Pengembangan kecerdasan buatan atau lebih dikenal dengan artificial intelligence (AI) semakin populer, termasuk ChatGPT dari perusahaan OpenAI. Memang tool yang dikenalkan oleh OpenAI tersebut menarik untuk dibahas karena dapat memberikan jawaban yang sangat logis, bahkan untuk beberapa pertanyaan sulit.
Sejak diluncurkan oleh OpenAI, chatbot AI ChatGPT memang menjadi populer, bahkan Elon Musk pun turut merespon kehadiran tool tersebut.
ChatGPT is scary good. We are not far from dangerously strong AI.
— Elon Musk (@elonmusk) December 3, 2022
Mengejutkan, faktanya memang dirasakan bahkan dari berbagai industri karena mampu membuat tulisan atau teks hingga membuat kode.
Bahkan, chatbot dari OpenAI tersebut juga memiliki berbagai prestasi yang mengesankan, termasuk lulus dari tes atau ujian yang dibuat oleh MBA Wharton hingga 4 kursus sekolah hukum lainnya.
Lantas, lama kelamaan ChatGPT mulai menimbulkan keresahan termasuk di kalangan guru atau staf pengajar lainnya. Alasannya? Dikarenakan chatbot dari ChatGPT berpotensi untuk membantu siswa, dan mereka pun cenderung menggunakannya untuk menyontek hingga melakukan tindak plagiarisme.
Untuk menangkal hal tersebut, dilansir dari laman Business Insider, OpenAI meluncurkan program berbasis web yang disebut AI Text Classifier.
Program ini akan menandai teks yang di-paste ke website tersebut dengan berbagai label seperti “very unlikely,” “unlikely,” “unclear if it is,” “possibly,” atau “likely” AI-generated.
Dengan kata lain, program ini dibuat untuk mencegah kecemasan yang ada di lingkup pendidikan.
Meski demikian, OpenAI mengakui bahwa program tersebut masih belum sempurna. Pasalnya, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya minimal 1.000 karakter untuk menentukan apakah teks tersebut bisa diklasifikasikan tulisan AI atau bukan.
Program tersebut masih bisa menghasilkan hasil negatif palsu. AI Text Classifier tidak mengidentifikasi konten yang dihasilkan AI, dan memberikan hasil positif palsu.
Jadi memang masih membutuhkan waktu bagi OpenAI untuk menyempurnakan dan mengembangkan tingkat akurasi yang cukup bagus bagi tool tersebut.
AI Classifier sendiri dilatih dengan kumpulan data serta pasangan teks yang ditulis oleh manusia dan yang ditulis AI pada topik yang sama, dengan maksud untuk mendeteksi mana yang merupakan tulisan AI-generated.
Meski begitu, bagi Anda yang ingin ingin mencari tool pendeteksi teks AI yang lebih mumpuni, ada beberapa pihak yang sudah membuatnya terlebih dulu, sebut saja Hive Moderation hingga GPTZeroX.