Passpod, penyedia jasa rental modem wifi dan travel assistance, berencana akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir bulan ini. Perusahaan akan melepas sebanyak-banyaknya 130 juta lembar saham baru atau setara 34,21% dari total modal dan 78 juta waran seri I.
Direktur Utama Passpod Hiro Whardana mengatakan, perusahaan menggunakan buku keuangan April 2018 untuk aksi korporasi ini. 130 juta lembar saham ini ditawarkan dengan harga antara Rp250 sampai Rp375 per lembarnya. Diharapkan Passpod akan mendapatkan dana segar sekitar Rp32,5 miliar sampai Rp48,75 miliar.
Sinarmas Sekuritas dalam hal ini akan bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek penawaran umum perdana saham ini.
“Melalui jumlah di atas kami menargetkan dana terkumpul sekitar Rp40 miliar. Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, dana ini rencananya akan kami alokasikan untuk pengembangan bisnis, research and development (R&D) aplikasi, dan modal kerja dalam bentuk penambahan unit modem serta power bank,” ucapnya, Rabu (3/10).
Perusahaan mengalokasikan dana IPO sebesar 68,10% untuk pengadaan billing management system dan perangkat SIM bank. Kemudian 3,69% untuk R&D aplikasi penambahan fitur dan sisanya sebanyak 28,21% untuk modal kerja pembelian modem dan power bank.
“Kami harapkan Passpod sudah bisa listing di BEI pada tanggal 27 Oktober atau 29 Oktober 2018. Kami sudah mendapatkan pernyataan pra efektif dari OJK pada hari ini.”
Perusahaan juga akan merilis sebanyak-banyaknya 78 juta waran seri I dengan harga pelaksanaan Rp500 sampai Rp750 per saham sebagai insentif dengan perbandingan 5 saham baru berhak memperoleh 3 waran.
“Dana pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja, terutama pengembangan usaha ke negara lain.”
Per April 2018, Passpod telah mencetak laba sebesar Rp475 miliar. Total pendapatan (revenue) mencapai Rp4,2 miliar. Ditargetkan pada akhir tahun ini revenue dapat tembus di angka Rp27 miliar, sementara laba sebesar Rp3,3 miliar.
Digitaraya, seperti diumumkan sebelumnya, mengungkapkan komitmennya sebagai investor strategis di Passpod. Dari prospektus yang diumumkan Passpod, Digitaraya (dengan badan hukum PT Digital Indonesia Raya) telah menandatangi perjanjian pembelian obligasi wajib konversi (Mandatory Convertible Bond/MCB) pada 23 Februari 2018 dengan nilai Rp7,5 miliar.
Jatuh tempo atas obligasi ini adalah 12 bulan sejak tanggal penerbitan. Nantinya dalam penawaran umum berlangsung, MCB akan ini akan dikonversi menjadi saham perseroan dengan menggunakan harga penawaran. Bisa jadi harganya sama atau lebih tinggi.
Saat ini struktur kepemilikan saham di Passpod terdiri atas PT Agung Inova Teknologi Indonesia (69,5%) dan PT Prima Jaringan Distribusi (30,5%).
Rencana bisnis pasca IPO
Aksi IPO ini, sambung Hiro, akan jadi amunisi perusahaan dalam melancarkan ekspansinya. Ambisi yang ingin disasar adalah menjadi ekosistem on demand berbasis aplikasi yang menawarkan berbagai kebutuhan yang relevan selama perjalanan pada 2020 mendatang.
Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan melakukan berbagai inisiasi bisnis mulai dari layanan tiket event, supporting services, chatbot, location based offers, tiket atraksi, itinerary builder, travel insurance, sampai travel accessories e-commerce. Wilayah pemasaran pun akan semakin meluas hingga ke skala regional, dari posisi saat ini yang baru melayani Jabodetabek, Medan, Bandung, dan Surabaya.
Menurut Hiro, ada beberapa negara di Asia Tenggara yang akan dibidik, termasuk Vietnam, Myanmar, Hong Kong, Malaysia, dan Singapura. Meskipun demikian, yang pasti segera disinggahi baru satu negara pada Q1 2019.
“Sekarang kami masih cari tahu lebih lanjut di beberapa negara karena aturannya kan beda-beda di tiap negara. Kami ingin IPO karena untuk permudah proses due dilligence-nya. Misalnya di Myanmar dan Malaysia yang butuh partner lokal, ada juga di negara lain yang lebih mudah.”
Bersama Digitaraya, Passpod akan mendirikan pusat R&D yang berlokasi di Menara Kibar, Jakarta, untuk mengeksplorasi inovasi baru. Perusahaan juga akan membuka berbagai potensi kerja sama dengan startup-startup yang ada di bawah Digitaraya.
Passpod memiliki tiga segmen usaha, yaitu bidang travel services, AI & big data, dan global connectivity. Melalui segmen global connectivity, sepanjang tahun lalu pengguna Passpod tembus di angka 100 ribu orang dengan total sewa 32.420 hari. Menggunakan teknologi virtual SIM, modem Passpod mampu memberikan jaringan internet 4G yang bisa diakses ke lebih dari 70 negara di seluruh dunia.