Dark
Light

Payfazz dan Strategi Keagenan untuk Menyasar “Unbanked Society” di Indonesia

3 mins read
August 8, 2017
Melalui aplikasi dan sistem distribusi keagenan, Payfazz hadirkan layanan pembayaran digital / Payfazz

Payfazz merupakan sebuah layanan keuangan berbasis keagenan yang ditujukan untuk unbanked society. Saat ini telah diterbitkan dalam paltform Android, untuk merangkum berbagai jenis layanan yang dapat diakses oleh masyarakat melalui agen. Payfazz berkoordinasi dengan bank untuk membangun jaringan distribusi bank melalui para agen Payfazz yang dapat beroperasi di berbagai tempat. Dengan kata lain, para Agen Payfazz atau disebut sebagai “Agen Keuangan Nusantara” ini akan menjadi representatif bank dan Payfazz secara bersamaan.

Untuk produk yang bisa diakses saat ini berupa pembayaran Pulsa, PPOB (Payment Point Online Bank), Game Voucher, Multifinance, Kredit, dan Transfer Dana. Selain itu, Payfazz sedang mengembangkan kerja sama dengan salah satu bank terbesar di Indonesia untuk  menghadirkan layanan Lakupandai di aplikasi Payfazz. Sedangkan untuk fitur, Payfazz menyediakan sistem pencatatan transaksi, fasilitas top-up saldo, fitur Print Bluetooth untuk mencetak bukti transaksi pelanggan, hingga pinjaman modal usaha bagi agen yang membutuhkannya.

“Ide dasar pengembangan Payfazz datang dari fenomena Indonesia, berdasarkan data Bank Dunia hanya 36% masyarakat Indonesia yang mempunyai rekening bank, dan hanya 4% masyarakat Indonesia yang mengenal dan menggunakan kartu kredit. Terdapat lebih dari 170 juta masyarakat Indonesia yang pengetahuannya mengenai teknologi keuangan sangat minim,” ujar Hendra Kwik, Co-Founder & CEO Payfazz.

Dalam keterangannya, Hendra menambahkan minimnya banked-society disebabkan oleh 3 variabel faktor, yaitu (1) kurangnya literasi finansial di kalangan masyarakat Indonesia, (2) Sektor perbankan yang menganggap sebagian besar masyarakat Indonesia masih tergolong status unbankable, (3) distribusi akses ATM, KC atau KCP Bank yang belum menyeluruh ke seluruh Indonesia.

Payfazz spesifik jangkau unbanked-society / Payfazz
Payfazz spesifik jangkau unbanked-society / Payfazz

Di lain sisi, masyarakat Indonesia mengenal dan sangat akrab dengan teknologi informasi berupa smartphone dan internet. Hasil riset Payfazz menunjukkan bahwa sekitar 132,7 juta masyarakat Indonesia aktif menggunakan internet setiap harinya. Melihat peluang tersebut, Payfazz mencoba mengarahkan fungsi smartphone dan koneksi internet tersebut untuk memfasilitasi transaksi online yang sering dilakukan masyarakat Indonesia dan menjadi kebutuhan rutin mereka seperti pulsa, transaksi PPOB dan transfer uang.

Fase awal diperkuat pendanaan Y Combinator dan MDI Ventures

Untuk operasionalnya, saat ini Payfazz telah menerima dukungan pendanaan dari Y Combinator dan MDI Venture. Y Combinator merupakan inkubator dan venture capital global yang berpusat di Silicon Valley yang turut membesarkan startup yang sudah mendunia seperti Airbnb, Dropbox, Stripe dan Twitch. Sedangkan MDI Venture merupakan venture capital milik Telkom. Payfazz terhubung dengan MDI melalui inkubasi dalam program Indigo Startup Nation.

Dengan proses bisnis yang ada saat ini, Payfazz sangat yakin akan berhasil, melihat beberapa pembuktian dari startup sejenis di berbagai negara berkembang lain seperti M-Pesa di Kenya, paytm di India dan Alipay di Tiongkok. Bisnis model dinilai membawa kebaikan bagi masyarakat luas. Para Agen Keuangan Nusantara dapat menambah penghasilan dan para masyarakat unbanked menjadi teredukasi dan terbantu untuk mengakses layanan keuangan.

