Dark
Light

Nadiem Makarim, Go-Jek, dan Ekosistem Startup Indonesia

2 mins read
October 6, 2015

DSC_0089

Disruptive. Kalimat tersebut kerap menjadi pondasi utama membangun bisnis dari tiap startup di dunia termasuk Indonesia. Go-Jek menjadi salah satu disruptor yang memberikan implikasi berantai di tengah masyarakat melalui layanannya yang dikenal “mengganggu” sistem transportasi. CEO Go-Jek Nadiem Makarim mengindikasikan tidak akan berhenti untuk menghadirkan layanan inovatif, setidaknya dalam waktu dekat ini, demi menciptakan medan kompetisi yang lebih baik untuk startup Indonesia dan masyarakat umum lainnya.

Layanan transportasi kendaraan beroda dua (Ojek) bukanlah sesuatu yang eksklusif hanya dimiliki oleh Indonesia. Di beberapa negara telah mengadopsi hal tersebut, namun tidak semuanya diberdayakan seperti yang Go-Jek lakukan di Indonesia. Go-Jek itu sendiri belakangan telah menjadi buah bibir yang paling hangat diperbincangkan berbagai kalangan masyarakat, perannya secara tidak langsung turut memperkenalkan startup pada kaum awam bagaimana industri ini bekerja.

Go-Jek sebagai simbol untuk masyarakat yang lebih baik

Dalam sesi terakhir diskusi IDByte 2015 pada hari Jumat lalu (2/10), Nadiem mengklaim bahwa produknya ditujukan untuk membuka kesempatan bagi pribadi yang ingin menjadi lebih baik. Tak hanya tentang penghasilan, tetapi kontribusinya terhadap masyarakat lain.

“Go-Jek merupakan produk yang memecahkan masalah fundamental di tengah masyarakat. Hal tersebut merupakan poin kunci yang saya tekankan kepada para investor,” katanya.

Masyarakat kelas menengah dinilai sangat seksi untuk dijajaki oleh Nadiem. Setelah dianggap sukses dari layanan terdahulunya, Nadiem turut menyebutkan beberapa layanan terbaru mereka seperti Go-Glam, Go-Clean, dan Go-Massage adalah bentuk dari komitmen pihaknya untuk membantu masyarakat menjadi lebih baik. Nadiem bahkan dengan jelas mengatakan kemungkinannya untuk menyasar para montir, petani, dan nelayan.

“Anda dapat menjadi produktif dan menghasilkan uang dengan meningkatkan skillset yang Anda miliki. Kemampuan apapun yang dimiliki, aplikasi ini akan membantu Anda untuk mendapatkan uang,” tambah Nadiem.

Nadiem menampik kemungkinan layanannya untuk menyasar market regional dan internasional. Pihaknya hanya akan memfokuskan untuk ekspansi ke seluruh wilayah nusantara. Ia menegaskan lebih baik membangun sebuah perusahaan yang fokus pada satu pasar lantas menyelaminya lebih dalam, bukan sebaliknya.

Jawaban saya adalah tidak untuk ekpansi ke negara lain. Kami berkemungkinan tidak fokus dan kehilangan kontrol kualitas jika menyebarkan manajemen ke beberapa pasar sekaligus,” pungkasnya.

The startup journey is like a rollercoaster

Melihat kapasitas dan kredibilitas Go-Jek yang sanggup mengeksekusi berbagai solusi untuk permasalahan masyarakat di Indonesia, Nadiem menilai hal tersebut tidak terjadi secara instan. Diakui olehnya bahwa kini Go-Jek memiliki resource yang jauh lebih baik untuk melakukan manuver serta penetrasi produk.

“Kami tumbuh secara organik dari tahun 2011 hingga 2014. Sisi buruknya ialah dalam tiga tahun tersebut Go-Jek tumbuh dengan sangat lambat. […] Perjalanan startup seperti naik rollercoaster, publik hanya tahu bahwa Go-Jek terus naik, dan naik, dan naik, padahal sebenarnya naik dan turun serta berliku,” kata Nadiem.

Berdasarkan pengalamannya mendapatkan investor baru, Nadiem berujar pada rekan-rekan startup untuk bisa meluruskan visi dan misi dengan investor mereka. Strategi berikutnya ialah tentang penghematan ekstrim dalam mengeluarkan uang.

“Menyukai dan disukai oleh investor merupakan tugas yang sangat penting. Saya memperlakukan investor sebagai salah satu dari tim saya. […] Bagian termudah dalam proses ini [menyukai dan disukai] ialah ketika Anda melakukan bisnis dengan baik, dan yang tersulit adalah ketika Anda melakukan sebaliknya,” lanjutnya.

Lalu ketika datang saatnya untuk siap berkompetisi hingga berdarah-darah dengan para kompetitor, ada baiknya jika startup fokus pada produk daripada harus tergiring ke permainan lawan.

“Pada dasarnya kompetisi adalah hal yang baik. Perihal reaksi kami tentang hal itu, pertahanan terbaik dari Go-Jek ialah produk dan layanan itu sendiri. Kami sangat sadar tentang kompetisi ini, tetapi kami tidak memusingkan dan terlalu fokus pada hal itu. Fokus saya membangun perusahaan yang ingin saya bangun, bukan bereaksi pada kompetisi,” ujarnya.

Previous Story

Didominasi Layar Internal, Mobil Konsep Nissan Ini Dibuat Sebagai ‘Kanvas Berkreasi’

Next Story

Generasi Millennial Indonesia dan Pendekatan Mobile untuk Memajukan Tanah Air

Latest from Blog

Don't Miss