Di tengah gempuran platform iOS dan Android yang kian agresif di pasarsmartphone akhir-akhir ini, BlackBerry rupanya masih memiliki tempat istimewa di tengah-tengah pengguna smartphone di Indonesia. Menurut survei yang belum lama ini dirilis oleh lembaga survei Nielsen, aplikasi pesan instan (instant messaging) andalan BlackBerry Messenger (BBM) masih menjadi yang paling diminati oleh sebagian besar pengguna di Indonesia.
Seperti yang diungkap melalui survei Nielsen bertajuk On Device Meter tahun 2014 dan dirangkum oleh National Geographic Indonesia (12/6), aplikasi BBM mendominasi minat pengguna smartphone di Indonesia dengan pemetaan sebesar 79%. Angka tersebut menunjukkan bahwa pengguna di Indonesia masih sangat mengandalkan BBM ketimbang aplikasi sejenis untuk mengobrol dengan sesama. Di bawah BBM terdapat WhatsApp yang meraih 57%, dan juga Line yang ternyata harus “puas” dengan hanya meraih 37% dari penggunasmartphone di Indonesia.
Nielsen juga menjabarkan waktu rata-rata penggunaan dari ketiga aplikasi itu. Hasilnya BBM kembali merajai dengan waktu penggunaan rata-rata selama 23,3 menit, lalu menyusul WhatsApp yang dinyatakan hanya memiliki waktu penggunaan rata-rata selama 6,2 menit, dan Line yang kembali harus berada di posisi paling bawah dengan rata-rata waktu penggunaan selama 5,1 menit.
Melihat hal ini, keputusan BlackBerry untuk bertahan dari “medan perang”smartphone dengan melepas aplikasi andalannya sebagai aplikasi cross-platformbisa dinyatakan cukup berhasil walau secara keseluruhan pamor merek dagang BlackBerry di tengah kompetisi smartphone di Indonesia tetap menurun. Hasil survei yang dirilis Nielsen kurang lebih juga serupa dengan yang dirilis Nusaresearch beberapa waktu lalu dan mengungkapkan BBM termasuk salah satu aplikasi pesan instan yang paling populer di tengah-tengah pengguna Indonesia.
Selain mengandalkan BBM, BlackBerry masih melakukan beberapa upaya untuk menunjukkan eksistensinya di Indonesia, seperti misalnya kerja sama dengan RUMA yang menyentuh pasar UKM, menggelar BBDevID yang mengajak para pengembang lokal untuk berkreasi, hingga meluncurkan perangkat mobile money BBM Money yang ternyata masih belum diminati pasar. Sayangnya, masih jauh untuk menilai apakah diversifikasi ini mampu meningkatkan nilai jual BlackBerry bagi konsumen umum, di luar BBM.
Pertanyaan yang bisa muncul dari survei tadi adalah sampai kapan BlackBerry hanya mengandalkan BBM sebagai produk unggulan? Jika ternyata tidak ada produk lain yang mampu sepopuler BBM, BlackBerry harus tahu bagaimana memperoleh pendapatan yang (sangat) signifikan dari lini bisnis ini, di luar sumber pendapatan tradisionalnya di ranah enterprise.
—
Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro.