Di 2021, hampir sepertiga dari total pemasukan industri esports global berasal dari Tiongkok. Memang, Tiongkok merupakan pasar terbesar untuk industri esports. Sayangnya, pemerintah Tiongkok menetapkan peraturan yang cukup ketat terkait game dan esports. Dan hal ini menjadi salah satu penghambat pertumbuhan industri esports di negara tersebut.
Regulasi pemerintah Tiongkok terkait industri game juga memberikan dampak pada industri esports. Tahun lalu, untuk pertama kalinya dalam lima tahun, pemasukan industri esports di Tiongkok mengalami penurunan. Kabar baiknya, tahun ini, tampaknya pemerintah dari beberapa kota di Tiongkok memutuskan untuk kembali memberikan dukungan pada pelaku industri esports. Shenzhen menjadi salah satu kota yang pemerintahnya mendukung esports.
Dukungan dari Pemerintah Tiongkok
Pemerintah dari distrik Jingan yang terletak di Shanghai baru saja menandatangani kontrak dengan China Audio-Video and Digital Publishing Association. Melalui perjanjian ini, keduanya akan membuat institut riset unutk industri esports. Proses penandatanganan kontrak tersebut digelar di konferensi industri esports yang diadakan di Shenzhen.
Di acara yang sama, perwakilan dari pemerintah Shenzhen mengatakan, mereka juga akan membuat beberapa regulasi untuk mendukung industri esports. Harapannya, di masa depan, Shenzhen akan bisa menjadi “ibukota internasional dari esports“.
“Sekarang, ekonomi digital bisa tumbuh berkat game dan esports,” kata Zhang Hua, Wakil Mayor Shenzhen, dikutip dari South Morning China Post. “Pemerintah Shenzhen memberikan prioritas akan pengembangan dari dua industri tersebut.”
Pemerintah Shenzhen mulai memberikan dukungan pada industri competitive gaming sejak tahun lalu. Di September 2022, pemerintah Shenzhen mengungkap rencana mereka untuk memajukan industri esports. Ketika itu, mereka menyebutkan, dalam lima tahun ke depan, mereka akan menyokong pengembangan game kompetitif orisinal.
Selain itu, mereka juga akan memberikan dukungan pada organisasi esports, turnamen serta liga esports, dan bahkan tempat untuk menyelenggarakan kompetisi esports.
Bentuk dukungan nyata dari pemerintah Shenzhen adalah pemberian dana. Mereka siap untuk memberikan hadiah sebesar hingga CNY2 juta (sekitar Rp4,4 miliar) untuk game esports yang dikembangkan dan dirilis di Shenzhen. Tak hanya itu, jika game esports itu masuk dalam kompetisi besar, sang developer juga bisa kembali mendapatkan hadiah, sebesar CNY5 juta (sekitar Rp11 miliar).
Pemerintah Shenzhen tidak hanya memberikan dukungan pada kreator game, tapi juga tim esports. Mereka menawarkan hadiah sebesar CNY 5 juta (sekitar Rp11 miliar) untuk tim esports yang menggunakan kata “Shenzhen” pada nama tim dan berhasil memenangkan kompetisi esports bergengsi.
Shenzhen bukan satu-satunya kota yang pemerintahnya secara terang-terangan mendukung industri esports. Pemerintah Hangzhou, ibukota dari provinsi Zhejiang, juga melakukan hal yang sama. Pada November 2022, pemerintah Hangzhou mengumumkan bahwa mereka telah menyiapkan dana tahunan sebesar CNY100 juta (sekitar Rp220 miliar) untuk membantu pelaku industri game dan esports lokal.
“Esports punya nilai dan dampak positif. Hal ini sudah diakui oleh masyarakat secara luas,” kata Sun Shoushan, Chairman dari Association.
Meskipun begitu, menurut Wang Chikun, peneliti di institut riset Kandong, dukungan yang pemerintah Tiongkok berikan untuk industri esports saat ini masih belum cukup. Dia menjelaskan, industri esports di Tiongkok masih sangat muda. Karena itu, para pelakunya akan membutuhkan dukungan dalam bentuk regulasi, dana, dan pengakuan sosial,” ujarnya.
Sementara itu, Zhang Shule, analis di CBJ Think Thank menganggap, esports masih menjadi “hobi niche“. Dan sumber pemasukan untuk para pelaku industri esports masih sangat terbatas. Kabar baiknya, dia percaya, kemunculan esports di Asian Games mendatang punya potensi untuk membawa esports ke tingkat berikutnya.
Esports di Asian Games
Untuk pertama kalinya, esports akan menjadi cabang olahraga bermedali dalam Asian Games Hangzhou 2022, yang bakal digelar pada September-Oktober 2023. Sebelum ini, esports sudah pernah dijadikan cabang olahraga eksibisi pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Selain itu, esports juga pernah menjadi cabang olahraga bermedali di SEA Games 2021.
Vice President dari Global Esports Federation (GEF), Wei Jizhong mengatakan, menyertakan esports dalam Asian Games dapat membuat esports semakin dikenal dan diterima oleh masyarakat luas. Dan dengan menyertakan esports dalam Asian Games, harapannya, para penonton muda akan lebih tertarik untuk menonton sport event tersebut. Pasalnya, esports memang cukup populer di kalangan generasi muda.
Fakta bahwa pemerintah dari sejumlah kota di Tiongkok kembali mendukung industri esports merupakan kabar baik bagi organisasi esports dan pelaku lainnya. Karena, di tahun lalu, industri esports di Tiongkok mengalami penyusutan. Total pemasukan industri esports di Tiongkok pada 2022 hanya mencapai CNY144,5 miliar (sekitar Rp318,6 triliun), turun 14% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan dari Esports Working Committee — badan di bawah naungan Association — alasan mengapa industri esports di Tiongkok mengalami penyusutan adalah karena keadaan ekonomi yang kurang kondusif dan menurunnya daya beli audiens esports. Turunnya pemasukan industri esports juga dipengaruhi oleh regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Memang, beberapa tahun belakangan, Beijing memperketat regulasi untuk industri game. Salah satu regulasi baru yang ditetapkan oleh pemerintah Tiongkok adalah pembatasan waktu bermain game bagi gamers di bawah umur. Di bawah regulasi baru ini, gamers yang berumur di bawah 18 tahun hanya bisa bermain game selama 3 jam dalam seminggu. Meski keputusan ini juga bisa dimaklumi mengingat gamers masih belum dewasa, namun keputusan tersebut tetap berpengaruh karena membuat gamers Tiongkok mengurangi waktu yang mereka habiskan untuk bermain game.
Sumber header: China Daily