Neeva, Search Engine Berbasis AI Bikinan Eks Google, Tutup Layanan

Timing-nya cukup menarik, mengingat posisi Google sebenarnya sedang agak tergunjingkan

Membangun search engine itu bukan perkara mudah, apalagi jika harus bersaing langsung dengan sosok dominan sekelas Google. Hal inilah yang belum lama ini dibuktikan oleh Neeva, sebuah startup yang selama beberapa tahun terakhir sibuk mengembangkan mesin pencarinya sendiri. Sayang search engine Neeva tidak berumur panjang, sebab pengembangnya telah memutuskan untuk menutup layanan tersebut.

"Membangun search engine itu sulit," tulis pasangan co-founder Neeva, Sridhar Ramaswamy dan Vivek Raghunathan, dalam sebuah posting blog. "Ini bahkan lebih sulit dilakukan dengan tim kecil beranggotakan 50 orang yang berhadapan dengan organisasi yang sudah mapan dan memiliki sumber daya tak terbatas," imbuhnya.

Terlepas dari tantangan besar itu, Neeva merasa golnya berhasil tercapai. Mereka sukses menciptakan sebuah mesin pencari yang terbebas dari iklan dan benar-benar menghargai privasi masing-masing penggunanya. Di awal 2022, ketika tren generative AI dan large language model (LLM) mulai marak, Neeva bahkan langsung bergerak cepat mengintegrasikan teknologi AI ke search engine-nya.

Faktor lain yang menjadi daya tarik Neeva adalah latar belakang pendirinya. Sridhar merupakan mantan petinggi bisnis iklan Google, sementara Vivek juga menduduki posisi eksekutif di divisi monetisasi YouTube. Keduanya paham betul bagaimana cara membangun search engine yang baik dan mengembangkan bisnis di atasnya.

Yang tidak mereka sadari adalah, mengembangkan search engine-nya itu sebenarnya merupakan bagian yang mudah untuk dilakukan. "Sepanjang perjalanan, kami menemukan bahwa membangun mesin pencari adalah satu hal, dan meyakinkan pengguna untuk beralih ke pilihan yang lebih baik adalah hal lain yang benar-benar berbeda," tulis co-founder Neeva.

Berbeda dari Google Search, Neeva merupakan sebuah layanan berbayar. Neeva memang punya versi gratisan, akan tetapi pengguna wajib membayar biaya berlangganan jika ingin bisa menikmati segala fitur yang ditawarkan. Namun menurut pengembangnya, meyakinkan pengguna untuk membayar atas suatu pengalaman yang lebih baik itu sebenarnya masih lebih mudah dilakukan daripada meyakinkan mereka untuk mencoba suatu search engine baru.

Singkat cerita, problem utama Neeva terletak pada aspek user acquisition. Jangankan meyakinkan konsumen untuk membayar, Neeva bahkan kesulitan untuk menggaet pengguna baru terlepas dari inovasi yang mereka hadirkan. Sejumlah 'trik' yang diterapkan Google juga sama sekali tidak membantu memuluskan perjalanan Neeva. Google, seperti yang kita tahu, rela membayar miliaran dolar kepada perusahaan seperti Apple atau Samsung demi memastikan search engine-nya menjadi opsi default di jutaan perangkat.

Berkaca pada realitanya, Neeva pun memutuskan untuk menutup layanan mesin pencarinya pada 2 Juni 2023, dan me-refund sisa pembayaran semua penggunanya. Ke depannya, Neeva akan mengalihkan fokusnya ke ranah lain, yang kemungkinan besar adalah LLM. Neeva juga dirumorkan sedang dalam tahap negosiasi untuk diakuisisi oleh perusahaan penyedia database cloud Snowflake.

Apapun yang terjadi, timing penutupan Neeva benar-benar sangat menarik. Neeva menyerah justru di saat Google sedang tergunjingkan posisinya oleh Bing Chat dan ChatGPT. Bukan hanya itu, Google pun juga baru mulai mengintegrasikan generative AI ke search engine-nya — sesuatu yang sudah berhasil Neeva lakukan sejak tahun lalu.

Sumber: The Verge.