Di tengah pandemi, konten esports semakin diminati. Namun, untuk dapat mengemas pertandingan esports menjadi video yang menarik, diperlukan orang-orang yang paham tentang bagian paling menarik dari sebuah pertandingan. Orang-orang tersebut disebut “observer“. Tugas seorang observer serupa dengan tugas cameraman dalam olahraga tradisional, yaitu mencari bagian yang menarik untuk ditampilkan. Pada saat yang sama, para observer juga harus bisa mengambil keputusan layaknya sutradara program.
Ialah Lee “Jonnastrong” Jin-sae, observer utama dari League of Legends Champions Korea (LCK). Dia telah menjadi seorang observer selama tujuh tahun. Dia bercerita, pada awalnya, dia sempat mencoba untuk menjadi pemain League of Legends profesional. Hanya saja, setiap kali dia mencoba untuk bertanding di tingkat profesional, dia menjadi sangat tegang. Jadi, dia merasa, dia tak cocok untuk menjadi pemain profesional.
“Suatu hari, saya datang ke program bernama ‘Private Lesson’. Mereka menyarankan saya untuk menjadi observer karena salah satu observer mereka keluar. Saya beruntung,” kata Lee pada Inven Global. “Saya sangat suka dengan game sejak saya masih kecil. Dan saya ingin bekerja di dunia gaming. Saya suka menonton esports dan saya pernah menonton LCK secara langsung. Jadi, saya mengambil tawaran untuk menjadi observer karena saya pikir, saya akan bisa menonton para pemain profesional sepuasnya.”
Lee bercerita, sebelum menjadi observer untuk LCK, dia bekerja sebagai observer dari turnamen Challengers Korea. Sayangnya, turnamen tersebut lalu diambil alih oleh AfreecaTV. Dia lalu masuk ke dalam tim produksi. Di sana, dia sempat mengemban berbagai tugas. Dia bahkan sempat memimpin sebuah tim. “Namun, tujuan saya bergabung dengan perusahaan adalah karena saya ingin menjadi observer dari kompetisi profesional,” katanya.
“Jadi, saya memberitahu perusahaan bahwa saya ingin menjadi observer LCK. Ketika itu, salah satu produser kami pindah ke SPOTV Games untuk LCK. Saya bahkan sempat menelponnya untuk menanyakan apakah mereka memerlukan observer,” ujar Lee. “Saya sempat berpikir untuk keluar karena saya pikir, tidak etis jika saya menjadi observer LCK sambil bekerja di perusahaan lain. Namun, AfreecaTV menahan saya. Mereka membiarkan saya untuk menjadi observer LCK ketika saya bekerja dengan mereka.”
“Ketika produksi konten LCK dialihkan ke Riot Games, saya dengar saya juga akan ikut pindah. Salah satu staf memberitahukan hal itu pada saya. Saya sangat senang karena saya akan bisa menjadi observer LCK sepenuhnya,” ujar Lee.
Sebagai observer, Lee tidak bekerja sendiri. Ada dua orang lain yang membantunya. Salah satunya bertugas untuk mengedit video dan bertanggung jawab dalam produksi video replay dan highlight. Seorang lainnya adalah seorang sub observer, yang bertugas membantu Lee ketika siaran langsung. Terkadang, dia juga bertanggung jawab atas konten replay.
“Di LoL Park, ruang produksi dan ruang observer terpisah oleh tembok, jadi kami menggunakan interphone. Tapi, ketika saya tengah memerhatikan jalannya pertandingan, saya menggunakan kedua tangan saya. Jadi, berkomunikasi agak sulit. Di saat seperti itu, sang sub observer akan berfungsi untuk menghubungkan tim observer dan tim produksi. Sementara tugas observer utama seperti saya adalah untuk menentukan konten yang ditampilkan ke fans,” jelas Lee.
Lee mengungkap, ada banyak hal yang harus dia lakukan saat siaran LCK tengah berlangsung, mulai dari mendengarkan komentar para caster, berkomunikasi dengan sub observer, dan menonton jalannya pertandingan. “Saat beberapa situasi penting terjadi di satu waktu, saya akan meminta sub observer untuk mengabari saya langsung. Jika situasinya sangat mendesak, saya terkadang mengecek layar sub observer sendiri,” kata Lee. “Waktu untuk memutar replay juga harus dibahas dengan tim ruang produksi.”
Lee bercerita, tim di ruang produksi biasnaya akan memberikan saran tentang bagaiman cara menampilkan caption, memutar video replay, atau menampilkan video sudut pandang seorang pemain. Setelah itu, Lee sebagai observer akan menentukan kapan waktu yang tepat untuk memutar video tersebut. Salah satu masalah yang biasa terjadi adalah komunikasi. “Karena kami menggunakan interphone, komunikasi tidak selalu mulus,” aku Lee. “Terkadang, ada pertarungan besar yang terjadi ketika kami sedang memutar replay.”
Namun, Lee mengakui, meskipun tim observer dan tim produksi ada di ruangan yang sama, hal itu juga akan menyebabkan masalah. “Saya harus mendengarkan komentar caster, jadi saya biasanya memasang video dengan volume kencang. Dan saya juga cerewet ketika saya tengah memantau jalannya pertandingan,” ujarnya.
Dalam game penuh strategi seperti League of Legends, tak semua penonton akan memahami mengapa para pemain melakukan hal yang mereka lakukan. Karena itu, ketika para pemain memiliki sebuah rencana, Lee ingin menampilkan tahap-tahap perencanaan pada para penonton.
“Saya menonton begitu banyak pertandingan sehingga saya bisa mengetahui kebiasaan para pemain,” kata Lee. “Misalnya, ketika seorang mid laner mencoba untuk melakukan push sebelum roaming, saya mencoba untuk menampilkan video sejak sang mid laner melakukan push. Setelah itu, saya akan menampilkan top lane yang hendak menggempur musuh sebelum kembali ke mid laner yang tengah menunju ke top lane untuk membantu.”
Lee mengungkap, dia ingin membantu para penonton mengerti apa yang terjadi dalam pertandingan dengan menampilkan satu per satu keputusan yang diambil oleh para pemain. Hal ini juga akan memudahkan para caster untuk menjelaskan apa yang terjadi selama pertandingan.
Menurut Lee, untuk menjadi observer, seseorang tak harus memiliki rank tinggi dalam game. Tugas utama seorang observer adalah untuk menyajikan konten yang mudah dimengerti oleh penonton. Misalnya, dengan tidak mengganti sudut pandang terus menerus atau menunjukkan status bar. Karena hal ini bisa membuat para penonton bingung.
“Hal penting lainnya adalah membantu para caster. Mereka akan mengomentari konten yang ditayangkan oleh sang observer,” ujar Lee. “Jadi, Anda sebaiknya menampilkan apa yang diminta oleh sang caster. Terakhir, sebagai observer, Anda juga harus menampilkan sebanyak mungkin momen-momen terbaik para pemain.”
Sumber header: Inven Global