Sejak didirikan pada tahun 2015, layanan point-of-sales Nuta berusaha membantu UKM mendigitalkan sebagian proses bisnisnya. Tujuannya untuk menghadirkan efisiensi dan peningkatan produktivitas. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Nuta Erich Hartawan bercerita, nilai unik yang coba dihadirkan adalah kemudahan dalam penggunaan.
Slogan aplikasinya “kasir instan”, menjanjikan pengalaman pengguna yang diklaim lebih ringkas dari platform sejenis lainnya. Hal itu dilandasi target pasar Nuta adalah pelaku usaha mikro yang terbiasa dengan nota kertas, lalu coba dikonversi ke aplikasi.
“Yang coba kami lakukan adalah memindahkan nota kertas tersebut ke dalam sebuah tablet Android, menambahkan teknologi canggih di dalamnya, dan membuatnya bekerja sealami mungkin. Sehingga pengguna tidak perlu belajar terlalu keras untuk menggunakan aplikasi ini. Target pasar utama Nutapos sektor kuliner dan ritel,” ujar Erich.
Sebagai portofolio program inkubator Indigo milik Telkom, Nuta bermarkas di Jogja Digital Valley. Saat ini juga sudah memiliki kantor perwakilan di Sidoarjo untuk perluasan cakupan bisnis. Selain Erich, ada Rahmat Ihsan yang juga merupakan Co-Founder.
Mereka juga sudah mendapatkan seed funding dari angel investor dan Telkom. Untuk akselerasi bisnis, pihaknya juga tengah melakuka penggalangan dana untuk tahap lanjutan.
“Traksi Nuta tumbuh setiap bulannya. Saat ini kami sudah memiliki hampir 1000 pengguna berbayar. Target tahun 2020 meningkatkan jumlah pengguna tiga kali lipat dan mengintegrasikan platform dengan berbagai digital wallet yang ada di Indonesia,” tambah Erich.
Seperti umumnya layanan POS, Nuta memiliki beberapa fitur seperti pembayaran, manajemen penjualan, dasbor pelaporan, hingga pajak. Layanan kasir digital ini dijajakan secara berlangganan, dengan mekanisme pembayaran per bulan per perangkat. Pada dasarnya aplikasi Nuta bisa digunakan dengan berbagai perangkat Android dan dihubungkan dengan printer portabel untuk mencetak nota pembelian.
Aplikasi juga mengakomodasi pencatatan stok bahan dan pemasok. Termasuk melakukan pencatatan dan kalkulasi komposisi guna memudahkan pebisnis kuliner untuk membuat estimasi pembelian bahan baku.
Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak startup yang sajikan layanan serupa. Sebut saja Moka, Olsera, Cashlez, Qasir, NadiPOS, Whee, Pawoon, dan sebagainya.