Modal, Apa yang Ditawarkan oleh Venture Capital?
Saat venture capital memutuskan untuk mendanai startup, mereka tidak hanya memberikan dana, tapi juga pengalaman dan network. Hal yang sama juga berlaku bagi VC yang memutuskan untuk mendanai developer game. Yash Baid, COO dari Jetapult berkata, “Selain dana, kami juga akan menyediakan sekumpulan talenta terbaik di industri, seperti creative head, product manager, economy designer, sampai ahli user acquisition,” ujarnya.
Lebih lanjut, Yash mengatakan, dengan bantuan para ahli itu, Jetapult berharap, developer yang mereka dukung akan bisa membuat keputusan yang tepat dalam mengembangkan game dan perusahaan.
Sementara itu, Irene menjelaskan, Discovery Nusantara Capital akan memberikan bantuan berupa “general management kolektif.” Irene menanyakan, “Berapa banyak developer yang punya divisi HR dan hukum?” Padahal, developer membutuhkan pengacara atau tim hukum untuk memeriksa kontrak yang ditawarkan oleh publisher.