“Saat ini Payfazz sudah memiliki puluhan ribu Agen yang berasal dari berbagai latar belakang demografi. Agen Payfazz kebanyakan telah memiliki usaha rumahan seperti toko kelontong dan konter pulsa di pelbagai wilayah di Indonesia. Puluhan ribu Agen Keuangan Nusantara ini melayani ratusan ribu masyarakat unbanked dan memproses jutaan layanan perbankan setiap bulannya,” imbuh Hendra.

Diakui pula saat ini sudah banyak layanan sejenis, mencoba memberdayakan unbanked-society di Indonesia. Dari situ Payfazz mencoba untuk spesifik menyasar masyarakat yang masih awam terhadap layanan bank dan teknologi keuangan. Payfazz menggunakan sistem keagenan dan menitikberatkan pada masyarakat unbanked sebagai end user. Agen Payfazz berperan mengedukasi dan memfasilitasi layanan perbankan bagi para masyarakat unbanked.

Tiga pendiri asal Jambi yang berpengalaman di startup besar

Co-Founder Payfazz: Ricky, Hendra, Jefriyanto / Payfazz
Co-Founder Payfazz: Ricky, Hendra, Jefriyanto / Payfazz

Payfazz didirikan oleh 3 orang yang berasal dari Jambi dan merupakan rekan sejawat sejak kecil. Ketiganya pula memiliki pengalaman bekerja di startup yang telah membuktikan keberhasilannya dan menjadi panutan startup lokal. Pertama ialah Hendra Kwik, lulusan S1 Teknik Kimia ITB, sebelumnya ia bekerja di Kudo. Kemudian Jefriyanto Guang, lulusan S1 Ilmu Komputer Binus, ia sebelumnya bekerja di Tiket.com. Dan yang ketiga ialah Ricky Winata, lulusan S1 Ilmu Komputer Binus, ia sebelumnya pernah bekerja di Traveloka.

Di tahun ini, fokus Payfazz berupaya membenahi fitur-fitur yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. Selain itu, Payfazz juga menargetkan untuk memperluas jaringan Agen Keuangan Nusantara demi menjangkau lebih banyak unbanked-society di seluruh Indonesia. Dengan semakin banyak Agen Payfazz, pihaknya berharap semakin banyak unbanked society yang terbantu untuk mengakses layanan perbankan seperti pembayaran, pulsa, PPOB, transfer dana dan kredit/pinjaman dengan mudah.

Hasil bimbingan inkubator Indigo

DailySocial juga menghubungi Ery Punta Hendraswara, Managing Director Indigo Creative Nation, yang juga menjadi mentor Payfazz. Tentang Payfazz, Ery berpendapat, “Gerakan digital untuk kemajuan bangsa tidak dapat ditawar, termasuk melakukan transaksi elektronik. Payfazz menjadi salah satu solusi yang efektif untuk mengakomodasi kebutuhan transaksi elektronik bagi seluruh masyarakat khususnya unbanked society.”

“Selain melayani solusi keagenan yang dapat melayani transaksi elektronik yang efisien bagi seluruh masyarakat, Payfazz dapat mengembangkan solusi keuangan yang lebih luas lagi terutama melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perbankan, operator telekomunikasi, koperasi, bahkan perusahaan-perusahaan untuk mengelola investasi masyarakat, seperti investasi reksadana,” lanjut Ery.

Dalam program inkubatornya, Payfazz mendapatkan bimbingan baik mentoring intensif hingga pendanaan untuk tumbuh lebih besar lagi melalui program akselerasi startup, serta channeling kepada pasar yang relevan melalui kanal-kanal pemasaran di Telkom yang telah berkembang. Channeling ini lah yang kemudian menjadi percepatan bagi Payfazz untuk tumbuh dan memberikan sumbangsih lebih banyak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Previous Story

Firefox 55 Mendukung Virtual Reality dan Lebih Hemat Memori

Next Story

Di Tengah Gejolak, CoolPad Lahirkan Lagi Smartphone Baru

Latest from Blog

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah