Perusahaan multifinance online Akulaku (Akulaku Finance Indonesia) mengungkapkan sedang dalam proses pencarian pinjaman dari luar negeri (offshore loan) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pada tahun depan yang ditargetkan menyalurkan Rp6 triliun dari posisi saat ini Rp4 triliun. Salah satu investor yang akan ditarik berasal dari Hong Kong.
Direktur Utama Akulaku Finance Efrinal Sinaga menjelaskan, ini adalah pertama kalinya perusahaan melakukan offshore loan, selama ini mengandalkan pinjaman dari beberapa bank lokal, termasuk afiliasinya Bank Yudha Bakti, dan Asetku untuk disalurkan kembali dalam bentuk pinjaman ke nasabah.
“Akulaku Finance baru kali ini melakukan offshore financing, kita berharap setelah ini ada banyak skema pembiayaan yang lain,” ujarnya Selasa (10/12).
Kantong pendanaan yang diterima Akulaku ini berbeda dengan skema yang biasa diterima startup digital. Konsepnya kurang lebih mirip seperti pinjaman perbankan pada umumnya, ada tenor dan bunga yang harus dibayarkan tapi dengan pricing yang lebih kompetitif daripada mengambil dana dari bank.
Mantapnya investor luar untuk memberikan pinjaman ke Akulaku, sebenarnya dipengaruhi oleh pemegang saham terbesarnya, StreetCorner Lending Corp. dengan kepemilikan 80% saham sehingga memudahkan investor untuk lebih cepat mengenal Akulaku. Apalagi, StreetCorner juga memiliki Ant Financial sebagai salah satu investornya.
Sebenarnya tidak hanya dari faktor itu saja, investor juga melihat dari fundamental perusahaan itu sendiri apakah keuangannya sehat atau tidak.
Bila seluruh rencana ini berhasil, akan terbuka kesempatan lainnya buat Akulaku untuk memperoleh pinjaman lainnya dalam berbagai skema. Dengan bank, tidak hanya channeling, ada joint financing, bentuk lainnya mengeluarkan surat hutang dari MTN, obligasi, sindikasi on/offshore, hingga IPO.
Dengan target pembiayaan yang disasar pada tahun depan, perusahaan akan mengarahkan untuk kredit berbasis produktif untuk modal usaha merchant online dan kredit kendaraan. Porsinya diharapkan akan mencapai 20% dari total pembiayaan yang masih didominasi oleh kredit konsumtif.
Pinjaman untuk merchant online, sambung Efrinal, akan dimulai dari mereka yang bergabung dalam marketplace Akulaku sekitar 120 ribu merchant. Perusahaan juga akan menyasar merchant yang berjualan di platform e-commerce untuk dibiayai usahanya. Nominal pinjaman sekitar Rp50 juta-Rp100 juta.
“Sudah tes sistem, kemungkinan besar bulan depan kita akan piloting di Jabodetabek dulu sebelum kita perluas di luar Jawa.”
Adapun untuk kredit kendaraan bermotor, sudah dimulai sejak Agustus 2019. Besaran pinjaman yang diberikan adalah Rp50 juta-Rp300 juta, dan tenornya bervariasi dari 1-5 tahun. Syarat dokumennya hanya mencantumkan KTP, KK, BPKB, dan dokumen tambahan jika diperlukan.
Efrinal menjelaskan, untuk penyaluran kredit kendaraan tidak hanya mengandalkan dealer offline, perusahaan akan gaet pemain online yang menyediakan jual beli kendaraan di platformnya.
“Karena kita ingin shifting ke produktif, bahkan ada kemungkinan tahun depan kita sasar pinjaman untuk petani dan nelayan.”
Sejak tiga tahun berdiri, Akulaku masih fokus pada kredit konsumer dengan kontribusi 90% dari total penyaluran Rp4 triliun per Oktober 2019. Tumbuh 116% secara year on year. Penggunanya diklaim ada lebih dari 3 juta orang. Tingkat wanprestasi ditekan di bawah 1%.
Berencana jadi super lender dan bersiap garap syariah
Sejalan dengan itu, perusahaan berencana untuk jadi super lender buat perusahaan p2p lending. Efrinal menyebut skema ini dibolehkan dalam POJK karena posisi Akulaku adalah perusahaan multifinance untuk menyalurkan kembali ke dana yang mereka dapat oleh platform online. Akan tetapi, perusahaan mencari pemain yang fokus ke pinjaman produktif.
“Ini masih penjajakan, akhir tahun kita mau lihat peta di fintech lending seperti apa. Lalu apakah cocok pricing-nya, bila mereka juga di produktif enggak ada salahnya untuk dipertimbangkan.”
Berbisnis di Indonesia dengan potensial pasar syariah terbesar, juga membuat Akulaku tertarik untuk garap segmen itu. Namun perusahaan belum akan segera merilis unit bisnisnya tersebut pada tahun depan, melainkan persiapan terlebih dahulu sambil membaca kondisi pasar.
Banyak faktor yang membuat Akulaku tertarik. Di antaranya, syariah punya value yang kuat untuk mendorong terjadinya transaksi baik dari konsumen individu maupun pengusaha, ramainya konversi bank daerah dari konvensional. Ditambah dari dorongan top down dari kabinet saat ini.
“Kita juga sambil menanti batas akhir dari POJK soal spin off di multifinance bentuknya seperti apa. Kalau ini semua dilakukan tidak paralel dan masyarakat sudah mulai loyal terhadap syariah, kita bakal terlambat,” pungkas dia.